13. Kelompok Seni

3K 450 37
                                    

Sebelumnya hanya ingin berkata. Siapkan hati kalian guys, jangan sampai oleng. Hehe.








13. Kelompok Seni

***

Aira menguap kecil, merasa bosan sekaligus mengantuk kelelahan. Sembari mengetuk-ngetukkan jari ke atas meja, gadis itu mulai menyapukan pandangan ke setiap sudut Mixme yang kini terlihat ramai oleh murid-murid EHS yang baru saja pulang dari sekolah.

Termasuk juga dirinya.

Tapi sebenarnya, Aira tidak sendirian. Tepat di depannya, ada Nadia yang sedang sibuk mencari pencahayaan terbaik untuk mengambil swafoto. Meski beberapa kali gadis itu menggerutu mengeluhkan pipinya yang makin berisi sehingga membuat hasil fotonya tak sesuai harapan.

"Ai, emang gue tambah gendut ya?" tanya Nadia sambil berkaca melalui kamera depan di ponselnya.

Aira melirik samar, lalu mengangkat bahu tak peduli. "Nggak tahu," balasnya yang langsung disambut rengekan berlebihan oleh Nadia.

"Kayaknya beneran tambah gendut deh. Ya ampun, pipi gue rasanya mau tumpah," kata Nadia sambil memegangi kedua pipinya sendiri.

Aira yang mengamati kehebohan Nadia hanya bisa mendengus kecil. Gadis keriting itu berdeham, lalu diam-diam mengangkat ponselnya dan membuka fitur kamera depan.

Mata Aira mengerjap pelan. Menatapi pantulan dirinya sendiri dengan kening berkerut. Tangannya perlahan bergerak, menyentuh rambutnya yang keriting panjang dan kedua pipinya yang bulat penuh.

Aira menelan teguk. Selama ini, gadis itu memang jarang memperhatikan kondisi wajahnya. Karena lebih sering berkutat dengan buku daripada cermin, Aira bahkan kadang lupa pada wajahnya sendiri.

Mungkin sedikit berlebihan, tapi Aira memang secuek itu pada hal-hal yang berhubungan dengan wajah dan penampilan.

Aira menarik napas. Tidak mau berpikir lebih jauh, gadis itu akhirnya meletakkan ponselnya dan kembali mengamati suasana di sekitarnya.

Sampai kemudian, seorang cowok berkacamata datang membawa sebuah nampan berisikan tiga cup minuman berbeda dan satu bungkus ricebowl.

"Selamat menikmati, Ratu-Ratu Ular."

Aira tertawa mendengar nada sinis dalam suara Refan yang memang tadi terpaksa memesankan makanan untuk Aira dan Nadia. "Makasih, Fan." Gadis itu meraih cup minuman yang bertuliskan namanya, lalu menyedot isinya pelan-pelan.

Refan melengos saja. Cowok itu duduk di tempat yang masih kosong, lalu menyodorkan bungkus ricebowl ke arah Nadia. "Nih, makan. Katanya laper sampai mau pingsan," ucapnya, lalu mengambil minuman pesanannya sendiri.

Nadia mengerucutkan bibir. "Kayaknya gue nggak bisa makan deh hari ini." Gadis itu memasang wajah drama sekaligus memelas yang sedikit berlebihan. "Gue udah nambah gemuk. Harus mulai diet lagi."

Refan mengernyit. Sementara Aira hanya menggelengkan kepala. Melihat kini Nadia sudah mengangsurkan ricebowl yang sebenarnya adalah miliknya kepada Refan.

"Buat lo deh, Fan. Semoga nggak kesedak ya," kata gadis itu dengan nada setengah hati, entah mendoakan atau menyumpahi.

Refan melebarkan mata. "Seriusan?" tanyanya malah merasa senang seolah mendapat keberuntungan.

JealousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang