"Apa kau sanggup Yang Mulia?"
"Aku menyetujuinya." Delano menurunkan pedang. Lelaki itu membalas tatapan Thanasa dengan pandangan yang sulit diartikan.
Keputusan Delano membuat Thanasa penasaran. Kenapa penguasa Altair itu menyetujui persyaratannya? Apa karena takut harga diri seorang Raja jatuh? Atau memang ia ingin Thanasa kembali? Semudah itukah? Lalu kenapa dulu ia tidak jujur kepada Thanasa jika hal yang berat seperti ini saja mudah disetujui?
"Itu artinya aku ditolak?"
Suara Athes menyadarkan Thanasa. Si gadis menoleh dan tersenyum. "Sayang sekali Raja Athes, suami ku menyetujui persyaratan yang aku ajukan. Itu artinya aku harus kembali bersamanya."
"Kau ingin kembali pada Raja yang tidak punya pendirian seperti itu?"
Delano mendelik tajam dan mengepalkan tangan. Urat nadi tercetak jelas dilehernya sampai mukanya merah padam. "Jaga perkataanmu Athes, aku tidak akan segan-segan menghancurkan apapun yang kau punya."
"Ck, mau bagaimana lagi. Aku sudah tidak punya harapan untuk membawa Ratu Thanasa." Tersenyum licik, Athes memandang Delano lurus-lurus. "Jika ia kabur dari Altair lagi, aku berjanji akan merebutnya dan tidak pernah mengembalikannya padamu."
"Kau tidak akan mempunyai kesempatan seperti itu."
"Baiklah, kita lihat nanti."
***
Insiden kemarin masih membekas bagi sebagian yang berada disana. Orang-orang bergosip dan hal tersebut menjadi perbincangan hangat. Banyak yang kagum dengan sosok seorang Thanasa bisa menaklukan Delano dan Athes. Padahal ia masih remaja berusia 18 tahun.
Yang paling menggegerkan adalah permintaan Thanasa sebagai syarat untuk dirinya kembali ke Altair. Ratu Altair tersebut meminta Lilia dan Putranya diasingkan ketempat yang sangat jauh. Terdengar kejam namun banyak orang yang mendukung. Tidak sedikit juga yang merasa kasihan kepada Lilia.
"Kau yakin tetap tidak mau ikut bersamaku?"
Melengkung tipis, Thanasa mendekat pada Athes dengan jarak kurang dari 5 centi meter. Memberi atensi sombong. Ia berbisik lirih. "Aku tau apa tujuanmu yang sebenarnya, Athes."
Athes memuji Thanasa lewat tilikkannya. Wanita ini terbilang cekatan dan hebat bisa mengetahui motif yang ia rencanakan. Ah, sungguh ia ingin memiliki gadis ini. Menaikkan sudut bibir, Athes mengacak rambut Thanasa pelan.
"Kau sudah tumbuh dewasa, Thanasa. Aku hampir tak mengenalmu. Jika saja dulu aku lebih cepat naik tahta, mungkin aku bisa membawa mu ikut bersamaku." Athes bangga pada Thanasa yang tumbuh kuat. Tak ada lagi yang perlu ia cemaskan dengan keadaan gadis tersebut. "Bilang padaku jika dia menyakitimu lagi. Aku berjanji akan membunuhnya dengan tanganku sendiri dan merebutmu darinya."
"Kau memang tidak pernah berubah."
Dari atas, ada Delano dan Lander yang memperhatikan interaksi antara Thanasa dan Athes. Sejak tadi, Delano menahan emosi, serasa ingin memotong tangan yang beraninya menyentuh kepala sang istri.
***
Athes beserta rombongannya akan kembali dalam beberapa hari setelah urusan di Grassia selesai. Sedangkan Delano dan Thanasa bergegas menuju Altair disore ini. Mereka sedang dalam perjalanan. Thanasa menjadi orang asing dalam sekejap. Tidak seperti dulu, dimana gadis itu akan banyak berbicara dan bertanya pada Delano. Namun sekarang ia terlihat mengerikan untuk sekedar disapa.
***
"Putri, Yang Mulia dan Ratu Thanasa baru sampai di Altair. Apa kau mau menyambut mereka?"
Lilia memandang sendu pada putranya yang belum diberi nama sama sekali. Raut wajah itu tampak sedih. "Sebaiknya aku tidak perlu memperumit keadaan lagi. Ratu kembali, itu sudah membuatku senang."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY KING MY ENEMY (TAMAT) ✓
FantasyRAJA KU MUSUH KU "Jangan berharap lebih pada ku. Aku menjadikan mu permaisuri ku, karena aku ingin menyiksa mu lebih leluasa." "Perintah ku adalah mutlak. Melanggar, tidak akan ada ampunan." "Aku tidak suka berbagi. Jika kau berani menatap pria lain...