21. Seperti Semula

2.5K 364 43
                                    

21. Seperti Semula

***

Salah satu hari yang paling disukai oleh hampir semua murid di EHS adalah hari Jum'at. Karena pada hari tersebut, kegiatan pembelajaran ditiadakan. Sebagai gantinya, selama satu hari penuh, murid-murid diwajibkan untuk mengikuti ekstrakulikuler.

Pada dua jam pertama, akan ada rapat wali kelas dan rapat kegiatan. Lalu setelah jam istirahat pertama berbunyi, murid-murid saling menyebar untuk mengikuti ekstrakulikuler masing-masing.

Hari ini adalah Jum'at bebas.

Karenanya tak heran jika koridor-koridor depan kelas mulai dipadati oleh sejumlah siswa yang berbahagia karena tidak harus menghadap papan tulis yang membosankan seharian ini. Meski ada juga beberapa murid yang rapat membicarakan festival sekolah, atau sedang membersihkan ruang kelas.

Kemudian, di tengah kepadatan dan keramaian itu, seorang gadis terlihat terus bergerak menerobos kerumunan siswa. Sementara tangannya menggandeng gadis lain di belakangnya, membuat tubuh kecil itu tertarik pasrah tanpa banyak membantah.

Meski ketika keduanya tiba di belokan koridor tak jauh dari ruang kelas, Aira, gadis yang ditarik selayaknya ternak sepanjang koridor, tiba-tiba sadar akan sesuatu dan memaksa untuk berhenti.

“Tuh kan. Lo bilang mau ke toilet. Ini arah ke kantin ya,” kata gadis keriting itu dengan nada menyentak naik, jelas merasa dibohongi dan dikhianati.

Nadia meringis, bergegas membalikkan tubuh dan memasang wajah memohon. “Bentar doang elah, Ai. Lo nggak setia kawan banget sih,” balasnya sambil menarik-narik lengan Aira agar tetap mau ikut bersamanya.

Aira mendengus. Hampir setahun mengenal Nadia, tentu saja gadis keriting itu tidak akan luluh hanya dengan melihat wajah memelas Nadia yang penuh tipu daya.

Nadia adalah tipe orang dengan sejuta suasana hati. Maksudnya, gadis itu tidak akan marah atau bersedih dalam waktu yang lama. Satu detik Nadia menangisi akhir sedih pada drama yang ia tonton, maka di detik selanjutnya, gadis itu akan tertawa receh melihat akun meme lewat di timeline.

Aira kadang sampai dibuat tak habis pikir. Meski tetap saja gadis keriting itu merasa iri melihat Nadia yang selalu bisa membawa suasana dengan baik dan haha-hihi dengan mudahnya.

Aira mendecak kecil, tepat ketika Nadia kembali merengek sambil menggoyang-goyangkan lengannya karena merasa tak kunjung mendapatkan jawaban. “Gue mau balikin buku, Nad. Gue nggak mau ya, nanti diomelin lagi sama si Refan,” sahutnya menolak ajakan Nadia.

“Cuma beli minum di kantin, Aira. Ish, lo mah.” Nadia memberengut kesal, bahkan kakinya sampai menghentak kecil. "Nggak akan sampai setengah jam, Ai."

Aira memutar bola mata. “Sekarang bilangnya beli minum. Nanti ujung-ujungnya, lo pasti juga sekalian pesan bakso," cibirnya yang sekali lagi, sudah sangat hafal dengan kebiasaan Nadia.

Nadia cengengesan saja mendengar penuturan Aira. Sama sekali tidak membantah karena tuduhan Aira memang benar adanya. "Lagian juga, lo kenapa takut banget sih sama Refan? Itu anak kalau gue pites juga udah kalah," katanya kemudian.

Aira melengos malas. Kini jadi menatap sangsi dan tak sepenuhnya menaruh percaya. "Emang lo berani sama Refan?" tanyanya makin memancing, diam-diam merasa terhibur ketika melihat Refan menegur kehebohan Nadia di setiap kesempatan.

Nadia melebarkan mata, lalu mengangguk yakin. "Berani lah. Ngapain takut sama manusia tripleksㅡ"

"Eh, Refan. Kok di sini sih?"

Nadia tersentak, langsung membeku diam dengan mata membulat dan raut memucat. Gadis itu menelan teguk, lalu membalikkan badan dengan takut-takut untuk memeriksa ke belakang punggungnya.

JealousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang