Lea sibuk merapikan rambutnya di depan kaca serta mengoleskan tipis lipgloss ke bibirnya.
"Lo harus semangat buat sekolah hari ini Lea!" Lea menyemangati dirinya dengan tersenyum, "Yaiyalah semangat, semangat ketemu kak Bian," lanjut Lea terkekeh pelan.
Lea segera bergegas ke sekolah, namun tidak dengan mobil merahnya, karena sedang dipakai ibunya untuk keperluan lain.
"Gimana berangkatnya, mobil gue aja di pake mamah, dan gue belum hafal jalan kesekolah lagi!" Gerutu Lea di depan gerbang depan rumah, "Ah gue jalan aja coba, siapa tau ada yang searah, kan gue bisa nebeng," ucap Lea sembari melangkahkan kakinya.
Belum lama ia berjalan dari rumahnya, Lea mendengar suara motor, yang terdengar sangat dekat di telinga Lea di belakang dirinya. Sontak Lea menghentikan langkahnya dan menengok kebelakang.
Lea membulatkan matanya kaget.
"Naik," pinta seorang cowo di hadapan nya.
"Siapa yang naik?" Tutur Lea menanyakan yang jawabannya tak usah dijelaskan lagi.
"Lo," ucap Bian datar, tak menatap Lea.
Lagi-lagi Lea dibuat melongo olehnya. Bagaimana bisa ia lewat depan rumahnya? Sedangkan rumah Bian itu tak searah dengannya?
Lea mengangguk lalu menaiki motor itu, membonceng Bian di balakangnya. Ia sedikit tak nyaman di bonceng Bian, gadis itu merasa tak sopan jika pegangan pria itu. Akhirnya Lea memutuskan untuk menyeimbangkan tubuhnya saja agar tidak jatuh dari motor yang lumayan tinggi itu.
"Bisa diem nggak lo?" Ucap Bian kesal.
"Lea susah duduknya takut jatuh," jawab Lea polos sembari membenarkan posisi duduknya, membuat motor itu bergoyang goyang.
"Pegangan gue," pinta Bian.
"E-em.." Lea sedikit canggung dengan permintaan Bian tadi.
"Gak usah banyak mikir, pegangan gue sekarang atau lo bakal jatuh?" Gumam Bian agak menaikkan nada bicaranya.
Lea menuruti apa kata Bian, ia meletakkan kedua tangannya di bahu Bian dengan canggung.
🍰🍰🍰
15 menit berlalu dalam perjalanan itu, akhirnya mereka sampai ke sekolah. Halaman depan yang sudah sangat ramai dipenuhi oleh anak SMA Perdana. Bian menghentikkan motornya tepat di gerbang persis.
"Lo turun disini," ucap Bian menyuruh Lea untuk menuruti perintahnya.
"Kenapa?"
"Gue mau ke parkiran belakang, ikut?" Bian mendesis pelan, masih dengan wajah dinginnya.
"E-engga hehe, yaudah Lea turun disini aja," ucap ia sambil turun dari motor, "Makasih kak Bian udah mau ngajak Lea berangkat bareng," timpal Lea lagi sembari tersenyum.
"Jangan kepedean, gak sengaja aja gue lewat depan rumah lo."
Motor Bian melesat jauh, meninggalkan Lea sendiri di tempat itu.
Lea mendesis pelan. Baru saja dia dibuat senang oleh pria itu karena sudah diantar sampai sekolah, namun penafsirannya sekarang berbeda. Apa yang di katakan Bian memang benar, "Jangan kepedean" degg! Hati Lea agak menyesak mendengarnya.
Namun jika di pikir-pikir, Lea tak akan percaya dengan alasan Bian itu. Bagaimana mungkin ia tidak sengaja lewat di depan rumahnya lalu terhenti mengajak Lea untuk bersamanya? Bukankah ia terkenal acuh? Jika benar begitu, maka pria itu tidak akan memikirkan orang lain disekitarnya, termasuk Lea yang sedang malang berjalan sendirian?
KAMU SEDANG MEMBACA
Azalea [COMPLETED]
Teen FictionSeorang pria, satu tahun lebih tua dengan gadis 16 tahun yang akrab dipanggil Lea. Acuh, itulah karakter Bian. Dikisahkan bahwa Bian memiliki masalah psikologis akibat mimpinya di masalalu yang selalu datang menghantuinya. Alasan yang mungkin bisa m...