4. Maaf?

829 38 1
                                    

Lea memandangi jam yang menunjukkan pukul setengah 10 malam.

"Apa gue kesana aja ya, siapa tau ada yang penting," Lea bergegas, mengambil jaketnya.

Ia sengaja tidak membawa kendaraan, karena suara mesin mobil akan mengganggu beberapa orang yang sudah tertidur di rumahnya. Gadis itu memutuskan untuk naik taksi saja yang kebetulan lewat di depan.

Lea memandangi handphone nya, mengamati kembali pesan misterius itu sembari duduk di dekat jendela taksi. Wajahnya nampak tidak tenang,  lebih tepatnya Lea sedang memikirkan apa yang akan terjadi di sana nanti.

🍰🍰🍰

"Ishhh... dimana dia?" Lea sibuk mencari cari orang dibalik message nya tadi. Seperti orang hilang di Cafetaria.

"Hei!" panggil salah seorang pria di pojok Cafe.

Lea menoleh kaget ke arah yang memanggilnya. Dia segera melangkahkan kaki untuk mendekatinya perlahan.

"Kamu siapa ya?" Tanya Lea heran menatap siapa dibalik pria bertopi yang tadi memanggilnya.

Setelah Lea dibuat penasaran olehnya, akhirnya pria itu membuka topi nya.

"Kak Bian?" ucap Lea membulatkan matanya.

"Kenapa lo kaget liat gue?" tanya Bian.

"E-engga kok," jawab Lea gelagapan,  "Ternyata yang mesagge gue kak Bian," lanjut Lea dalam bantin.

"Duduk," pinta Bian

Lea menuruti perintahnya.

"Ngomong-ngomong ada apa kak?" tanya Lea canggung.

"Gue mau-" ucap Bian terputus.

"Mau apa kak?"

"Gue minta maaf soal perkataan gue di rooftop tadi," jawab Bian cepat.

Lea malah tertawa kecil sembari bergeleng geleng.

"Kenapa lo ketawa?" Tutur Bian.

"Nggak usah minta maaf, kak Bian ngga salah," ucap Lea lembut, "Oiya, kak Bian dapat nomor hp Lea dari siapa?" Tanya Lea mengalihkan pembicaraan.

Bian membuang mukanya datar.

"Ga penting juga lo tau dari siapa."

Lea menghela napas, tak puas dengan jawaban Bian tadi. Setelah penuturan Bian itu, suasana pun hening tak ada obrolan apapun. Lea jadi tak betah berlama lama di Cafetaria bersama Bian. Ia berencana untuk pulang.

"Kak?" ucap Lea memanggil lagi.

"Apa?" Jawab ia seadanya.

"Lea boleh pulang? Ini udah malem."

Bian menoleh, menatap tajam Lea. Memberi isyarat agar gadis itu tak pulang.

"Temenin gue disini," pinta Bian.

"Tapi kak," sanggah ia, sembari meneguk ludah mendengar tuturan itu.

"Gak usah tapi tapian. Soal nyokap lo biar gue yang urus."

Lea mulai canggung, menggigit bibir bawahnya.

Suasana Cafetaria pun semakin malam semakin sepi. Hanya tinggal mereka berdua. Tak ada satu pun diantara mereka yang memulai obrolan.

Datang pelayan cafe membawakan dessert cheese cake. Yang sudah di pesan Bian sebelum Lea datang.

"Mas, mbak. Ini pesanan nya sudah siap selamat menikmati."

Azalea [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang