14.Cemburu?

25K 1.7K 31
                                    

Mengunjungi undangan Raja Grey. Delano dan Thanasa tampak anggun dan berwibawa. Pandangan orang-orang tidak lepas. Yang satu cantik dan yang satunya lagi tampan. Berdecak kagum dan terkesima. Melangkah ke kursi jamuan yang sudah dipersiapkan. Duduk dengan elegan dan berkharisma. Mereka adalah tamu terakhir yang dinanti-nantikan.

"Yang Mulia memasuki ruangan." Seruan pengawal spontan membuat semuanya berdiri. Grey menuju singgasana.

Menyapu pandangan dari kiri ke kanan. Lengkap. "Kepada tamu ku, silahkan duduk."

Semuanya menurut.

"Aku berterima kasih kepada kalian yang sudah hadir." Memberi jeda sejenak, ia melanjutkan. "Maksud ku mengundang kalian kesini karena aku ingin mengumumkan pemilihan calon menantu untuk putri ku, Grace."

Thanasa memutar bola bosan, ayolah cuma pemilihan seorang menantu sampai harus mengundang semua Raja? Rasanya ia ingin terbahak-bahak saja. Lebih baik menolak ajakan Delano saja kalau begini. Ia berharap bisa berkeliling di Kerajaan Grey, seperti ke pasar, mencicipi tiap makanan dan melihat aksi pertunjukan.

"Semua tau bahwa putri anda sangat cantik, Yang Mulia Grey. Tentu saja akan sangat beruntung jika menikahinya." Ungkap Raja Harres yang disambut oleh anggukan setuju dari lainnya.

Para tamu berbisik dan bergosip. Semua mata tertuju pada Delano.

"Kau tau, dulu Raja Delano dan Putri Grace adalah teman sejak kecil."

"Apakah maksud Raja Grey adalah menjodohkan keduanya?

Thanasa yang semula acuh tak acuh menjadi sedikit panas dan penasaran terhadap perkataan orang-orang disekitar mereka.

Jadi anak dari Grey adalah teman kecilnya Delano? Sedekat apakah mereka dulu?

"Kalau yang kau katakan benar, pasti kerajaan Altair akan sangat beruntung ketika menjalin aliansi ini."

"Ya kau benar."

"Anak Lucian memang cantik, tapi Grace juga tidak kalah cantik. Beruntung sekali seorang Altair itu dikelilingi gadis cantik."

Menilik muka sang suami yang memasang ekspresi datar. Thanasa ingin tahu apa yang sedang pria itu pikirkan.

"Tuan Putri memasuki ruangan."

Seluruh manusia dalam ruangan memberi atensi pada Putri Grace yang menapakkan kaki dengan manis dan anggun. Memberi kesan jelita yang unik. Para tamu terkesan. Menatap tanpa berpaling hingga Grace menjatuhkan badan disinggasana sebelah kiri Grey yang lebih kecil.

"Selamat datang kepada semua Raja dan tamu yang sudah diundang. Aku sangat berterima kasih kalian memenuhi undangan Ayah ku." Mengakhiri dengan senyuman, membuat orang-orang terperanjat akan pesona gadis tersebut.

Tidak suka. Thanasa sangat tidak suka dan jengkel, apalagi tadi ia melihat Delano tersenyum. Tunggu pulang, ia akan langsung membunuh Delano dengan brutal dan tanpa ampun.

Grey kembali memegang kendali. "Aku harap kepada kalian tamu ku yang agung untuk ikut berpartisipasi dalam pemilihan calon suami untuk putri ku."

Seorang pengawal membawa masuk sebuah kotak emas dengan ukiran bunga mawar disisi kotak. Meletakkanya didepan Grey, kemudian ia pergi.

Grey berdiri mendekati kotak dan mengambil kertas didalamnya. Menengadahkan ke atas, mata orang-orang sekarang berfokus pada benda itu.

"Didalam ini ada beberapa kertas kosong. Kalian hanya perlu menulis kesan dan pandangan kalian terhadap putri ku. Supaya adil, kalian tidak boleh menulis nama kalian. Putri ku akan memilih 3 kertas yang menurutnya bagus. Selanjutnya ketiga orang yang terpilih ini akan di adu untuk ke tahap selanjutnya."

Grace memang cantik, gadis itu begitu tenang. Thanasa semakin tidak suka saja melihatnya, rasanya seperti ingin mencabik-cabik paras tersebut dan memutilasi setiap bagian badan si gadis.

"Pengawal, bagikan kertas-kertas kosong ini kepada setiap tamu undangan pria." Perintah Grey langsung dilaksanakan.

Secarik kertas tiba diatas meja Delano. Sang Altair telaten menulis dengan penuh kelembutan hingga tidak sadar dengan keberadaan seseorang yang menatap dengan sinis.

"Apa kau sangat ingin menikahinya?"

Delano membalas tatapan Thanasa dengan senyuman. "Kau cemburu?"

Ck, kian menambah kejengkelan Thanasa saja. Istrinya langsung membuang muka.

"Aku akan membunuh mu kalau kau berniat menikahinya." Bergumam kecil namun Delano mendengarnya. Bibir si pria melengkung tipis melihat kelakuan sang istri.

Semua kertas sudah terkumpul dalam kotak emas. Beringsut dari tempat duduk, Grace membaca satu-persatu isi dalam kotak.

Tak berselang lama akhirnya ia telah memilih 3 surat.

"Rembulan diatas langit, terang menyinari bumi. Memancarkan keindahan ketika gelap datang. Menerpa kekelaman dengan cahaya tenang. Seperti itulah kesan ku terhadap mu." Tersenyum, Grace langsung memandang ke para undangan. "Puisi yang sangat bagus, kepada pemilik puisi ini bisa berdiri sehingga aku bisa tau siapa orangnya."

Pangeran Lyn berdiri mendapat sambutan tepuk tangan.

"Terima kasih Pangeran Lyn, aku akan membacakan kertas selanjutnya."

Lyn duduk kembali.

"Aku tau kau adalah seorang gadis cantik. Namun lebih dari itu, aku hanya melihat bagaimana sikap mu yang begitu menarik hati ku. Aku ingin mengenal pribadi mu bukan hanya sekedar memuja kecantikan mu."

Thanasa langsung mendelik tajam pada Delano saat Grace selesai membaca. Namun, sedetik kemudian seorang lelaki disebrang mereka berdiri. Menandakan bahwa bukan Delano pemilik surat. Delano menggerakkan kepala dan terkekeh kecil pada Thanasa.

"Aku mempersilahkan dirimu membunuh ku nanti."

"Enyahlah kau."

"Ini yang terakhir. Sangat menarik dan beda dari yang lain. Membuat aku penasaran dengan pemilik surat ini." Orang-orang saling menebak dan melihat satu sama lain. Siapa orang terakhir ini yang begitu menarik minat seorang Putri Kerajaan Grey?

"Isi suratnya bukan tulisan dan pesan. Tapi gambar seorang gadis. Dan aku sangat menyukai gambar ini. Siapapun pemiliknya, aku mohon untuk berdiri."

Lukisan gadis dalam gambar memang sangatlah indah dan bagus. Terperangah akan seni yang dibuat, tak heran jika Putri Grace sangat antusias dan menyukainya.

Dan yang lebih mencengangkan, ternyata si pembuat lukisan adalah Delano. Tak disangka ternyata seorang Raja Altair begitu berbakat dalam melukis. Delano yang menjadi pusat perhatian saat berdiri segera kembali duduk.

"Baiklah, ketiga orang ini sudah dipilih oleh putri ku. Malam ini aku ingin kalian beristirahat dalam Kerajaan ku untuk melanjutkan acara besok."

***

Malamnya Thanasa marah-marah kepada Delano.

"Apa kau tidak memandang ku sama sekali? Kau sudah punya istri, kenapa kau tidak tolak saja?!"

Seringai kecil, Delano mengangkat dagu Thanasa yang ditepis kasar serta menampilkan raut muka kesal.

"Bukankah kau tidak pernah mengakui dirimu sebagai istri ku? Jadi apakah aku salah kalau aku menikahinya? Lagi pula dia adalah teman kecil ku. Dia sangat berharga untuk ku."

Kalimat Delano barusan membuat Thanasa terdiam. Gadis itu menarik selimut keatas badan dan berbalik memunggungi Delano.

"Lupakan, aku ingin tidur."

Delano lagi-lagi terkekeh, tidak habis pikir akan mendapat respon seperti ini dari seorang Ratu Altair.

***

MY KING MY ENEMY (TAMAT) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang