26. Jebakan

206 10 1
                                    

Lea membuka pintu untuk keluar dari ruang perpustakaan. Lalu menutupnya, ia melangkahkan kakinya untuk kembali ke kelas sendirian. Gadis itu tak sengaja mendengar obrolan Sarah yang membuatnya terhenti melangkah. Lea memposisikan dirinya di balik tembok agar tidak ketahuan mereka.

"Gue puas banget deh! Waktu lomba itu Lea bener-bener bingung di atas panggung tanpa teks puisinya," ucapnya dengan tertawa keras.

"Ih lo parah banget sar, jadi lo yang ngambil kertas puisi itu dari panitia?" Tanya temannya.

Sarah mengangguk dengan melipatkan tangannya. "Iyalah siapa lagi kalo bukan gue," kekehnya pelan. "Biar tau rasa tu orang! Siapa suruh deketin bebeb gue," timpalnya kembali.

Lea menghela napas ketika mendengarnya, berusaha sabar. Lalu ia menampakkan dirinya kepada mereka.

Sarah menoleh ke arahnya. "Oh jadi lo dari tadi disitu?" Ucapnya santai tak bersalah.

"Mau kakak apa sih? Kakak nggak seharusnya ngelakuin hal itu ke Lea," ucapnya polos.

Sarah mendekatkan dirinya. "Mau gue apa?! Gue cuma mau lo jauhin Bian. Karena Bian cuma milik gue. Ngerti?!" Ucapnya penuh penekanan sambil menyungkurkan bahu Lea dengan jari telunjuknya.

"Gue milik lo?" Seorang pria datang dengan sinis. "Jangan harap!" Timpalnya kembali membuat Sarah tersenyum kecut.

Bian menarik tangan Lea dan membawanya untuk menjauh dari Sarah. Namun ditengah perjalanan Lea melepaskannya dengan keras.

"Udah kak, mulai sekarang kita nggak usah deket-deket lagi," ucapnya tak mau menatap pria itu.

Bian menaikkan satu alisnya.

"Kenapa tiba-tiba bilang gitu?"

"Kak Bian denger kan kak Sarah tadi ngomong apa? Lea suruh jauh dari kak Bian mulai sekarang."

Bian menghela napas berat lalu meletakkan tangannya pada bahu gadis itu.

Lea membenamkan matanya menunduk.

"Denger ya, kamu nggak usah dengerin semua kata Sarah. Dia pun ngga ada urusan sama sekali ke kakak. Udah deh, sekarang kalau dia ngapa ngapain kamu, kamu bilang ke kakak. Ya?" Ungkapnya menenangkan.

Lea tersenyum mengangguk mengerti.

🍰🍰🍰

Jam menunjukkan pukul setengah empat sore. Itu tandanya sekolah sudah memperbolehkan muridnya untuk segera meninggalkan sekolah.

Setelah bel berbunyi, seperti biasa Lea akan langsung pulang.

Gadis itu melangkahkan kakinya keluar dari pintu masuk sekolah. Berjalan menuju halaman parkir.

Ia mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kemudian tak sengaja mendapati keberadaan Nizam yang tengah bersandar di samping mobilnya seolah sedang menunggu sesuatu. Lea mendekat.

"Kak Nizam ngapain di sini?"

"Ya nunggu kamulah. Ayo pulang," Nizam menarik tangannya untuk masuk ke dalam mobilnya.

Lea mencegahnya.

"Lea bisa pulang sendiri kok."

Nizam memicingkan matanya. "Pulang sendiri? Kamu kan sekarang tinggal di rumah kakak untuk sementara. Kakak juga udah disini ngapain aja kita nggak pulang bareng?"

Azalea [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang