30. Kecewa

208 8 0
                                        

Lea berlari pada trotoar pinggir jalanan yang kosong. Terlihat menahan tekanan batin yang membara, air matanya mengucur keluar dari matanya tak sanggup membendung lagi, perkataan Laras tadi sungguh masih membekas pada hati dan juga pikirannya.

Tak lama ia sampai dirumahnya dan membuka paksa pintu gerbang yang tadinya tertutup. Ia membanting kencang gerbang itu sampai terdengar suara. Dhirga yang sedang mencuci mobil pun sampai tersentak melihat adiknya itu.

Lea membanting tubuhnya diatas kasur, masih dengan kaos olahraga yang basah karena keringat. Ia menangis tersedu sedu tak bersuara hanya air mata yang mengalir sembari sesekali menghapusnya.

Ia meninju ninju gulingnya dengan keras.

Tok.. tok..

Lea berhenti menangis sejenak karena mendengar seseorang telah mengetuk pintu kamarnya.

"Lea it's okay? Ini kakak, tolong bukain," ucap pria itu yang tak lain adalah Bian.

Lea sontak terbangun dan berdiri sembari mengusap air matanya lalu membuka pintu itu dengan sedikit tegas.

"Apa!" Ucapnya membuang muka.

Bian menaikkan alisnya.

"Kamu kenapa? Ada masalah cerita aja," ucapnya sembari mengelus rambut Lea. Dengan cepat gadis itu menepisnya.

"I'm okay, Lea cuma pengen sendiri."

Tuturnya cepat dengan nada datar lalu menutup pintunya. Bian mencegahnya agar ia tak menutup pintu itu.

Mereka berdua saling bertatapan.

"Kakak tau kamu ada masalah, tapi bisa kan ceritain ke kakak?"

"Masalahnya ada di kak Bian!"

Bian menatapnya heran. "Kok kakak?"

"Jadi selama ini Lea dianggap sebagai pacar kontrak doang? Cinta kak Bian nggak tulus ke Lea? Dan juga biar kakak nggak jadi dijodohin sama cewe pilihan orang tua kakak? Iyaa!?" Ucapnya ekspresinya pudar, matanya berkaca kaca ingin menangis tapi gadis itu menahannya.

Bian menghela napasnya agak membenamkan matanya.

"J-jadi kamu udah tahu semua?"

Lea hanya terdiam membisu. Tubuhnya bergemetar saat Bian memegang kedua lengannya.

"Maaf, kak Bian nggak bermak-"

Lea melepas tangan itu dari lengannya paksa. "Ah udahlah cukup! Lea nggak mau denger penjelasan kak Bian lagi, CUKUP!!!" Nadanya berubah menjadi kasar. Lea terasa sudah dibohongi olehnya, batinnya terasa sesak ia tak lagi mampu menahan bendungan air mata itu.

Gadis itu menangis sekuat kuatnya dihadapan Bian. Bian tak tega melihatnya menangis, ia berusaha memeluk Lea untuk menenangkannya namun gadis itu menolaknya kasar.

"Yah penonton kecewa," ucap Dhirga dari kejauhan ketika melihat mereka.

Lea menutup pintunya keras. Bian sudah tak bisa berbuat apa-apa lagi, ia menundukkan kepalanya lalu membalikkan tubuhnya, saat akan keluar, Dhirga dan Bian saling bertatapan. Dhirga melihatnya iba dan menepuk bahunya.

Petang telah tiba, Lea tak kunjung keluar dari kamarnya selepas kejadian itu. Dhirga memanggilnya dari pintu luar kamar sambil sesekali mengetuknya.

"Lea? Keluar dulu yuk, makan. Lo belum makan apa-apa dari tadi loh."

Tak ada jawaban, karena dari dalam Lea terdengar sedang menangis tersedu-sedu.

"Lanjutin nanti nangisnya, lo keluar dulu deh makan. Ada yang mau abang kasih tau, ini tentang beasiswa."

Azalea [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang