Fell merayakan kemenangan kecilnya. Keadaan semakin menguntungkan dengan menyebarnya berita Delano yang terluka parah. Kerajaaan-kerajaan yang dulunya memang takut pada Altair, kini beberapa diantara mereka memilih bersatu dengan Fell. Membentuk pergumulan untuk menghancurkan Altair.
Terlebih, kelemahan Delano ada ditangan Fell.
Fell menyesap minuman ditangan sembari sesekali bercengkrama dengan Raja Amertha dan penguasa yang lain.
"Ku rasa dengan keadaan Altair sekarang, kita bisa langsung menyerang. Mereka terlalu lama hidup dengan damai." Ucapan Amertha ditanggapi gelak tawa puas.
"Aku setuju dengan mu. Kita bisa mengumpulkan semua pasukan. Jumlahnya lebih banyak dari pasukan Altair. Dipastikan kali ini kemenangan pasti menjadi milik kita."
Kini Fell mengangkat suara. "Wanita dari Kerajaan Altair sangat cantik-cantik. Mereka akan kita jadikan sebagai wanita penghibur disini."
"Menggiurkan."
"Para pria akan kita jadikan budak, sedangkan wanitanya akan kita nikmati bersama haha."
"Ya. Untuk anak-anak yang tidak berguna, langsung dibunuh saja. Mereka hanya sampah."
"Bagaimana dengan Dilan?"
Amertha tertawa meremehkan. "Bocah ingusan itu hanya Pangeran lemah. Dia tidak ada apa-apanya dibanding Delano. Semuanya hanya bergantung kepada Delano yang sedang sekarat. Menyedihkan."
"Oh ya. Ku dengar kau menawan putrinya Lucian. Apakah itu benar?"
Anggukan Fell membuat Raja Barron tersenyum jahat. "Putri cantik jelita yang tidak pernah keluar dari wilayah Ayahnya dulu. Aku sangat penasaran dengan paras gadis itu. Apa aku boleh melihatnya? Ku rasa bermain sedikit tidak apa-apa kan?"
***
Suara tapak kaki terdengar begitu dekat. Thanasa mengangkat kepala lemah melihat siapa yang datang.
Orang asing dengan jubah merah dan mahkota yang bertengger diatas kepala. Tidak lupa ada beberapa pengawal dan satu orang lagi yang sangat dibenci oleh Thanasa.
Fell.
"Wow, putri Lucian benar-benar cantik. Bahkan dengan muka yang dipenuhi sayatan tidak mengurangi kecantikkannya sama sekali." Barron menatap takjub. Kecantikan Thanasa ternyata memang bukan sekedar kabar burung. Sayangnya gadis itu dijaga ketat oleh Lucian sampai tidak diperbolehkan keluar Istana.
"Sangat cantik."
"Kau ingin menikmatinya?" Tanya Fell.
Barron mengangguk antusias. "Ku rasa jika kau mau membersihkannya terlebih dahulu baru permainannya akan seru. Dia sangat kotor saat ini."
Langkah kaki Fell mendekat pada Thanasa. Dagu sang gadis diangkat dengan cengkraman kuat. "Kau dengar itu jalang? Haha. Bagaimana jika rakyat mu tau kalau Ratunya menjadi seorang pelacur?"
Fell menghentak kasar dagu Thanasa.
"Pengawal, bawa jalang ini. Suruh pelayan membersihkannya dan obati dia beberapa hari ini. Jika luka wajahnya sudah membaik, antarkan pada kami dan pakaikan dia dengan baju penari yang seksi."
"Baik, Yang Mulia."
***
Mata hitam pekat itu terbuka pelan. Sayup-sayup melihat beberapa orang tengah berdiri mengelilinginya.
Grace yang melihat gerakan lemah dari Delano, langsung menghampiri diikuti oleh Dilan.
"Panggilkan tabib! Cepat!" Teriakan Grace memicu penjaga didalam sana bergegas keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY KING MY ENEMY (TAMAT) ✓
FantasyRAJA KU MUSUH KU "Jangan berharap lebih pada ku. Aku menjadikan mu permaisuri ku, karena aku ingin menyiksa mu lebih leluasa." "Perintah ku adalah mutlak. Melanggar, tidak akan ada ampunan." "Aku tidak suka berbagi. Jika kau berani menatap pria lain...