9.Trauma

23.5K 1.7K 21
                                    

Thanasa menenggelamkan kepalanya erat didada bidang Delano. Sang suami memperhatikan ekspresi gadis itu.

Histeria tercipta dalam paras Thanasa. Sesekali ia terisak disana.

Sesampainya depan pintu kamar, penjaga langsung membukakan pintu. Membopong tubuh ringkih, pelan-pelan meletakkannya diatas ranjang. Delano tersentak kala si gadis langsung merangkul begitu kuat seperti tidak ingin ditinggalkan olehnya. Akhirnya Delano menemani Thanasa duduk dengan keaadan dipeluk.

"Tinggalkan kami berdua." Ujar Delano kepada semua dayang.

Setelah keluar, atensi Delano kembali terarah pada Thanasa. Entah kenapa sifat angkuh Thanasa tidak terpancarkan sama sekali, saat seperti ini, gadis itu terlihat manis. Delano menatap dalam.

Selang beberapa menit kemudian, Thanasa terlelap. Begitu damai dan tentram. Bagaikan malaikat. Delano ikut memejamkan mata menenangkan diri.

Tristan mengamati dari balik pintu. Dua insan tersebut sangat mesra, tidak seperti biasa.

Tidak salah jika ia mempercayakan Delano menikah dengan adiknya. Dari awal Tristan tidak pernah setuju ketika penguasa Altair itu akan menikahi Thanasa. Tristan tahu betul Delano hanya berambisi menghancurkan keturunan Lucian. Walau tujuan Delano memang ingin menghabisi Thanasa, Tristan yakin jauh daripada itu, Delano tidak benar-benar melakukannya. Sekarang, ia agak lega dan tidak ingin mencampuri urusan mereka berdua.

***

Tabib Istana memeriksa Thanasa yang sudah berganti pakaian. Ah gadis tersebut masih terbaring. Mengambil lengan kanan, dua jari tabib menekan di area pergelangan tangan, tepatnya didenyut nadi. Berpindah ke leher, kemudian wanita paruh baya tersebut menghadap kepada Delano.

"Pangeran, Ratu mengalami depresi akibat trauma dengan kejadian kemarin. Denyut nadinya tidak normal, butuh waktu yang tidak sedikit untuk memulihkan dirinya."

"Apakah ada saran dari Bibi?" Perlu diketahui, tabib istana itu adalah pengasuh Delano dan adiknya sejak kecil. Wajar Delano memanggilnya dengan sebutan Bibi. Terlebih panggilan pangeran yang tidak pernah berubah terhadap Delano. Laki-laki itu membiarkannya. Saat penobatan sebagai Raja pun, Kalva si tabib menyerukan namanya dengan Raja. Delano tidak terbiasa dan tidak suka, maka dia menyuruh Kalva untuk tetap menyebut dengan pangeran saja.

"Ratu tidak boleh kelelahan dan tidak boleh diingatkan dengan kejadian kemarin. Bermeditasi dan membuatnya senang adalah cara yang tepat untuk mengalihkan ingatan terhadap trauma."

"Zurich."

Tidak sendirian disana, ternyata Delano ditemani oleh penasehat Kerajaan serta Xenya.

"Ya, Yang Mulia."

"Bawa beberapa anak kecil kedalam kamar Ratu besok, Tristan bilang ia sangat menyukai anak kecil. Xenya, temani Ratu bermeditasi untuk beberapa hari ini. Pastikan jangan sampai dia kelelahan."

"Baik Yang Mulia." Sahut Zurich dan Xenya serentak.

***

Kabar mengenai kematian Raja Mos Cov tersebar cepat. Joan-anak Mos Cov naik tahta menjadi Raja Cov yang baru. Delano sungguh tidak bisa dimaafkan. Sejak dulu, pihak Cov menentang Kerajaan Altair terkait sistem pemerintahan yang merugikan mereka, apalagi semenjak Delano menjadi pemimpin. Namun, karena Altair termasuk negeri yang sangat ditakuti, saat itu para petinggi Cov menyarankan untuk merakit hubungan yang baik dengan Altair.

Retak.

Hubungan antar dua Kerajaan yang sempat terjalin hangat hancur seketika.

Pembunuh tetap pembunuh.

MY KING MY ENEMY (TAMAT) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang