28; his sushi

1.7K 434 35
                                    

athar's pov

Aneh.

Sejak Bang Eros mengetahui sandiwara kami, senior itu dengan tidak tahu malunya ikut bergabung di mejaku dan Nadine. Sok akrab, heboh sendiri. Nadine menanggapi dengan kepribadian cerianya di kampus, sementara aku hanya memastikan Bang Eros tidak meletakkan tangannya pada tempat yang tak seharusnya.

Setidaknya ini lebih baik dari ongkos tutup mulut yang ia minta (dia memberikan sebuah list berisi hal-hal tidak waras, mana bisa aku membeli cula badak di supermarket?!)

Sudah dua minggu lebih kami kedatangan pengunjung tak diundang, namun sekarang aku tidak melihat batang hidungnya. Kemana dia?

"Nyari siapa?"

"Bang Eros," jawabku jujur, sembari membiarkan Nadine menggigit crepes-ku yang baru saja tiba. Dia bilang tidak suka crepes, tapi setiap aku pesan selalu minta. Dasar cewek dan diet aneh mereka.

Nadine menyeka mulutnya dengan tisu dan menyahut, "Oh, dia udah aku urus."

Urus? Aku ragu definisi kata 'mengurus' yang digunakan Nadine sama dengan kamus manusia pada umumnya.

"Kamu racunin dia pake apa?"

"Racun? Really?" Nadine geleng-geleng kepala geli, "Kamu pikir aku sejahat itu? Aku bukan nenek sihir, Kapten."

Nadine dan rencananya yang kelewat ekstrem, kalau bukan racun, jangan-jangan...

"Sebentar, Princess, kamu nggak bikin dia kecelakaan, kan?"

Nadine spontan mengerucutkan bibir, berpura-pura ngambek. "Kamu pikirannya negatif banget, sih, tentang aku. Aku ini pacar kamu tauu."

Yaelah, drama lagi.

"Siapa bilang kamu bukan pacar aku, Princess," kucubit pipinya gemas, sekalian saja meladeni aktingnya. Setelahnya, aku menarik dia mendekat dan berbisik, "Seriously, what did you do to that poor guy? It's not a crime, right?"

Bisa repot kalau imej Nadine sang pacar idaman berubah jadi gadis penghuni lapas di mata Ayah.

"If so, would you help me hide the body?"

"Yes, I would," jawabku tanpa ragu.

Senyum Nadine mengembang, ia menepuk pipiku ringan. "That's my boy. Tenang aja, nothing serious, Captain. Trust me. Now relax and enjoy our time. Just you and me."

"You and me. Sounds good," Kuhembuskan napas lega. "By the way, Tante Imelda ngajak kamu jalan berdua. Aku harus jawab apa?"

Pacarku memiringkan kepalanya, menimbang-nimbang. "Tergantung. Menurut kamu aku bakal ditraktir, nggak?"

Aku memelototinya. "No, Princess. Aku bakal jawab kamu sibuk untuk sekarang dan seterusnya."

"Trus yang traktir aku sushi tei siapa, dong?"

Nadine and her mind games. Aku tidak akan terjebak dua kali. "Kamu mampu beli sendiri, Princess."

Mata berkilat Nadine seketika meredup begitu tahu aku tidak mengabulkan keinginannya. Tetapi, alih-alih mengerucutkan bibir jengkel, ia justru tertawa geli. "You're smarter, now! I'm a proud girlfriend! Yuk cabut, kita makan sushi tei beneran, aku yang traktir."

"Serius?" Aku memicingkan mata, mencoba mendeteksi kebohongan dari senyumnya.

"Asal kamu bisa sampe ke Margo dalam waktu setengah jam dari sekarang."

Dammit!

+ e d g e o f d a w n +

Edge of Dawn [✔]Where stories live. Discover now