23. Mengadu

2.3K 356 12
                                    

23. Mengadu

***

Aira turun dari atas gojek yang mengantarnya sampai depan gedung olahraga besar itu. Gadis keriting itu lalu sesaat berhenti untuk menyodorkan uang bayaran dan melepas helm, lalu melangkah masuk lewat gerbang utama.

Meski berikutnya, Aira langsung dibuat terperangah takjub melihat gedung olahraga di depannya ini yang ternyata lebih besar dari yang ia duga.

Gadis itu merapatkan bibir. Menunduk kecil memeriksa kembali pesan spam yang telah ia kirimkan ke nomor Fajar kini masih menunjukkan tanda centang satu.

“Ck. Ini anak kalau dibutuhin kenapa malah nggak ada sih?” dumelnya sambil sejenak berhenti di dekat pintu masuk.

Aira menghela napas. Pandangan matanya mengedar begitu saja. Mengamati suasana gedung olahraga itu yang cukup ramai di hari libur ini.

Rencananya, Aira datang ke sini untuk bertemu dengan Fajar dan mengajak cowok itu jalan-jalan bersama. Setelah apa yang terjadi tempo hari antara dirinya dan Dewa, Aira merasa membutuhkan pelarian.

Fajar sekarang memang sedang berlatih futsal dengan teman-temannya. Maka daripada gabut menunggu di rumah, Aira memilih untuk menghampiri Fajar ke sini.

Sialnya, gadis itu melupakan fakta bahwa ia tak tahu apapun soal gedung olahraga ini. Di mana Fajar dan teman-temannya berlatih, apa mereka masih di sini atau tidak.

Aira mendengus. Gadis itu masih terbengong merutuki kebodohan sendiri sambil menatap room chat Fajar di ponselnya ketika tiba-tiba terdengar panggilan dengan suara familiar.

“Aira?”

Aira tersentak, lalu mengangkat kepala yang tadi menunduk menatap ponsel. “Kak Deni?” sambutnya dengan wajah semringah.

Deni berjalan mendekati Aira dengan dua kantong plastik besar di kedua tangan. Keningnya nampak berkerut samar. “Lah, lo ngapain di sini?” tanyanya kemudian.

Aira mengerjap, lalu menunjuk kecil ke arah gedung olahraga. "Fajar di dalam kan, Kak?" tanyanya dengan nada memastikan.

“Mau cari Fajar?” Deni mengulang dengan nada bertanya yang langsung dibalas anggukan membenarkan oleh Aira. “Oh, jadi lo tanya alamat tempat gue futsal gara-gara ini?”

Aira tersenyum malu. “Hehe. Iya, Kak,” jawabnya jujur karena tadi memang sempat bertanya via chat pada cowok itu.

Deni memasang wajah kecewa yang juga terlihat jenaka. “Yah ... padahal gue pikir lo mau ketemu gue,” katanya dengan bibir mengerucut yang dibuat-buat.

Aira mendelik kecil, lalu tersenyum seadanya. Padahal dalam hati sudah gatal ingin membalas pedas. Apalagi kalau cowok di hadapannya ini bukan Deni, tapi Fajar.

Sementara Deni hanya tertawa ringan. “Ya udah. Yuk, masuk. Lo daritadi diem di sini aja kayak orang hilang,” katanya sambil memimpin langkah.

Aira mengangguk. Tanpa kata mengikuti Deni masuk ke dalam gedung olahraga itu.

Seperti tampilan luarnya, di dalam, gedung itu sangat luas dengan beberapa lorong-lorong yang sepertinya mengarah ke lapangan tiap cabang olahraga.

Setelah melewati lobi, Deni mengajak Aira berbelok ke kanan. Menuju ke tempat lapangan futsal berada.

“Kalau Fajar lihat lo bareng gue, kira-kira gue nanti diapain ya, Ai?” tanya Deni sedikit menolehkan kepala ke arah belakang.

Aira mengernyit, tetapi tak menanggapi karena belum paham ke mana arah pembicaraan ini.

JealousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang