18. Kecanggungan

266 11 0
                                    

Jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Perkiraan Lea yang katanya akan pulang jam sembilan itu salah. Namun tidak masalah, mungkin Ibunya tidak akan memarahi toh karena alasan belajar.

Lea mulai membereskan buku-buku yang tercecer di meja untuk ia masukkan kembali ke dalam tas berwarna pink peach warna kesukaannya, ia bergegas untuk pulang. Dan pada akhirnya ia memutuskan untuk menunggu jemputan di pinggir jalan. Ia berdiri di samping pohon besar sambil menggosok gosokkan tangannya karena cuaca sedang dingin, walaupun pada kenyataannya gadis itu sudah memakai sweater namun masih merasa hawa-hawa dingin. Tidak banyak orang berlalu lalang di jalan itu karena memang sudah larut malam.

"Katanya selesai jam sembilan?"

Lea tersungkur kaget dengan suara itu namun tidak ada orang disekitarnya, sampai akhirnya Lea mengedarkan pandangannya ke balik pohon disebelahnya itu, terlihat seorang pria yang tak lain adalah Bian tengah bersandar di samping motor ninjanya dengan satu kakinya yang setengah terlipat diletakkan di atas kaki satunya.

"Kak Bian sejak kapan ada disitu?"

"Sejak kamu masuk kelas."

Gadis itu membulatkan matanya. Bagaimana bisa ia menunggu di luar dengan suasana sedingin ini?

"Katanya nggak mau nungg-"

"Yakali kakak ngebiarin cewek balik sendirian malem-malem begini, ayok pulang," ia menjulurkan helmnya.

"Thanks kak jadi ngerepotin, Lea nunggu kak Dhirga aja deh."

Bian menghela napas.

"Jangan nunggu yang ngga pasti, ini udah malem nanti Ibu kamu nyariin cantik!!"

Degg!! Lagi-lagi gadis itu dibuat canggung olehnya.

"Emm oke deh," Lea menerima helm itu dan memakainya.

"Eh tungguu!!"

"A-ada apa?" Gadis itu menghentikan aktivitasnya.

Hening tak ada jawaban.

Bian langsung mencondongkan tubuhnya kepada Lea, sehingga wajah keduanya berdekatan. Pipi nya langsung memerah, hatinya pun berdegup sangat kencang. Mereka saling menatap berdekatan. Sampai Lea bisa merasakan hembusan napas hangat yang Bian keluarkan. Pria itu mengedarkan bola matanya kepada setiap jengkal wajah Lea, ia memusatkan pandangannya pada wajah bagian bawah. Lalu tangannya meraba belakang telinga gadis itu, lantas Lea membeku dan memejamkan matanya.

"Ishh ada daun."

Bian menyingkirkan sehelai daun yang jatuh pada kepala gadis itu, mungkin karena mereka sedang berada dibawah pohon besar sekarang, serta tiupan angin yang lumayan kencang membuat daun-daun itu jatuh berguguran.

Lea membuka matanya, meneguk ludah dan membulatkan matanya masih membeku.

"Ada daun tadi dek, udah kakak buang kok," tutut dengan polosnya, "Jangan mikir macem-macem masih kecil," Bian mencolek gemas hidung Lea sembari terkekeh pelan.

🍰🍰🍰

Gerbang berwarna putih polos itu mulai terlihat, debu-debu mulai mengotori teras rumah gadis itu, karena angin yang tiba-tiba bertiup kencang. Lea berdiri di samping motor yang didepannya terdapat Bian yang tengah duduk diatas motornya. Ya, mereka sudah sampai lima belas menit yang lalu.

Lea mengulurkan tangannya hendak mengembalikan helm yang tadi sempat dipakainya.

"Nih. Makasih banyak udah nganterin Lea ke bimbel dan nganterin juga sampai rumah dengan selamat!!" Ucapnya antusias sambil menyodorkan helmnya.

Azalea [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang