00; bravery for braids

2.5K 357 90
                                    


december 4th, 2019; 
this fic is to celebrate #happyvitaday


Biasanya Lulu menghindari interaksi sosial. Berbasa-basi bukanlah salah satu kemampuan yang ia kuasai dengan baik, kendati ia mahasiswi fakultas hukum yang seharusnya pandai bersilat lidah. 

Namun ada satu hal yang ingin ia ketahui dari Nadine, teman satu kelasnya di mata kuliah Hukum dan Hak Asasi Manusia;

Bagaimana cara mengepang rambut?

Sesungguhnya sangat banyak yang ia ingin tanyakan. Bagaimana caranya menyapa semua orang dengan ramah, berteman dengan siapa saja (Lulu melongo takjub bagaimana junior, senior, satpam, ibu kantin, hingga pengurus biro pendidikan mengenal Nadine) dan tetap terlihat segar setelah menginap semalaman di kelas karena menjadi koor divisi acara kampus. 

Sayangnya Lulu terlalu malu, ia bahkan sangsi Nadine mengetahui namanya.

Tetapi kepangan rambut Nadine terlalu fenomenal untuk dilewatkan.

Itu bukan kepang tiga biasa, melainkan bentuk rumit yang biasa kau lihat di film-film. Cantik! Lulu memiliki rambut yang sama panjangnya dengan Nadine, dan ia tak sabar mempraktekkannya pada rambutnya sendiri. Siapa tahu saja itu akan membuatnya terlihat cantik seperti Nadine!

Maka Lulu mengumpulkan keberanian dan menyapa Nadine yang tengah memulas lipcream di toilet kampus. Kali ini rambutnya dikepang gaya milkmaid, cocok dengan dress putih bermotif kuntum bunga warna-warni yang ia kenakan.

"Nadine?"

Cewek itu mengerjap dan menoleh. Senyumnya merekah. "Eh Lulu! Hai! Apa kabar, Lu?"

Ya Tuhan, Lulu berani sumpah ia normal, tetapi mengapa Nadine begitu mempesona? Ternyata Nadine juga mengetahui namanya, si cewek biasa!

"Ba-baik. Lo gimana, Nad?"

"Baik, doong. By the way, nggak ada tugas Huham buat besok, kan?"

Lulu menggeleng cepat, dan bergegas melontarkan pertanyaannya sebelum rasa gugup menguasai. "Nadine belajar ngepang di mana?"

Nadine menyentuh kepangan rambutnya, lantas terkekeh kecil. "Ini dikepangin Athar, hehe."

Athar? Athar Shailendra?

Lulu tahu betul siapa Athar. Cowok ganteng nan dingin bagaikan tokoh novel bad boy yang biasanya berujung jatuh cinta pada gadis cupu seperti dirinya. 

Tetapi ia hidup pada realita, yang mana Athar justru berpacaran dengan Nadine, cewek supel yang cantik bukan main.

Tidak, Lulu tidak tertarik pada Athar sama sekali. Cowok itu memiliki aura yang membuat siapa pun sulit untuk mendekatinya, seolah-olah ada dinding pembatas. Sekadar meliriknya saja Lulu tidak berani.

Lulu tidak bisa membayangkan cowok seperti Athar jatuh cinta, apalagi sampai mengepang rambut pacarnya!

"Cowok lo yang bikin ini?" tanya Lulu memastikan tidak salah dengar.

"Iya," Nadine akhirnya selesai touch up, dan memusatkan perhatian sepenuhnya pada Lulu. "Pretty, isn't it?"

Lulu memperhatikan Nadine, kepangan rambutnya yang rapi, dan senyum percaya dirinya. Nadine memiliki semua karakter yang Lulu harap ia miliki. 

Ia iri, sekaligus kagum.

Mencoba membalas senyum Nadine, Lulu menarik kedua sisi bibirnya dan mengangguk. "Banget. Lo beruntung, Nad."

"Thanks, Lulu, you're pretty lucky too!"


+        e d g e o f d a w n        +


"Captain."

Athar bergumam sebagai tanda ia mendengarkan, namun fokusnya masih tertuju pada hobi barunya; mengepang rambut Nadine.

Semua berawal dari suatu pagi di Mc Donalds. Nadine tengah menulis esai sementara Athar terkantuk-kantuk bosan karena tugasnya sudah selesai tempo hari. Kertas origaminya sudah habis dan ia kekenyangan.

Matanya menangkap jemari frustasi Nadine yang menyelipkan anak rambutnya ke balik telinga. Entah ada angin apa, Nadine mulai memanjangkan rambutnya. Athar diam-diam menyukai rambut panjang Nadine yang sekarang, ia penasaran untuk menyentuhnya.

"Princess, aku boleh pegang rambut kamu nggak?"

Tangan Nadine berhenti menulis. Terkejut akan permintaan tak biasa pacarnya. Ia tahu Athar adalah pemuda yang sopan, tetapi menyentuh rambut saja sampai minta izin? Lucu juga.

"Go on, as long as you don't disturb my work."

Athar meraih beberapa helai, dan memilinnya perlahan. Halus. Wangi bunga. Ia mencoba memuntir-muntirnya di jari, dan menikmati sensasi lembutnya.

"Aku kepangin ya?"

Tahu-tahu saja pertanyaan itu terlontar. Athar tidak pernah mengepang rambut sebelumnya, pasti Nadine bakal murka kalau hasilnya jelek, iya, kan?

"Terserah, Captain. Now shut up, I'm trying to concentrate here."

Berkat bantuan tutorial di youtube, Athar berhasil mengepang rambut Nadine dengan kepangan sederhana. Ternyata mengepang tak ubahnya origami, membutuhkan keterampilan tangan. Nadine mengecek hasil karya Athar, dan mengangguk puas.

"You're good."

Nadine jarang memuji sesuatu dengan jujur, tetapi Athar tahu yang satu ini tulus adanya. 

Akhirnya Athar menemukan hobi baru; mengepang rambut Nadine. Setiap ada waktu luang, Athar akan menonton tutorial bermacam-macam model kepang. Lantas setiap kali mereka bertemu, ia akan mempraktikannya.

Nadine tidak pernah menolak, dan kini terbiasa membawa sisir dan kuncir rambut kemana pun ia pergi kalau-kalau pacarnya mendadak ingin mengepang rambutnya.

Nadine tidak pernah memuji apa-apa lagi, tapi dari caranya tersenyum setiap kali bercermin, dan memastikan kepangan Athar tetap pada tempatnya hingga ujung hari, itu sudah lebih dari cukup bagi Athar.

Satu-satunya komplain adalah Athar terlampau peduli pada rambut Nadine hingga gadis itu marah-marah sendiri.

"Captain, how many times I've told you to stop buying me scrunchies, or hair vitamin, or conditioner or shampoo, or basically everything that involves my hair! I can take care of my own hair, thank you fucking very much!"

+           e d g e o f d a w n          +

Edge of Dawn [✔]Where stories live. Discover now