22. Perasaan Iba

265 15 0
                                    

"Tulis semua kesedihanmu dikertas ini," ucap pria bertubuh tinggi yang tiba-tiba buka suara. Sambil menjulurkan sebuah kertas dan pena.

Lea sontak menoleh, mendongakkan kepalanya ke atas menatap wajah pemuda itu.

Gadis itu bangkit berdiri dan mengusap air matanya setelah mengetahui bahwa yang datang adalah Bian.

Bian kembali menjulurkan kertas dan pena itu.

"Kata oma kalau lagi sedih atau ada masalah, kakak disuruh tulis semua keluhan itu disini," jelasnya sambil menunjuk kertas. "Saat mungkin masalah itu nggak bisa diceritain ke orang lain, seenggaknya kamu bisa berbagi cerita ke kertas ini yang pasti akan membuatmu sedikit lega, coba aja," tutur Bian sambil tersenyum.

Lea pun menerimanya.

"Makasih," ucapnya. "Kak Bian nggak tanya Lea kenapa?" Timpalnya lagi, sedikit membenamkan matanya berkaca kaca.

"Kakak udah tau semuanya, sebelum kamu cerita."

Lea bingung. Menyipitkan matanya.

"Kakak nggak sengaja lewat terus liat kamu berdua sama Nadia," gumamnya dengan senyum kaku. "Dan juga pembicaraan kalian," lanjutnya agak memelankan nada bicaranya.

Lea mengangguk mengerti.

"Jadi dia penyebabnya kak. Heran aku sama dia, kenapa bisa ngelakuin hal segila itu ke Lea."

"Kalau kakak herannya ke kamu."

Gadis itu memicingkan matanya lalu menaikkan satu alisnya bingung.

"Kenapa?"

"Begitu liat air matamu yang mengalir, seakan itu semua ngejelasin kalau kamu ada sesuatu ke kakak," tuturnya sambil terkekeh.

"S-sesuatu apa maksudnya?"

"Ya, perasaan suka," kekehnya.

Lea berusaha tenang dan tidak gugup dengan pernyataan itu.

"Kakak pede pake banget sih!!" Tegasnya sambil melipat kedua tangannya. "Bukan karena hal itu Lea nangis. Tapi tentang Nadia yang udah tega banget bohongin sahabat sendiri. Lea nggak nyangka dia bisa sehebat itu putar balikin fakta," gerutunya berusaha menutupi yang sebenarnya.

"Oh yaa? Jadi bukan karena kamu suka ke kakak?" Bian menaikkan kedua alisnya. Raut wajahnya sedikit menggoda.

Mendengar godaan itu, Lea dengan segera mencubit lengan Bian sampai ia meringis kesakitan. "Enggaakk iih!!"

Kini hati gadis itu berubah drastis. Yang tadinya sangat terpuruk dengan keadaan, sekarang bisa tertawa kembali berkat kedatangan pria itu pada waktu yang tepat. Seolah saat Lea sedang sedih, pria itu selalu berhasil mengusir rasa sedihnya dan mengubahnya menjadi gelak tawa dengan godaannya.

🍰🍰🍰

"Udah nulisnya?" Tanya Bian saat Lea sedang menulis keluh kesahnya di secarik kertas yang ia berikan tadi.

Kini mereka sedang duduk berdampingan, masih di rooftop sekolah. Seakan tempat itu sudah menjadi tempat favorite mereka berdua saat sedang ingin menyendiri. Selain jarang ada yang berkunjung ke lantai paling atas itu, pemandangan di rooftop juga tak kalah menarik dengan gedung lainnya yang sudah di tata sedimikian rupa.

Lea menggeleng cepat, ia masih sibuk dengan aktivitasnya. Gadis itu menulis dengan posisi kedua kaki yang sedikit di tekuk sehingga bisa untuk tempat menulis pada kertas itu.

Azalea [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang