Lea dan Nadia menelusuri koridor sekolah SMA Perdana. Nadia sengaja tidak langsung masuk ke kelasnya karena mengantar Lea dulu.
"Nad, kelas gue dimana sih? Kita udah jalan jauh banget loh dari parkiran belakang," keluh Lea.
"Bentar lagi juga sampe kok, sabar ya inces manjahh," goda Nadia sambil tertawa.
"Ihh geli gue. Bay the way ada toilet ga?"
"Ya ada dong," jelas Nadia sembari menepuk jidatnya.
Lea gemas, Nadia tak mengerti maksudnya.
"Astaga maksud gue sebelah mana!"
"Eh ehh santai dong HAHA. Dari sini lo belok kanan, lurus, nanti ada kantin, belok kiri, mentok, belok kiri lagi, lurus, belok kiri, belok kanan, ada tangga belok kanan lagi, mentok, belok kiri. Nah disitu,"
"Ngarang lo emang, ishh!" Decak Lea.
"Dari sini belok kanan aja, yang itu liat kan? Udah gih sana, jangan lama lama. Gue tunggu disini," tunjuk Nadia ke arah toilet, dan sembari duduk.
Tiba tiba seorang pria menghampirinya. Dia berwajah tampan, salah satu kapten team basket disekolah ini, dan suaranya yang suka bikin para cewek baper. Dia adalah teman sekelasnya Nadia.
"Good morning Nad. Eh lo ngapain duduk sendirian di sini? Ga langsung ke kelas aja?" tanya pria itu.
"Morning to Farel. Iya nih lagi nunggu Lea di toilet."
"Lea? Siapa dia?" Tanya Farel heran.
"Oh di-" ucap Nadia terputus. Tiba- tiba Lea datang dengan wajah heran, Lea tak tahu siapa orang yang duduk di sebelah Nadia.
"Lea? Udah selesai?" Tanya Nadia.
Jawab Lea menganggukkan kepala, sambil merapihkan rok abu-abunya.
"Farel, kenalin ini sahabat gue namanya Lea. Dia anak baru disini," ucap Nadia memperkenalkan Lea kepada Farel.
Farel menjulurkan tangan nya kepada Lea dengan gayanya yang cool.
"Hai, gue Farel. Temen sekelasnya sahabat lo, salam kenal."
Lea tersenyum sumringah.
"Hai, gue Lea," balas cepat Lea sembari menerima uluran tangan Farel.
"Mimpi apa gue bisa ketemu bidadari secantik dia pagi ini," ucap Farel lirih yang suaranya tak mau didengar oleh Nadia dan Lea.
"Ngomong apa lo barusan?" Heran Nadia, sambil menyenggol Farel dengan bahunya.
"Eh ga ngomong apa apa kok," Farel menjawab tegas untuk menutupi omongannya barusan.
"Ok deh. Gue anter Lea ke kelas dulu ya," ucap Nadia meninggalkan Farel.
🍰🍰🍰
Sudah lama berjalan menuruni dan menaiki anak tangga yang lumayan banyak, akhirnya mereka sampai ke kelas Lea.
"Udah sampai. Jadi, ini kelas lo. Lea inget ya dari parkiran tadi lo lurus, belok kanan, terus naik tangga. Masuk gih, udah ada gurunya," pinta Nadia.
"Makasih banyak Nad udah nganter gue."
Nadia tertawa kecil.
"Kaya sama siapa aja lo yaa."
"Oiya Nad, gue pengen nanya sesuatu nih sama lo sebelum gue masuk kelas."
"Apa?"
"Farel itu orangnya gimana sih? Dia temen sekelas lo kan?"
"Cieeee lo suka apa suka?" kata Nadia, sambil menunjuk Lea menghakimi, dengan tertawa kecil.
"Enggak. Gue cuma pengen tau kok," gerutu Lea agak salah tingkah.
"Kapan-kapan aja gue ceritain, udah masuk gih."
Lea mengangguk
"Oke."
Lea memasuki kelas 11 baru, yang didalamnya sudah ada guru. Spontan, semua sorotan mata seisi kelas tertuju padanya.
Tok..tokk...
"Masuk, kamu murid baru?" Tanya Pak Salim. Guru biologi yang termasuk kata siswa dan siswi di sekolahnya adalah guru ter-killer.
"I-iyaa pak saya murid baru disini," jawab Lea sedikit gugup.
"Masuk, dan silahkan perkenalkan dirimu," pinta Pak Salim dengan nada bicaranya yang tegas.
Lea menghela nafas menuruti perintah gurunya.
"Hai, namaku Jasmine Azalea panggil aja Lea. Aku pindahan dari SMA Cempaka. Senang berteman dengan kalian," Lea tersenyum manis menatap satu per satu teman temannya.
Bisikan-bisikan geli para pria alay di kelasnya pun mulai terdengar di telinga Lea.
"Busyett tu anak cantik amat."
"Eh tomatt minggir lu, biarin dia duduk ama gue."
"Mimpi apa gue semalem," sahut yang lain.
"Dia jomblo ga ya?"
"Sekarang juga gue putusin pacar gue kalo gini mah."
"Semoga dia jodoh gue."
"Emaknya ngidam apa yak?"
Lea tak menghiraukan kata - kata teman pria sekelasnya itu. Toh Lea sudah bosan dengan omongan-omongan itu, yang hanya memuji pesona nya.
"Baiklah, sekarang kamu duduk di bangku sebelah sana yang kosong itu," ucap Pak Salim, sembari menunjukan bangku di urutan kedua.
Lea melangkahkan kaki nya menuju bangku yang di perintahkannya.
Terlihat seorang cewek berambut sedikit brown dan tubuhnya yang terlihat ideal, memberi senyuman kepada Lea.
"Hai, lo sekarang duduk sama gue."
Lea tersenyum kepadanya.
"Salam kenal, oiya nama lo siapa?" Lea bertanya seraya menjulurkan tangannya.
"Gue Dhira, salam kenal juga," ucap gadis itu membalas juluran tangan Lea bersalaman.
Tak ada satupun obrolan basa basi yang di lontarkannya, bisa saja Lea akan menanyakan seputar Dhira atau mungkin pelajaran dikelasnya? Tidak, setelah perkenalan itu keduanya sama-sama diam tak berkutik. Lea langsung menyibukkan dirinya dengan mengeluarkan buku-buku tulisnya dan berusaha fokus dengan apa yang guru sedang terangkan. Sedangkan Dhira, ia terlihat sedang menggelengkan kepalanya pasrah dan sesekali melirik ke arah Lea.
Lea termasuk orang yang tidak banyak bicara lagi setelah berkenalan dengan orang asing, bukan karena bingung akan menanyakan hal atau topik apa. Namun disisi lain gadis itu bisa berubah menjadi orang yang tertawanya paling keras, jika sudah bertemu kawan yang bisa klop dengannya seperti Nadia.
Mungkin saat ini Lea masih butuh waktu untuk memahami karakter Dhira dan mengajaknya untuk berteman baik setelah itu.
- ••• -
Bersambung..
Thank u for reading. Wait to next chapter for it✨
My Instagram activity @adeliasfra

KAMU SEDANG MEMBACA
Azalea [COMPLETED]
Teen FictionSeorang pria, satu tahun lebih tua dengan gadis 16 tahun yang akrab dipanggil Lea. Acuh, itulah karakter Bian. Dikisahkan bahwa Bian memiliki masalah psikologis akibat mimpinya di masalalu yang selalu datang menghantuinya. Alasan yang mungkin bisa m...