Point of view Bian :
Jam menunjukkan pukul 9 pagi. Seorang wanita paruh baya membawa nampan berisikan sarapan sebuah roti selai dan tak lupa segelas susu putih. Ia melangkahkan kaki pelan, menyusuri lorong ruangan yang sangat luas. Pintu-pintu bergaya jawa tradisional namun elegan dengan lapisan emas yang menempel di pinggirnya.
Wanita itu berhenti di salah satu kamar yang berada paling pojok, bertuliskan nama Bian yang tertera di depan pintu dengan Aksara Jawa. Wanita paruh baya itu memanggil nama Bian beberapa kali, namun tak ada sahutan apapun dari dalam. Kamar itu nampak sangat sunyi dan jendela pun belum terbuka sempurna. Ia khawatir karena sudah beberapa kali tak ada sahutan, wanita itupun meletakkan nampan segera yang tadi di bawanya lalu bergegas mendobrak pintu itu dengan paksa.
Brakkk
"Astagfirullah Bian!"
Ia tersentak kaget melihat cucu nya yang terkapar di atas karpet, samping tempat tidurnya. Pria itu mengeluarkan sedikit busa dari mulutnya, tubuhnya sangat lemas. Wanita itu sontak berlari ke arahnya, menghampiri Bian lalu mengecek denyut nadinya. Syukurlah! Bian hanya pingsan.
Dengan gerakan cepat, ia pun mengambil ponsel dari dalam saku celana kulotnya. Wanita itu hendak menelpon ambulan dengan raut wajahnya yang sangat khawatir dengan keadaan Bian. Tuturnya berbelit saat menelpon karena perihal panik.
🍰🍰🍰
Lea, Nadia, dan Dhira sedang berada di toko buku. Mereka sengaja pergi ke sana untuk membeli buku novel, terutama Lea dan Dhira ia sangat terobsesi dengan cerita romantis pada novel yang membuatnya terbawa perasaan. Halunya sudah stadium 4. Bagi mereka, buku adalah teman dikala sepi.
Mereka bertiga berjalan pada lorong-lorong buku. Tangannya meraba raba mencari buku yang ingin dibelinya. Sedangkan Lea, ia sibuk memainkan ponselnya sembari berjalan mengikuti Nadia dan Dhira dari belakang.
"Hape teross!!" Teriak Nadia yang berada lima langkah di depannya.
"Hemm," gumamnya.
Lea tak menggubris Nadia.
"Lo nggak sama kak Bian?" Tanya Lea tiba-tiba kepada Dhira yang sedang mencari novel itu.
Dhira menjawab santai.
"Engga."
"Lo beneran jadian sama kak Bi-" ucapan Lea terhenti ketika Nadia berbicara untuk mengalihkan perhatian. Ia tak mau jika rencananya secepat itu terbongkar.
"Eh Lea bukannya ini novel kesukaan lo?" Ucap Nadia antusias kepada Lea, ia menunujukkan sebuah buku yang ingin Lea baca dari dahulu.
Lea menoleh ke arah Nadia, ia mendekatinya.
"Ah iya! Akhirnya sekian lama gue cari," tuturnya bahagia.
Nadia menghela napas lega. Syukurlah ia berhasil mengalihkan pembicaraannya. Jika Dhira tahu rencana itu, Dhira mungkin akan marah karena telah membalikkan fakta bahwa ia sebenarnya tidak berpacaran dengan Bian.
Lea masih mengamati novel itu, membolak balikkannya memastikan bahwa itu adalah benar novel yang dicarinya. Sembari sesekali ia membuka dan membaca isinya dari halaman demi halaman. Wajahnya terpampang bahagia, dapat terlihat ada senyum yang terlukis pada bibirnya, ia berjalan pelan tak menatap depan untung saja tak banyak orang yang berada di lorong buku itu, kalau tidak pasti ia akan menabrak nabrak orang karena tatapannya hanya serius mengarah pada novel yang sedang di bacanya seraya berjalan. Gadis itu tiba-tiba menghentikan langkahnya setelah ia menabrak pria tampan berpostur atletis nan tinggi. Lea tersentak kaget, ia tidak sengaja menjatuhkan buku karena reflek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azalea [COMPLETED]
Teen FictionSeorang pria, satu tahun lebih tua dengan gadis 16 tahun yang akrab dipanggil Lea. Acuh, itulah karakter Bian. Dikisahkan bahwa Bian memiliki masalah psikologis akibat mimpinya di masalalu yang selalu datang menghantuinya. Alasan yang mungkin bisa m...