EPILOG

3.2K 331 75
                                    

EPILOG
Yogyakarta

***

Aira berjalan keluar dari kereta yang telah menempuh perjalanan panjang Jakarta-Yogyakarta itu dengan dada berdebar. Gadis keriting itu menggigiti bibir dengan pandangan mulai mengedar mencari keberadaan seseorang.

Fajar menyusul beberapa langkah di belakang Aira. Dengan muka bantal khas bangun tidur, cowok yang membawa tas ransel besar berisi baju-bajunya dan baju milik Aira itu merenggangkan otot-ototnya yang terasa kaku karena sepanjang perjalanan tadi tertidur dalam posisi duduk.

"Ai, beli minum dulu yuk?" Fajar menyejajarkan diri pada Aira yang melangkah pelan dengan kepala celingukan. "Ai?"

Aira terkesiap. "Eh? Apa?" tanyanya linglung sendiri.

Fajar menarik napas. "Kita baru sampai. Lo nggak mau cari minum atau apa gitu?" Cowok itu membasahi bibir bawahnya. "Emangnya, dia udah datang?"

Aira mendesah kecil. "Enggak tahu. Dari semalam dia nggak ada bales chat gue," balasnya mendadak sendu.

Fajar mengangkat alis. Sadar akan kegelisahan Aira, cowok tinggi itu segera menarik sang gadis ke dalam pelukan lengannya.

"Ya udah sih. Liburan sendiri aja kalau dia lagi sibuk." Fajar mengguncang kecil bahu Aira yang kini berada dalam pelukannya. "Senyum dong, Ai. Udah sampai Jogja nih."

Aira menengadah sesaat, menatap wajah menyengir Fajar yang berusaha mengusir gundahnya. Gadis itu menarik napas. Mengangguk kecil menyakinkan diri bahwa ini akan tetap menyenangkan, lalu perlahan tersenyum menghibur diri.

Jika Dewa benar-benar sedang sibuk, Aira harus tetap menikmati liburan di Jogja ini kan?

Lagipula, gadis itu bersama Fajar.

Aira manggut-manggut sendiri.

Meski tetap saja, rasanya akan berbeda tanpa Dewa.

"Lo mau apa?" tanya Fajar begitu keduanya sampai di depan mesin minuman otomatis.

Aira mengerjap. Mulai memindai jajaran minuman botolan di hadapannya. "Mau Chimori," katanya menunjuk kecil sambil menyebutkan merk sebuah produk Yogurt yang terkenal.

Fajar mengangguk. Sejenak melepas rangkulannya di bahu Aira dan merogoh kantong celana pendek yang ia kenakan untuk mencari dompet.

Membuat Aira yang tinggal menunggu, kini kembali mengedarkan pandang. Mengamati suasana sibuk di Stasiun Lempuyangan itu dengan bibir terkulum ke dalam.

Begitu Fajar selesai dengan urusan membeli minumannya, cowok itu kembali menarik lembut Aira menuju ke pintu keluar stasiun.

Ketika keduanya hampir tenggelam dalam hiruk-pikuk orang-orang yang juga sedang mengantre untuk keluar stasiun, entah bagaimana, di tengah keramaian itu, Aira dapat menangkap kedatangan seseorang yang berlari dengan napas terengah.

Langkah gadis itu seketika berhenti.
Lalu, seolah telah berkonspirasi, mata sayu Aira bertemu pandang dengan tatap tajam yang beredar mencari itu.

Persis seperti kali pertama keduanya kembali bertemu beberapa bulan silam.
Bedanya kini, samar-samar dari tempatnya berdiri, Aira dapat melihat Dewa mengulas senyum.

JealousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang