Bulan bertengger di langit menggantikan sinar sang surya.
Sudah seharian Thanasa dikurung. Menyedihkan sekali nasib gadis tersebut, terpenjara di tempat asing tanpa siapapun yang dikenalnya. Bahkan ia tidak tahu-menahu kesalahan apa yang telah diperbuat hingga harus membekam dalam tahanan.
Mengingat kejadian siang tadi membuat Thanasa begitu marah. Alord. Bagaimana bawahan Ayahnya sendiri berlaku seperti demikian pada dirinya? Apa yang terjadi? Sungguh, dari dulu Thanasa ingin sekali membunuh pria itu jika saja ia bukan kaki tangan terpercaya Raja Lucian.
Sesekali berdecak kesal lantaran tidak betah dalam tempat ini. Bau, kotor dan minim cahaya. Thanasa ingin pulang. Dia lapar, pengawal disini tidak memberinya makan. Sangat kejam. Bahkan ketika gadis tersebut berteriak minta dilepas, mereka hanya diam memandang kedepan seolah-olah tidak ada orang.
Thanasa lelah. Duduk menyender dinding, memeluk diri sendiri dan membenamkan kepala. Berharap ada seseorang yang bisa membebaskannya.
***
Fajar mulai menyingsing dari ufuk timur. Embun menghinggap didedaunan. Bunga-bunga mulai mengepakkan kelopaknya menyambut pagi hari.
Beberapa prajurit dan satu orang yang paling mencolok disana, menapak menelurusi lorong tahanan. Berbelok kekanan dan menghampiri seorang gadis yang tengah memeluk dirinya sendiri. Mengakhiri langkah, si pria satu-satunya orang yang berbaju hitam disana menatap datar pada Thanasa.
Pemimpin mereka.
"Buka segelnya." Ucapannya seperti titah yang harus dilaksanakan, maka terbukalah penjara itu oleh prajurit yang membawa kunci.
Thanasa tidak sadar lelaki itu memasuki tempat dimana ia dikurung, kemudian si pria melihat Thanasa dari atas, enggan untuk berjongkok.
Tangan sang pemimpin menengadah kekanan, lalu pengawal dibelakangnya menaruh gagang pedang diatas sana.
Perlahan benda tajam itu diarahkan ke Thanasa, lalu...
Sreeet
Helaian beberapa rambutnya terpotong, bersamaan dengan itu Thanasa terbangun. Sebuah cara membangunkan orang yang sangat unik.
Mata sang pemimpin tersebut masih tidak beralih dan tetap memandangi Thanasa, gadis itu kebingungan.
Ruangan apa ini?
Thanasa celingak-celinguk melihat sekeliling tempat.
Ada 4 orang dibelakang berpakaian warna marun dan besi, dan 1 orang yang tengah melihatnya.
Siapa mereka ini?
Mau apa?
Kenapa mereka bisa ada disini?
Thanasa yang baru bangun dari tidur nyenyaknya berusaha mencerna semua kejadian yang terjadi. Otaknya mulai berfungsi mengingat semua peristiwa-peristiwa yang ia alami. Berawal dari acara pertunangannya, kemudian Alord yang tiba-tiba menerobos masuk saat ia sedang berbicara dengan Tristan, lalu ia dibawa kabur dari kerajaan dan berakhir... di penjara.
Netra coklat terang tersebut terbelalak. Lalu beralih pada sosok pria bertubuh tegap didepannya. Tanpa ekspresi. Dingin sekali.
Pedang tajam hampir saja menusuk kening Thanasa ketika ia hendak berdiri. Reflek terduduk kembali dengan sorotan menajam kearah pria yang membawa senjata tajam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY KING MY ENEMY (TAMAT) ✓
FantasyRAJA KU MUSUH KU "Jangan berharap lebih pada ku. Aku menjadikan mu permaisuri ku, karena aku ingin menyiksa mu lebih leluasa." "Perintah ku adalah mutlak. Melanggar, tidak akan ada ampunan." "Aku tidak suka berbagi. Jika kau berani menatap pria lain...