8. Nasi Goreng
***
Epik High School sudah cukup sepi sore itu. Hanya tersisa beberapa siswa yang bergerombol di sejumlah titik, entah untuk mengerjakan tugas, ataupun menumpang Wi-Fi sekolah dan masih malas pulang ke rumah.
Aira keluar dari ruang kelasnya, merunduk fokus mengetikkan sebuah pesan ke nomor yang tersimpan dengan nama Curut di daftar kontaknya. Ia lantas berdecak, memandangi tanda centang dua di balon pesannya yang tak kunjung berubah warna menjadi biru.
Melangkah sendirian di koridor, Aira melirik jam tangan mungil yang melingkar di pergelangan tangannya.
Sudah hampir pukul enam.Aira semakin resah. Apalagi ketika ia mencoba untuk melakukan panggilan ke nomor Fajar, nada sambung yang terdengar tak kunjung berubah menjadi sapaan asal khas cowok itu.
Aira menghela napas. Ke mana sih cowok jangkung itu? Bukannya tadi pagi bilang mau pulang bersama?
Tiba di parkiran, Aira sejenak mengedarkan pandang. Meneliti satu-dua sepeda motor yang masih terparkir, berharap menemukan motor hitam milik Fajar. Namun nihil, gadis itu tak melihat tanda-tanda Fajar masih berada di sekolah.
Seharian ini, Fajar seperti menghilang. Padahal tadi pagi sebelum jam pertama dimulai, Fajar masih sempat mengganggu Aira dengan spam pesan tak jelas.
Aira mendengus, menyandarkan kepala ke pilar kokoh di sampingnya. Ia sebenarnya ingin langsung pulang ketika tadi bel berbunyi, tetapi tiga teman sekelompoknya untuk mata pelajaran geografi mendadak mengajaknya mengerjakan tugas mereka hari ini.
Setengah hati, Aira akhirnya mengirim pesan kepada Fajar, menyuruh cowok itu untuk menunggu sebentar. Namun kata sebentar itu justru menjelma menjadi empat jam lamanya.
Aira merotasikan bola mata. Entah harus menyalahkan siapa, teman sekelompoknya yang banyak bercanda hingga waktu mengerjakan tugas yang harusnya bisa selesai empat puluh menit jadi molor sampai empat jam, lantas meninggalkannya begitu saja dengan alasan terburu-buru ada urusan penting. Atau justru mengutuk Fajar yang seenak jidat meninggalkan Aira tanpa memberi kabar.
Aira menggerutu kecil. Gadis itu menunduk, membuka kotak obrolan dengan Fajar untuk memeriksa. Lalu ketika mendapati Fajar belum juga membalas pesan spam berderetnya, bahkan tidak membacanya sama sekali, Aira jadi melengos. Kini mulai memutar otak, mencari cara untuk pulang ke rumah.
Sesaat berikutnya, Aira kembali menyalakan ponsel, membuka aplikasi ojek online. Gadis itu bergerak-gerak kecil, semakin bertambah resah mendapati daya ponselnya yang hanya tersisa dua persen.
Sumpah demi apa pun, Aira akan memarahi Fajar habis-habisan setelah ini.
Mulut Aira komat-kamit ketika layarnya terus menunjukkan lingkaran berputar-putar. Setelah berhasil terbuka, gadis itu bergegas membuka aplikasi ojek online tadi. Namun baru saja Aira akan memasukkan alamat penjemputan dan tujuannya, layar ponselnya mendadak berubah hitam.
Membuat Aira kontan memukul-mukul layar ponselnya, lalu mengumpati benda pipih itu berulang kali.
Aira mendengus, jadi berjongkok pasrah dengan wajah mengeruh. Sialnya, ia lupa membawa charger, dan meminjam pada murid-murid lain yang kini masih berada di EHS sepertinya bukan pilihan yang baik, mengingat kebanyakan dari mereka adalah kakak kelas yang tak begitu ia kenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jealous
Подростковая литератураKarena sejatinya, tidak akan ada cerita baru dari masa lalu. Lepaskan. Ikhlaskan. Mulai hidup yang baru, belajar dari yang lama. Semangat. - Jealous by pantoneshin - Start : 18 September 2018 End : 29 Januari 2019