1.Pria Misterius

84.2K 3K 50
                                    

Published : 25 Juni 2019

Follow sebelum membaca, karena ada part yang diprivate.

***

"Aaahh."

Gadis itu menghela lega mencium aroma hutan yang begitu menenangkan.

Pemandangan hutan yang sangat terawat, begitu asri dan menyejukkan. Burung-burung berlalu lalang diatas langit.

Ditemani beberapa pelayan dan pengawal, Tuan Putri kerajaan tersebut turun dari tenda. Berjalan mendekati danau, menabur beberapa makanan untuk ikan-ikan disana.

Hutan kerajaan Lucian menjadi tempat favorit bagi Tuan Putri Thanasa. Hal ini sangat menganggu Ayahandanya mengingat begitu banyak musuh mereka diluar sana. Keras kepala Thanasa tidak ada yang bisa menandingi, Ayahnya bahkan milih mengalah. Dengan segala antisipasi, Raja Lucian memberi perintah kepada pelayannya agar selalu merawat hutan itu dan menempatkan beberapa pengawal disetiap sudut untuk menjaga-jaga bila ada penyusup. Juga tak lupa Raja Lucian mempercayakan kanan tangannya, Panglima Alord untuk melindungi putri kesayangan.

"Alord, bagaimana dunia diluar sana? Aku sangat ingin mengunjungi kerajaan orang lain. Ku rasa disana terdapat banyak tempat yang sangat bagus."

"Tempat disana bagus Tuan Putri, tapi anda tidak bisa datang kesana." Alord menjawab dengan kepala tertunduk. Menjadi peraturan, tidak ada yang boleh mengangkat kepala jika bertemu anggota keluarga kerajaan.

"Kenapa? Jika kau, Ayah dan Kak Tristan boleh, kenapa aku tidak?" Tidak hanya terkenal keras kepala, Thanasa juga di cap sebagai pembangkang. Gadis itu sangat membenci peraturan-peraturan di kerajaan Ayahnya. Terlebih tentang peraturan jika wanita dari keluarga kerajaan tidak boleh ikut berkunjung ke kerajaan lain.

"Diluar sangat berbahaya Tuan Putri, keselamatan anda adalah yang paling utama. Kami tidak bisa mengambil resiko."

"Persetan dengan segala peraturan konyol ini. Aku sudah hidup selama 15 tahun disini, tidak ada peperangan. Damai dan tentram. Jika Ayah mengkhawatirkan musuh diluar sana, ku rasa itu hal yang sangat kecil. Kerajaan kita besar dan kuat. Tidak akan ada kerajaan lain yang berani menyerang kita."

"Maaf Tuan Putri, saya hanya menjalani aturan dari Raja."

Tidak ada jawaban. Thanasa memilih melanjutkan kegiatannya. Beberapa menit kemudian, sebuah ide cemerlang muncul dikepala. Ia membalikkan badan menatap Alord yang masih menundukkan kepala.

"Alord, aku ingin meminjam kudamu."

"Baik Tuan Putri."

Alord segera membantu Thanasa menunggangi kudanya. Selesai, ia menundukkan kepala kembali.

"Kali ini aku ingin berkuda sendiri, tidak ada yang boleh mengikutiku."

"Tidak Tuan Putri, saya akan menemani anda. Keselamatan anda adalah tanggung jawab saya."

Thanasa berdecak tidak senang. Semua orang tahu Alord adalah kaki tangan setia Raja Lucian, tidak pernah membantah dan selalu menjalani tugasnya dengan baik.

"Ini adalah perintahku Alord! Kau berani melanggar?! Kau tau kan hukuman jika melanggar perintah keluarga kerajaan?"

"Maaf Tuan Putri, saya menolak perintah anda karena perintah Raja adalah perintah mutlak dan diatas dari segala perintah termasuk perintah anda, Tuan Putri."

Makin tidak suka, Thanasa semakin marah. Pelayan dan pengawal disana ngeri melihat amarah Tuan Putri mereka. Hanya Alord yang berani, hanya pria itu. "Aku adalah Tuan Putri Lucian! Kau hanya seorang Panglima, kau tidak berhak membantah keinginanku! Aku diatas mu! Aku anak dari Raja Lucian. Aku bisa menghukummu dengan alasan kau telah lancang Alord!"

"Silahkan Tuan Putri. Saya siap dihukum jika itu menyangkut keselamatan Tuan Putri."

Tidak berfikir panjang, Thanasa langsung memacu kudanya cepat. Agak terkejut, Alord dan yang lain langsung menyusul Thanasa.

"Tuan Putri kau tidak boleh masuk lebih dalam ke hutan!" Thanasa tidak menghiraukan teriakkan Alord dikejauhan. Ia cukup muak dengan pria itu. Dia tidak suka dibantah dan dikekang.

Cukup lama merasa Alord dan yang lain tidak terlihat lagi, Thanasa memilih berhenti. Didepannya terdapat sebuah gua yang berukuran lumayan besar. Setelah mengikat kuda dipohon, gadis berambut panjang itu masuk kedalam gua.

Seperti ada yang sering melalui gua ini. Terlihat beberapa obor yang bertengger didinding. Melangkahkan kaki mengikuti arah, cukup lama hingga ia sampai ditirai dedaunan. Tangan nan mulusnya menyibak tirai tersebut hingga cahaya masuk menyilaukan mata.

Thanasa bersumringah kagum melihat keindahan tempat dimana sekarang ia berpijak. Hutan dibalik gua ini lebih bagus dari hutan dekat kerajaan Lucian.

Terus berjalan, menyusuri setiap pemandangan. Thanasa sangat menyukai tempat ini. 10 langkah berjalan, ia menemukan sebuah pedang. Mengambil pedang tersebut dan menelisik dengan teliti.

"Turunkan itu."

Reflek memaling kebelakang karena suara seorang pria.

"Kau siapa?"

Tidak ada jawaban. Dilihat dari penampilan, lelaki itu cukup tampan dan sederhana dengan memakai baju yang terbuat dari jerami. Thanasa bertanya-tanya. Salah satu rakyat dari Lucian kah?

"Siapa namamu? Kenapa kau bisa ada disini? Setauku tidak boleh ada siapapun yang memasuki hutan Lucian bagian utara karena ini sudah diakusisi untukku."

Si pria membungkuk, "Maaf Tuan Putri, hamba tersesat ketika mencari buruan untuk makan malam. Jika menganggu, hamba akan pergi."

Berpikir sejenak, Thanasa mengangkat suara, "siapa nama mu?"

"Nama hamba Del, putri."

"Baiklah kau boleh pergi. Ingat jangan sesekali kesini lagi. Hutan ini adalah milikku. Hanya aku seorang."

"Baik, Tuan Putri."

Setelah pria bernama Del pergi, Thanasa beristirahat disini sejenak dan mengelilingi area hutan yang begitu indah, setelahnya ia baru akan pulang. Ayahnya pasti akan marah besar setelah ini.

* * *

"Berapa kali Ayah harus bilang kepadamu?! Kenapa kau tidak menuruti perintah Ayah?! Kenapa kau selalu membangkang?!" Selalu begini, entah sampai kapan sang Putri kesayangan berhenti membuat jantung seorang Raja Lucian terus berdetak tak karuan kala mendengar tingkah lakunya.

'Mungkin rencana dari Grassia adalah yang terbaik.'

Lucian membuang nafas kasar, tatapannya melembut kearah Thanasa yang berlutut dengan kepala tertunduk, yang ia yakini putrinya itu tidak mendengarkan dengan baik saat ia marah tadi. "Ayah akan segera menikahkanmu dengan pangeran dari Grassia."

Mata Thanasa terbelalak. Ia bangkit dan mendongak pada Raja Lucian.

"Maksud Ayah, Lander?"

"Kalian sudah bersahabat sejak kecil kan? Ayah rasa dia adalah pria yang terbaik untukmu."

"Tapi Ayah, umurku masih 17 tahun. Aku tidak ingin cepat-cepat menikah."

"Keputusan seorang Raja tidak bisa ditarik, kau cukup menurutinya saja." Ucap Lucian final, membuat untaian kalimat pernikahan mengiang dikepala Thanasa.

***

To be continue...

MY KING MY ENEMY (TAMAT) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang