Terlihat Bian tengah berjalan dengan langkah cepat, diikuti Lea di belakangnya yang sibuk menyamakan langkahnya namun tetap tak bisa. Bian memancarkan raut wajah serius, sedangkan Lea ia hanya pasrah. Langkah Bian menghampiri Dhira yang sedang membaca buku di taman sendirian. Dhirapun tersentak kaget dengan kedatangan Bian dan Lea yang datang tiba-tiba seperti ingin melabrak.
Dhira sontak berdiri, dan menampakkan raut wajah bingung.
"Ada ap-" belum sempat Dhira menyelesaikan ucapannya. Bian langsung memotong dengan nada tegas.
"Lo jangan ngarang cerita deh!"
"S-soal apa kak?" Ucap Dhira terbata bata.
"Sok nggak tahu lagi. Gosip yang katanya gue dan lo jadian itu siapa lagi kalo bukan lo yang nyebarin?" Tegasnya. Dhira tersentak bingung.
"Dhira nggak pernah bikin hoax seperti itu kak, apalagi berani main-main sama senior. Sumpah kak bukan Dhira yang bikin gosip itu," Dhira menjelaskan dengan penuh serius dan suara lantang. Membuat siswa siswa lain ikut melihat ke arahnya.
"Sabar dulu kak," tutur Lea berusaha mencairkan suasana tegang.
Kini Dhira berbalik badan dan lari dengan terisak isak. Ia benar-benar telah di labrak oleh Bian. Lea tak langsung menyusul Dhira, ia tahu, Dhira hanya ingin sendiri.
Bian menundukkan kepala dan memejamkan matanya sejenak, ia menghela napas panjang. Mungkin Bian benar-benar gemas siapa yang sebenarnya membuat hoax itu. Bian tipikal lelaki yang tidak mau orang lain salah paham dengan gosip yang telah banyak beredar tentang dirinya. Ditambah lagi, ia merupakan salah satu most wanted yang banyak di incar oleh cewek-cewek disekolahnya.
Kini Lea dan Bian berada di rooftop sekolah, mereka berdua duduk bersebelahan di pinggiran rooftop yang tidak ada penghalang tembok dan semacamnya. Di sana mereka bisa melihat suasana jalanan dan ramainya orang berlalu lalang di bawah. Ditambah lagi suasana angin sore menerpa keduanya.
"Lea akan bantu cari tahu siapa orangnya," ucapnya tak menoleh ke samping, dengan nada geram.
Bian menoleh ke arahnya, ia bisa melihat wajah cantik Lea dari samping.
"Kalau itu nggak merepotkan lo," jawabnya dengan sedikit lengkungan manis. Senyumnya merekah.
"Sama sekali enggak!" Lea antusias, menoleh ke arah Bian yang dari tadi sudah memperhatikannya lebih dahulu. Sehingga wajah keduanya sangat dekat, mereka saling bertatapan. Dan ya! Lea sudah pasti sangat canggung, secepat kilat ia membuang mukanya lagi, tak mau memamerkan pipi merahnya.
Senyum Bian kembali terukir, ia juga terkekeh pelan mendapati Lea yang salah tingkah.
"Nggak usah salting gitu," goda Bian. Sedangkan Lea ia tersipu malu.
"Siapa yang salting? Orang anginnya kenceng banget Lea lagi kedinginan," tuturnya asal menyebabkan Bian sedikit bingung, ia memutarkan bola matanya sambil terkekeh pelan. Namun ia memaklumi, orang yang sedang salah tingkah memang jika berbicara sedikit tidak nyambung.
"Oh dingin ya? Sini gue peluk," Bian sangat puas menggoda Lea yang saat ini sedang salah tingkah. Lea sungguh malu, pipinya merah dan senyum-senyum sendiri.
Hatinya berdegup sangat kencang, tangannya sedikit bergemetar mendapati Bian yang bersikap sangat manis ini. Lea beranjak ia berjalan dengan sedikit cepat meninggalkan Bian yang masih duduk di pinggir rooftop, kepalanya sudah tak kuat menerima godaan khas Bian yang membuat dirinya meleleh tak karuan.
Bian memanggilnya dari belakang, "Lea!!"
Lea menoleh dan menahan senyumnya yang sedari tadi ingin di pancarkan, "Apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Azalea [COMPLETED]
Teen FictionSeorang pria, satu tahun lebih tua dengan gadis 16 tahun yang akrab dipanggil Lea. Acuh, itulah karakter Bian. Dikisahkan bahwa Bian memiliki masalah psikologis akibat mimpinya di masalalu yang selalu datang menghantuinya. Alasan yang mungkin bisa m...