Seorang gadis berambut terurai panjang bergelombang, berpakaian dress berwarna pink selutut dipadukan dengan outer bewarna senada. Tak lupa dengan sling bag yang melekat di tubuhnya.
Ia tengah duduk manis, tatapannya diedarkan ke seluruh penjuru taman seakan sedang mencari seseorang disana.
"Udah lama ya nunggunya?" Suara seorang pria membuat Lea menoleh ke arahnya.
Lalu mengikuti arah duduk pria itu.
"E-em engga kok baru aja."
Bian datang dengan mengenakan jas hitam polos yang melekat di tubuh atletisnya.
"Kak Bian lagi ngantor? Kenapa suruh Lea kesini?" Tanyanya heran, setelah mengamati pakaian yang dikenakannya.
"Lagi waktu istirahat," gumamnya dengan tersenyum. "Kakak cuma pengen kita berdua tuh ada waktu aja buat ngobrol," tuturnya. Membuat Lea memicingkan matanya.
"Ngobrol? Bukannya kita sering ngobrol berdua," kekehnya pelan.
Bian mendengus. "Ngobrol dalam artian dari hati ke hati," tuturnya sambil menatap Lea tajam membuat gadis itu menahan senyumnya karena melihat wajah Bian yang sempurna itu.
Lea segera memalingkan mukanya. "M-maksudnya? Lea nggak paham."
"Akhir-akhir ini kakak selalu mimpi seseorang," ungkapnya. Lea menoleh heran.
"Mimpi?"
Bian mengangguk.
"Iya, di dalam mimpi itu sering datang seorang perempuan. Kakak lihat itu sangat mirip sama kamu," tuturnya serius, Lea mencerna perkataannya. "Dan mimpi itu nggak hanya datang satu atau dua kali aja. Tapi sering, sampai kadang kakak harus minum obat agar bisa tidur dengan lelap, tanpa mimpi itu."
Tubuh Lea sedikit bergemetar mendengarnya. Ia memainkan jari-jari tangannya. "T-terus?"
"Kakak yakin perempuan itu adalah jodoh kakak."
Jantung Lea berdebar seketika namun raut wajahnya masih dirundung kebingungan.
"Kenapa kakak bisa nyimpulin seperti itu? Bukannya mimpi cuma bunga tidur? Kakak tau itukan?"
"Ya! Sangat paham. Tapi ya apa salahnya kalau kita coba bangun hubungan yang lebih serius?" Ucapnya penuh ragu sambil memaksakan senyumnya.
Hatinya terasa campur aduk antara gusar, jantungnya berdegub kencang, dan heran kenapa pria itu bisa berbicara tiba-tiba seperti itu.
Lea membuang mukanya asal ke segala arah, dan sesekali menyempatkan matanya untuk menatap pria yang berada di sebelahnya. Ia tak tahu akan menjawab apa, setelah sekian lama gadis itu membisu tak berkutik, akhirnya berani membuka suara.
Tanyanya dengan bibir yang masih bergetar. "J-jadi kakak mau kita pacaran?"
Bian mengangguk menampakkan senyum manisnya. "Ya seperti itu."
Rasanya Lea ingin pingsan saja. Dia sama sekali tak menyangka jika pria yang dikaguminya bisa tiba-tiba menyampaikan perasaannya kepadanya. Bahkan Lea tak berharap jika Bian membalas perasaannya juga yang setelah sekian lama ia tutup tutupi.
Pipinya kian memerah, wajahnya berseri seri seolah menyambut kemenangannya. Lea menatap Bian dan tersenyum lebar mengisyaratkan bahwa ia menerimanya.
Bian membalas tatapan itu sembari membulatkan matanya. "Jadi kamu terima?" Tanyanya antusias lalu dengan cepat meraih kedua tangannya untuk digenggam.
Lea mengangguk dan tersenyum manis.
Bian hendak memeluknya karena reflek, dengan cepat Lea menarik tubuhnya kebelakang agar tak bisa dipeluk. "Eitss belum waktunya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Azalea [COMPLETED]
Teen FictionSeorang pria, satu tahun lebih tua dengan gadis 16 tahun yang akrab dipanggil Lea. Acuh, itulah karakter Bian. Dikisahkan bahwa Bian memiliki masalah psikologis akibat mimpinya di masalalu yang selalu datang menghantuinya. Alasan yang mungkin bisa m...