10. Jawaban

3.4K 521 10
                                    

10. Jawaban

***

Fajar sudah rapi mengenakan seragam olahraga EHS, kini tengah menunggu di depan rumah Aira. Duduk tenang pada jok motor merah kesayangannya sambil mendongak kecil mengamati langit yang pagi itu tertutupi mendung.

Memasuki bulan Februari, Fajar pikir musim hujan akan segera berhenti. Namun ternyata, awan hitam itu masih setia menggantung di langit dan tak sungkan sesekali meneteskan airnya menuju bumi.

Fajar sedikit menoleh ketika mendengar pintu yang didorong terbuka.

Aira keluar dari rumahnya, lengkap dengan seragam olahraganya dan rambut keriting yang dicepol tinggi. Samar terlihat juga jepit rambut warna biru muda dengan ujung berbentuk pita yang tersemat menyibak sebelah poni Aira.

Membuat gadis itu kian terlihat imut dengan mata lebar dan wajah bulatnya yang menggemaskan.

Setelah membuka pintu gerbang depan yang setinggi pinggul, gadis itu akhirnya berdiri di samping motor besar milik Fajar.

"Lo udah lama?" tanya Aira seraya mengambil helm untuknya yang berada di salah satu spion motor Fajar.

Fajar mengerjap, lalu bergegas mengalihkan pandangan. Tanpa sadar sudah terpesona sendiri. "Lo bangun rumah apa gimana sih? Lama banget," balasnya mencoba bersikap biasa.

Aira berdecak mendengar kalimat itu. "Apaan sih lo? Harusnya sekarang gue marah ya, main ditinggalin aja kemarin. Mana ditelepon nggak diangkat," sungutnya mendadak jadi sewot. "Lo kemarin nguli di tempat orang bangun rumah apa gimana?! Ha?!"

Fajar mengedip beberapa kali. "Ngegas amat, Ai." sahutnya kemudian.

Aira melotot. "Emang lo kemarin ke mana sih? Kenapa sampai nggak bisa angkat telepon?" tanyanya penasaran juga.

Fajar menipiskan bibir. "Main futsal. Keasyikan jadi nggak sempet pegang hape. Pas udah selesai, baterai gue ternyata habis," katanya sedikit menabur dusta. "Lagian kemarin gue sampai rumah, lo kayaknya juga udah di rumah. Pulang naik apa?"

Aira sesaat terdiam. "Gojek," jawabnya singkat, segera memutar otak untuk mengalihkan topik. "Lo juga kenapa ninggalin? Kan udah gue bilang tungguin, gue mau kerja kelompok. Kalau mau futsal dulu kan seenggaknya kasih kabar atau gimana gitu."

Fajar sontak tertawa melihat bibir Aira yang mengerucut menunjukkan kekesalan. Tangannya bergerak jahil mengacak poni rambut Aira. Membuat sang empunya semakin melotot tidak terima.

"Ya udah sih, Ai. Yang penting kan kemarin lo bisa pulang dengan selamat. Sehat wal afiat tanpa kurang suatu apa pun," kata Fajar sedikit melantur tidak jelas.

Aira menangkat alis. Sementara Fajar mulai bersiap menegakkan motor kesayangannya.

"Mau berdiri di situ sampai kapan? Cepetan naik."

Aira merotasikan bola mata. Namun tak membalas dan menurut saja memakai helm di tangannya, lalu beringsut naik ke boncengan motor Fajar yang telah dinyalakan mesinnya.

Fajar melirik melalui kaca spion, sejenak mengamati Aira yang tengah mengancingkan helm. "Udah?" tanyanya kemudian.

Aira mengangguk. "Hm," balasnya sambil merapatkan diri dan mulai memasukkan kedua tangannya ke dalam saku jaket yang dikenakan oleh Fajar.

Membuat Fajar sesaat mendengkus geli. "Enak banget ya, Ai pegangan kayak gitu?" tanyanya lagi.

"Hih, Bawel."

Fajar terkekeh kecil. Perlahan, cowok itu melajukan motornya membelah jalanan pagi yang masih terbilang cukup sepi karena waktu yang bahkan belum menunjuk pukul enam tepat.

JealousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang