Nona, sudah berapa malam
kau terjaga? Matamu rungau,
bibirmu penuh lelungit, dan
lidahmu, Nona, ia seakan kaku.Nona, lihat jiwamu betah
pada sunyi senyap pada
gelap diam. Kau tetap di sana—
di terungkumu; runcit
melihat dirimu bercampur
sampai hancur sudah—
dan dirimu tumpah ruah.Nona, berhenti.
Tidakkah kau melihat urna
dalam jemala? Pada jemarimu
terdapat cinta.
Lalu mengapa selalu ada hina?
Sedang kau, Nona,
adalah yang adika.— Luar Bumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
LUAR BUMI
Poetryini sajakku, dan ini aku seseorang di Luar Bumi -Luar Bumi Ps: sajak ini tidak sepenuhnya aku yang buat. •••• hey, if you like my story, let's add my account. thank you, readers Started - 28 juli 2018