9. Sebuah Planning

492 19 0
                                    

Lea berlari cepat di sepanjang koridor sekolah, dengan terburu buru. Dia ingin menanyakan perihal notebook nya yang hilang kepada Nadia yang berada di kelasnya. Sampailah Lea ke ruang kelas, terlihat Nadia sedang berguyonan bersama teman se-geng nya. Tak ada permisi yang terucap dari bibir gadis itu, Lea seenak saja langsung nyelonong kedalam kelas.

"Nad!!" Lea memanggilnya, seraya menyeret Nadia ke depan kelas agar teman yang lain tak mendengarnya.

"Lea, lo kenapa?" Nadia melotot heran.

"Notebook..notebook gue ilang Nad oh my goshhh!!" Ucap Lea panik.

"Ya ampun gue kira apaan," jawab Nadia dengan santainya. Terkesan tak masalah jika barang itu hilang, toh hanya sebuah buku, apa pentingnya.

"Lo jangan gitu dong, bantuin gue cari!" celoteh Lea dengan nada tinggi.

"Seinget gue, lo bawa notebook itu ke taman lampion waktu nyariin kak Bian?" Nadia berusaha mengingatkannya.

Lea mengerjapkan matanya sejenak, dan benar saja ternyata notebook itu tidak hilang melainkan mungkin tertinggal di taman lampion.

🍰🍰🍰

Sesampai nya di taman lampion, masih dengan seragam sekolahnya dan tas yang tergendong di pundaknya. Lea mengedarkan matanya ke seluruh area yang tadi malam Lea lewati. Dia mendekati ayunan yang semalam di dudukinya dan mulai mencari notebook di sekitarnya, mungkin saja barang yang di cari masih disitu. Namun apalah daya usahanya itu sia-sia, dia tak menemukan nya sama sekali. Tiba - tiba ada seorang pria dengan jaket navy yang melekat di tubuhnya hendak mendekati gadis itu. Lea bahkan tak tahu keberadaan orang dibelakangnya, karena sedang sibuk mencari cari notebook miliknya.

"Lo cari apa," tanya pria itu mengagetkan.

Lea menoleh kebelakang tersentak kaget. "Kak Bian? Oh em, ini Lea lagi cari notebook yang mungkin ketinggalan semalem," ucap Lea canggung.

Bagaimana pria itu bisa berada disini? Ingin sekali rasanya, Lea memeluk Bian karena hal rindu, namun ia urungkan niatnya kali ini.

"Notebook? Warna pink peach?" Jawab bian meyakinkannya.

Walaupun Bian sudah tahu jika notebook yang semalam ditemukannya adalah punya Lea, karena di sampulnya sudah tertera nama Jasmine Azalea disana.

"Ah iya bener! Kok tau sih kak?" Jawab Lea antusias seraya heran, kenapa pria itu bisa tahu?

Tak ada jawaban dari mulut Bian. Dia hanya memberikan notebook itu ke Lea, lalu pergi begitu saja. Tak peduli Lea akan berkata apa, yang terpenting dia sudah mengembalikan kepadanya. Lea hanya menyaksikan punggung pria itu terlihat semakin menjauh darinya. Dan, gadis itu berinisiatif mengejar Bian untuk sekedar mengucapkan terimakasih.

"Tunggu!" Teriak Lea sembari menyeimbangi Bian berjalan di sampingnya.

"Kok notebook ku bisa ada di kak Bian?" Tanyanya heran.

"Lo ngga bilang makasih?" jawab Bian mengalihkan pembicaraan.

Raut wajahnya masih seperti biasa, dingin. Tatapannya fokus ke kedepan, bahkan ia berkata tanpa menoleh sedikitpun kearah Lea yang berada disampingnya.

"Kak Bian nggak baca isinya kan?" Tanya Lea kembali mengalihkan pembicaraan. Kali ini ia sangat khawatir privasinya akan terbongkar.

"Kalo gue baca emang kenapa?" Ucap Bian dengan pandangan tetap mengarah kedepan.

"Ekhm, intinya privasiku!" Lea menjawab agak gelagapan, tak mau jika Bian tahu kalau ada banyak namanya ditulis di notebook itu, Lea pasti akan sangat malu jika Bian mengetahuinya. Dia mungkin akan terus menggodanya.

Azalea [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang