nadine's pov
Aku tidak suka berhutang.
Kecemburuan Sena adalah sesuatu yang kunanti-nantikan, dan tak mungkin terwujud tanpa bantuan Athar.
Ketika Athar membutuhkanku untuk membuat Ayahnya hanya melihatku seorang, anak dari cinta pertamanya (dan bukannya tante-tante sok polos yang mencoba terlihat keibuan), maka aku dengan senang hati menjelma sesuai keinginannya.
Deceiving people is my speciality, after all.
Mengurai rambutku seperti Mama. Memakai dress floral favorit Mama. Memakai make up tipis namun menonjolkan tulang pipiku yang tinggi, sesuai dengan yang biasa kulihat dari pantulan cermin rias Mama sebelum beliau wafat.
Tatapan tercengang Om Andri membuatku yakin aku sudah melaksanakan peranku dengan baik.
"Kenalin, Yah, ini pacar aku, Nadine."
Athar hanya mengenalkanku pada Ayahnya. Calon ibu tirinya itu dianggap hanya angin lalu. Kasihan.
Tidak mau ketinggalan, aku mencium tangan Om Andri sambil berujar manis, "Salam kenal, Om, aku Nadine. Mama aku katanya pernah satu kampus sama Om, namanya Suli; Adrianna Sulistyawati. Om kenal?"
Jika tak ingat peranku, aku sudah tertawa terbahak-bahak melihat raut putus asa Tante Imelda begitu mengetahui siapa aku sebenarnya.
Sepanjang makan siang, dengan senang hati aku menyantap spaghetti sambil membuka obrolan. Menyelipkan nama Mama di sana sini. Sesekali bersikap mesra dengan Athar agar hubungan kami meyakinkan.
Tante Imelda tidak membuka mulut sama sekali. Hanya bungkam dan memainkan makanannya dengan lesu. Dilupakan sama sekali oleh Om Andri yang kelewat tertarik untuk mengetahui kisah anak dari yang teman kuliahnya dulu.
Athar pasti sangat bangga dengan hasil pekerjaanku.
Usai berpamitan dengan Ayahnya, aku bertanya dengan congkak, "Am I doing it right?"
Athar, memandangi sosok Tante Imelda yang ragu-ragu mengekori Ayahnya, menyunggingkan senyum tipis. "Perfect."
Damn right! Where is my oscar?
+ e d g e o f d a w n +
YOU ARE READING
Edge of Dawn [✔]
Short StoryAthar and Nadine aren't meant to be, but they can manage. // edge series #1