8. Taman Lampion

509 26 0
                                    

Seminggu telah berlalu, Lea menjalani aktivitas tanpa kabar dari Bian. Sekolahpun menjadi tak semangat, kak Bian kemana? Itulah kalimat yang selalu keluar dari mulut Lea akhir-akhir ini. Tak ada pesan ucapan selamat pagi lagi, tak ada yang menggandeng dan menarik tangan Lea tiba-tiba. Sungguh sangat membosankan tanpa Bian.

Gadis itu selalu mengharapkan kehadirannya, walaupun pria itu telah berbohong kepadanya, akan melihat Lea perform tapi apa? Takdir telah berkata sebaliknya.

Lea meratapi layar ponselnya, berharap ada pesan yang terkirim dari Bian, tapi apalah daya, notifnya hanya sekedar chat grup. Lea berguling kesana kemari di kasur kamar, seperti orang yang tak punya semangat hidup lagi.

"Lo kenapa sih, galau banget keliatannya," kritik Nadia yang sedang sibuk mengoleskan masker ke wajahnya di depan kaca rias.

Lea bahkan tak menoleh atau menggubris sahabatnya itu, dia terus memainkan ponselnya. Nadia sontak melemparkan sisir ke Lea.

Brugg!!

"Aduhhh..sakit tau," Lea meringis kesakitan dan mengusap usap bahunya.

"Ya salah lo sendiri, gue tanya ga di jawab," gumam Nadia kesal.

Lea menoleh kearahnya.

"Nad, kata kak Bian waktu itu, dia suka ke Taman Lampion kalo malem gini, sekedar duduk-duduk atau cari angin malam. Coba ah gue kesana ya? siapa tau kak Bian ada disana," jawabnya mengalihkan pembicaraan.

Pikiran ini terlintas di kepala Lea, beruntung Bian pernah bercerita tentangnya jika dia sangat menyukai tempat itu untuk menyendiri jika sedang ada masalah ataupun hanya untuk iseng-iseng datang.

Dia bergegas keluar kamar meninggalkan Nadia seenaknya, bahkan tak pamit dengan kedua orang tuanya. Nadia yang melihat hal itu hanya diam membisu tak bisa berkutik menanggapi kelakuan sahabatnya.

🍰🍰🍰

Lea mengamati keadaan sekitar, yang ada hanya kelap kelip lampu lampion yang memanjakan mata di malam hari. Namun, tak ada satu orangpun kecuali dirinya ternyata dugaannya salah, Bian tak ada di tempat itu. Lea menduduki ayunan bewarna merah yang didepannya persis terdapat kolam kecil, dia melamun dan menyesali niatnya sudah datang ke tempat itu, hal yang di lakukannya sungguh sangat sia-sia. Gemricik air kolam memberi kesan suasana hening dan tenang, mungkin alasan itu yang membuat Bian pernah bercerita kepada Lea, bahwa tempat itu benar-benar bisa menenangkan pikiran dan hati seseorang.

Waktu sudah menunjukkan pukul tengah malam, Lea masih ditempat yang sama. Dia mengurungkan niatnya untuk segera pulang karena suasana di taman lampion itu membuatnya betah berlama lama walau seorang diri. Lea mulai berpuitis memainkan pena dengan jari-jarinya, menuangkan segala yang ada di pikirannya pada selembar kertas notebook yang selalu ia bawa kemanapun pergi. Bagi gadis itu, buku dan imajinasi adalah teman terbaiknya saat tak ada lagi semesta yang bisa menemaninya dikala sendiri.

Sebuah notebook dan sang dewi malam pun sangat setia menemani Lea untuk saat ini, dia benar-benar menikmati kesendiriannya. Bahkan lupa niat pertama untuk apa dia ketempat itu, sampai heningnya terpecahkan karena panggilan dari Nadia terus berbunyi. Lea segera mengangkatnya ternyata benar, Nadia menyuruhnya untuk segera pulang. Lea segera bergegas kembali kerumah.

🍰🍰🍰

Seseorang telah membuka pintu kamar Lea, dan benar saja dia ibunya Lea. Nadia terpelonjat kaget, segera membenarkan posisi duduknya agar tekesan sopan.

Wanita itu masuk, mengamati kamar Lea dari sudut ke sudut, namun ia tak mendapati anaknya berada didalam.

"Nadia? Kemana Lea?" Tanya heran wanita yang dipanggil tante itu, karena tidak mendapati suara anaknya sedari tadi.

"Emm, oh itu tante, Lea ke-" jawab Nadia gelagapan tak mau memberi tahu jika anaknya sedang pergi ke taman lampion sendirian.

"Kemana Nad? Jangan bikin tante khawatir sayang," tutur wanita itu dengan mengerutkan dahinya.

"Lea ke tam-"

"Mamah udah pulang?" Ucap gadis itu memotong perkataan Nadia.

Nadia menghela napas lega. Saat mendapati Lea yang tiba-tiba berada di pintu kamar dengan napasnya yang tak beraturan.

Wanita yang dipanggil mamah itu, sontak membalikkan badannya menatap Lea, "Kamu darimana saja Lea?"

"Eh..em Lea habis ke mart depan komplek rumah kok ma," jawab Lea cepat.

Ibunya mengangguk pelan mempercayainya.

"Oh begitu, yasudah mama tinggal dulu. Kalian jangan tidur malam-malam," pesan mama Indah kepada mereka berdua, sembari menutup pintu.

Nadia sengaja malam ini akan menginap di rumah Lea, karena ibunya akan mengantar neneknya kerumah sakit dan ayahnya sedang keluar kota. Jadi Nadia terpaksa menginap karena tidak mau sendirian dirumahnya.

"Gue bener-bener panik tadi, mau bilang apa ke nyokap lo. Lo itu ya suka bikin orang panik," celoteh Nadia.

Lea terkekeh pelan, "Hehe iya maaf deh."

"Terus gimana, lo ketemu nggak sama kak Bian? Pasti ngga kan."

"I-iya gue ngga ketemu, bahkan ngga ada orang sama sekali di sana," jelas Lea dengan sedikit menundukkan kepalanya ke bawah, tanda menyesal.

Nadia hanya menarik nafas panjang mendengar jawaban yang sudah bisa ditebak Nadia sebelum Lea menjawabnya. Bian benar tidak kesana.

🍰🍰🍰

"Menurut lo, kak Bian kemana ya udah seminggu lebih dia nggak masuk sekolah, jadi khawatir gue," tanya Lea kepada Nadia di keramaian Cafetaria siang hari.

"Lo udah coba hubungi dia?" Sahutnya sambil melahap es krim green tea kesukaannya.

"Takut ganggu, gue bukan siapa siapanya. Ada hak apa gue pengen tau keadaan dia ya?" Ujar Lea, moodnya kembali menurun.

"Nah itu lo nyadar."

"Maksud lo?" Lea membulatkan matanya.

"Udah tau lo itu ga ada hubungan apa apa sama kak Bian, masih nyariin juga. Dia juga belum tentu mikirin keadaan lo disini, lupain aja deh toh masih banyak cowo, yegaaa rel?" Jawab Nadia sengaja menyenggol bahu Farel yang duduk di sebelahnya.

"Yoi!" Sahut Farel singkat.

Lea menengok ke arah Farel yang sedari tadi senyum-senyum tidak jelas, sembari tangannya yang memutar mutarkan sendok di dalam gelas.

Lea bergidik ngeri melihat kelakuan sahabatnya itu.

Disudut kamar, Lea terlihat sedang memandangi foto sebuah kampus di luar negeri yaitu Universitas Negeri Florida yang berada di Tallahassee, Florida bagian utara, Amerika Serikat. Lea sangat ingin bisa bersekolah disana 2 tahun kemudian, tepatnya setelah lulus SMA. Beribu mimpi yang Lea pajang di setiap sudut kamarnya entah itu berupa tulisan, atau foto. Berharap semua mimpi itu akan terwujud di masa depannya. Beribu cara untuk Lea bisa mewujudkannya dia mulai mempersiapkannya dari sekarang, walau terbilang masih sangat lama tapi tidak ada salahnya Lea belajar dari sekarang.

Seperti biasa, jika Lea sedang sendiri dan tak ada teman untuk mengobrol dia akan bercengkrama dengan notebook kesayangannya. Hanya untuk sekedar iseng coret coret/membuat sebuah karya di secarik kertasnya. Dia mulai mencari keberadaan notebook nya di dalam lemari belajar yang biasa ia simpan disitu, namun tak ada benda apapun di dalamnya. Lea panik, bagaimana buku itu bisa hilang? padahal isinya adalah curahan yang mungkin tak akan Lea bisa cerita ke siapapun, karena hal privasi. Lea sempat berpikir pasti ada orang yang sengaja mengambil, tapi untuk apa orang itu mencurinya?

"Mampus, dimana notebook gue!"

- ••• -

Bersambung..

Thank u for reading. wait to next chapter for it✨

My Instagram activity @adeliasfra

Azalea [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang