Sebuah sepeda lipat yang sudah setengah berkarat namun masih layak untuk dipakai, berjalan dengan kecepatan sedang. Lea mengayuh sepeda dengan lambat diantara hiruk pikuk jalanan kota. Ya! Gadis itu akhirnya memutuskan untuk menerima tawaran Ersa tadi, memakai sepedanya untuk pulang kerumah. Daripada ia harus berjalan seperti orang hilang.
Lea menghela napas panjang, ia merasakan berat kayuhannya ditambah lagi ban sepeda itu nampak sedikit kempes, jadi ia harus menambah tenaga ekstra untuk mengayuhnya.
Setelah sekian lama meraungi jalanan akhirnya sampai juga pada kediaman Lea. Ia membuka gerbang sambil menuntun sepedanya untuk ikut masuk.
Lea memakirkan sepeda itu lalu mengamati keadaan sekitar rumahnya yang sepi seperti tidak ada orang. Ia mengedarkan pandangannya heran.
"Kok sepi banget, pada kemana ya? Kak Dhirga? Mamah?" Tanyanya pada diri sendiri sembari mengintip jendela rumahnya. Lalu ia membuka pintunya. Tidak dikunci. Namun suasana dalam rumah sangat gelap, ditambah lagi langit sedang menampakkan awan hitamnya.
"Kenapa nggak dikunci?" Ia mengerutkan keningnya, lalu memasukinya.
Perasaannya tak enak, seperti ada yang mengganjal namun tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Tak biasanya jam seperti ini rumah dalam keadaan sepi, yang paling parah lagi pintu depan dibiarkan tidak dikunci, itu sama saja mengundang maling.
"SUPRISEEEEE!!!" Suara menggelegar mengagetkan Lea saat ia mencoba menyalakan lampu ruang tamu. Namun aktivitasnya terhenti setelah orang-orang mengagetkannya dan menyanyikan lagu Happy Birthday.
Lea mengedarkan pandangannya kesegala ruang tamu, dindingnya dihias berbagai macam dekorasi mewah berlatarkan bunga-bunga mawar merah kesukaannya, lampu pisces berdominan warna gold yang terpancar dimana-mana, sangat pas dipadukan dengan dinding asli rumahnya yang berwarna putih memberi kesan elegan namun meriah.
Suasana sangat meriah namun gadis itu tetap terlihat bingung sekaligus menampakkan raut wajah datar melongo sambil berfikir, Ini tanggal berapa? Aku hari ini ulang tahun? Pertanyaan itu muncul berkali kali di kepalanya. Bahkan ia sama sekali tidak menyadari bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya, setelah ia meyakinkan diri dengan mengedarkan pandangannya pada kalender yang tertancap pada dinding. Yap! Tepat pada tanggal 5 Januari.
Gadis itu nampak tidak senang dan juga tidak sedih ketika mendapatkan kejutan di hari ulang tahunnya, ia mengedarkan pandangannya dengan tatapan polos kepada satu persatu orang yang dilihatnya, ia hanya melihat teman-teman sekelasnya, Farel, Nizam, Dhirga, kedua orang tuanya, dan Nadia yang membawa roti ulang tahun dengan lilin ber angka 17 tertancap menyala diatasnya. Namun ada orang spesial lagi yang tidak ikut memberi kejutan itu, siapa lagi jika bukan Bian.
Jika dirasa, Lea malah justru kecewa jika pria yang dikaguminya tidak datang diacara spesialnya itu. Apakah kamu juga pernah kecewa karena itu? Atau karena lainnya?
Lea memberanikan dirinya untuk tersenyum dan mengatakan sesuatu kepada mereka, setelah semua orang menghentikan nyanyian itu.
"Lea bahkan nggak inget kalo hari ini ulang tahun, makasih ya semuanya," ucapnya lalu mengerucutkan bibirnya menahan air mata bahagia, karena semua orang telah mengingat hari lahirnya.
"Tiup gih," perintah Nadia untuk meniup lilinnya.
Lea menurutinya lalu mencondongkan badannya kedepan namun aktivitasnya terhenti setelah Farel berucap sangat antusias, "Wish nya dulu," Lea pun mengangguk.
Ia memejamkan matanya di depan roti yang tengah di bawa Nadia.
"Semoga semua orang yang ada disini bisa bahagia, sebahagia Lea saat ini. And may God give me a long life," ucapnya lalu meniup lilin itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azalea [COMPLETED]
Teen FictionSeorang pria, satu tahun lebih tua dengan gadis 16 tahun yang akrab dipanggil Lea. Acuh, itulah karakter Bian. Dikisahkan bahwa Bian memiliki masalah psikologis akibat mimpinya di masalalu yang selalu datang menghantuinya. Alasan yang mungkin bisa m...