"Mau kemana lagi? Mumpung hari libur," kekeh pelan Bian.
Ia mengedarkan pandangannya ke arah Bian yang tengah mengendarai mobilnya.
"Yaa.. pulang, mau kemana lagi," jawabnya biasa.
"Hari ini ada film bagus, kamu mau nonton?" Tawarnya.
Lea menyipitkan matanya tertegun dengan ucapannya. Ia mengajaknya menonton? Tidak masalah baginya. Namun ia heran, tak biasanya pria itu suka dengan hal-hal yang mubah.
"Kok diem? Oh nggak mau ya? Yaudah pulang aja."
Lea mencegahnya cepat. "Eh-eh enggak, bukan gitu. Mau kok. Tapi heran aja gitu."
"Kenapa?"
Lea terkekeh. "Ngga biasanya banget ngajak sesuatu yang kurang penting. Biasanya kalo Lea telepon suka nolak, lebih mentingin kerjaan dirumah."
Pria itu ikut terkekeh.
"Sekali kali aja boleh kan?"
🍰🍰🍰
Kini keduanya berada di sebuah bioskop yang tidak terlalu ramai dan juga tidak terlalu sepi. Jarang sekali gadis itu menonton film di tempat seperti itu? Sesuai kepribadiannya, ia introvert. Lebih cenderung sering menonton drama korea di dalam kamar, jadi kalau ada adegan sedih ia bisa menangis sepuasnya tanpa orang tahu. Bagi dia, senangnya itu adalah jika sedang seorang diri. Hanya ditemani buku novel, laptop berisi film drama korea dan sedikit camilan itu saja sudah membuatnya seperti di surganya dunia. Sesederhana itu untuk mengisi waktu akhir pekannya.
Bian memesan dua tiket di loket. Tidak afdal jika Menonton bioskop namun tidak membeli popcorn, jadi ia meniatkan untuk membelinya. Sedangkan Lea, ia duduk di ruang tunggu sembari menunggu pria itu kembali.
Lea mengedarkan pandangannya ke segala arah penjuru ruangan, ia selalu mendapati pasangan kekasih yang menggelikan, ada yang mengelus rambut si cewek, ada juga yang bergombal sembari menunggu studio dibuka. Lea bergidik ngeri. Tak lama kemudian pria yang ditunggunya datang membawa tiket dan propcorn.
Bian memberikan popcorn itu. Kemudian Lea menerimanya dan berterimakasih. Gadis itu beranjak dari tempat duduknya lalu mengikuti arah jalan Bian.
Bioskop makin ramai menjadikan Lea semakin tidak nyaman. Ia tidak suka keramaian seperti ini, ini hanya akan membuatnya pusing saja.
Pintu studio satu telah dibuka, semuanya dipersilahkan masuk. Awalnya lorong itu tidak sempit saat di lalui keduanya. Namun entah mengapa, dari belakang orang-orang mendorong dorong seperti tidak sabar. Sehingga menyebabkan lorong itu sesak, dan berdesakan tak karuan apalagi sedang tidak ada penjaga pintu yang bertugas, suasanapun semakin menjadi jadi. Tubuh Lea yang kecil tidak mampu menahan dorongan dari belakang itu sehingga ia sedikit tersungkur. Bian yang mendapati hal itu langsung merangkul tubuh Lea dari samping agar tidak jatuh kedepan. Seketika Lea membulatkan matanya kaget, pria itu sangat peka terhadap situasi seperti ini walaupun Lea sebelumnya tak bicara bahwa tidak kuat lagi menahan dorongan itu.
Bian merangkul kuat tubuh Lea, tak membiarkannya tersungkur. Keduanya saling bertatapan lekat sejenak. Mata gadis itu menunjukkan bahwa dirinya sudah lebih baik dan nyaman saat ini. Bian menghela napas lega.
Akhirnya mereka dapat duduk di kursi studio dengan nyaman setelah tadi berdesakkan di lorong.
Bian sengaja mencari tempat duduk yang paling nyaman ditengah, jauh dari jangkauan orang agar Bian bisa dengan nyaman menonton tanpa kerusuhan dari orang disebelahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Azalea [COMPLETED]
Teen FictionSeorang pria, satu tahun lebih tua dengan gadis 16 tahun yang akrab dipanggil Lea. Acuh, itulah karakter Bian. Dikisahkan bahwa Bian memiliki masalah psikologis akibat mimpinya di masalalu yang selalu datang menghantuinya. Alasan yang mungkin bisa m...