32. Rasa dan Resah

17.9K 1.3K 204
                                    

Semua orang menyalahkan Lilia sebagai penyebab minggatnya Thanasa dari Altair.

Apa kesalahan Lilia?

Gadis itu tidak mempunyai rasa iri dan benci kepada Thanasa. Malah ia sangat menghormati Thanasa dan menganggapnya seperti saudara sendiri. Entah kenapa, ia dijadikan pusat pembicaraan. Sumpah serapah tidak pernah berhenti di Istana ini. Tiap lewat, tatapan sinis selalu tertuju pada gadis tersebut.

Orang-orang juga terang-terangan menggunjing Lilia, banyak dari mereka yang menginginkan Lilia mati. Entah sudah berapa kali gadis malang itu dicelakai dan nyaris keguguran. Sebut saja seperti seorang pelayan yang dengan beraninya menaruh racun dalam hidangan Lilia. Si gadis juga sempat didorong ke danau. Bukannya takut, mereka yang membenci Lilia semakin menjadi-jadi.

Sebutan perebut suami orang dan jalang menjadi tanda panggilan untuk Lilia. Ia dirumorkan menggoda Delano dan membuat pria itu naik keatas ranjang.

Desas-desus ini telah diketahui Rakyat. Mereka yang begitu mencintai sosok Ratu Thanasa juga ikut melayangkan doa buruk terhadap Lilia.

Lilia hanya bisa sabar dan menerima perlakukan mereka. Ia tidak dendam sama sekali atau ingin membalas perbuatan orang-orang kepadanya. Sejak kecil ia sudah terbiasa dengan kekejaman dan keburukan yang diberikan. Tidak akan kaget lagi jika harus menerima hal sama di Altair.

Beruntunglah mereka karena peristiwa ini tidak sampai ketelinga Delano. Penasehat berusaha merahasiakannya dari Delano dan membereskan masalah tersebut secara diam-diam. Bagaimanapun juga, Lilia tengah mengandung penerus Altair.

Tiap hari, Lilia hanya bisa menangis. Seringkali ia merutuki diri sendiri.

Menyentuh Delano saja ia tidak pernah berpikiran demikian.

Ia memang telah jatuh pada pesona Delano dan tulus mencintai sang Raja. Tetapi malam itu bukan dia yang mau atau dia yang menggoda Delano.

Bukankah Lilia seharusnya tidak dibenci?

Usia kandungan Lilia telah memasuki delapan bulan, selama itu juga keadaan di Istana jadi berbeda. Delano lebih sering terlihat diam pada saat rapat Kerajaan. Lelaki itu bahkan tampak kurus, raut mukanya juga kentara tua dari yang seharusnya.

Satu titik hitam yang dibuat oleh Delano menimbulkan efek yang begitu besar. Tujuan hidupnya hilang dan terasa hampa. Berbulan-bulan mencari keberadaan Thanasa seperti dulu. Ia bingung bagaimana harus membawa sang istri pulang kali ini.

"Yang Mulia." Zurich memberi salam pada Delano yang sedang melihat ke bawah, dari balkon kamar. Punggung tegap yang mampu menakutkan musuhnya itu, rapuh.

"Hamba mendapatkan informasi keberadaan Ratu." Mendengar nama Thanasa membuat Delano langsung membalikkan badan, meminta Zurich menjelaskan maksud omongannya tadi.

"Berdasarkan info dari mata-mata kita, Ratu kabur ke Grassia. Raja Lander membantunya bersembunyi."

Tangan Delano mengepal kuat, rahang pria itu mengeras sampai urat tercetak jelas disana.

Lander?

Berani-beraninya heh?

"Siapkan pasukan dan orang terbaik Altair, kita akan ke Grassia. Jika Ratu tidak mau pulang, kita akan jajah mereka. Aku tidak peduli pertemanan yang sempat terjalin dengan Kerajan itu." Nada bariton tegas dan amarah campur disaat bersamaan. Bahkan Zurich yang telah bersama Delano sejak lama sering kali dapat merasakan aura mencekam dan takut jika emosi Rajanya terganggu. Raja Altair yang dingin dan tidak punya hati telah kembali.

***

"Persalinanmu sebentar lagi, Putri." Dari awal hingga sekarang, Kalva satu-satunya di Altair yang sangat baik kepada Lilia. Wanita paruh baya tersebut tidak berpihak pada Lilia ataupun Thanasa. Justru ia malah ingin kedua istri Delano bersama-sama dalam satu atap Altair dan hidup bahagia. Lilia tengah mengandung pewaris Altair, tentu saja ia harus dirawat dengan semestinya. Kalva tahu rumor yang ada dalam istana. Pengasuh dari Delano dan Dilan tersebut menyemangati Lilia dengan pikiran positif serta memberikan obat penenang. Memasuki usia kehamilan trisemester harus lebih waspada karena seorang Ibu akan lebih cepat merasa lelah serta perubahan suasana hati yang cenderung signifikan. Stress hal utama yang harus dihindari.

"Terima kasih, Kalva." Lilia tersenyum tulus, Kalva adalah seorang Ibu baginya. Setidaknya masih ada orang yang peduli di Altair.

***

"Suami mu sepertinya ingin mengajak perang."

"Lakukan saja, mudahkan? Aku akan ikut berperang dan menjadi garda terdepan melawannya."

Tertawa renyah, Lander menatap jenaka Thanasa yang kini berada dikamar si lekaki. Gadis itu tidak banyak berubah. Sifat memerintah dan sombongnya masih ada. Disini dia hidup seperti seorang Ratu Grassia. Dan Lander tidak mempermasalahkan itu, malah ia memberikan kebebasan pada si gadis untuk melakukan apapun.

"Apa aku sedang melawak?" Ketus Thanasa tidak menoleh, ia fokus pada bacaan tentang sejarah Grassia.

"Aku hanya mengingat masa lalu. Masa dimana kita bergabung dengan Fell. Bukankah saat itu kau juga berperang dengan suamimu? Dan kau taukan hasilnya?"

Thanasa reflek menutup buku yang tengah ia baca. Omongan Lander memancing emosinya. Bangkit dari tempat tidur, ia langsung menghampiri Lander yang sedang melipat tangan.

"Kau ingin mengolok ku karena kalah darinya waktu itu?"

Terkekeh pelan. Surai coklat Thanasa diacak lembut. Gemas sekali Lander dengan tingkah mantan tunangannya ini. "Jangan mengambil keputusan disaat kau sedang sakit hati, Thanasa."

Mengernyit heran, Thanasa menepis tangan Lander kasar. "Kenapa kau selalu berpihak pada si brengsek itu?"

Menggeleng, Lander menerbitkan senyum. Jujur saja ia masih menaruh perasaan pada Thanasa. Jika mau, ia bisa membuat Thanasa benar-benar menjadi Ratu Grassia. Lander menolak. Disini hanya ia yang mencintai, sedangkan gadis didepannya ini tidak sama sekali dan Lander tidak ingin memiliki hubungan seperti itu. Lebih baik mencari seseorang yang juga membalas perasaannya.

"Aku tau apa yang kau rasakan. Dilubuk hatimu kau sangat membencinya, tapi kau juga mencintainya disaat yang bersamaan dan itu membuat mu resah bukan?"

Lander orang yang paling mengerti Thanasa selain Tristan. Mereka tumbuh bersama dari kecil. Banyak hal-hal dan detail kecil yang hanya diketahui oleh Lander. Mengenai bagaimana isi hati Thanasa, tentu saja Lander juga bisa menebak apa itu.

Seperti dugaan Lander, Thanasa menitikkan air mata setelah mendengar penuturannya. Sigap, ia membawa Thanasa kedalam pelukkan. Menenangkan si gadis.

***

MY KING MY ENEMY (TAMAT) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang