pertemua 1

158 6 0
                                    

Pagi itu hidup Aisya benar-benar berubah, dulu hidupnya penuh kasih sayang dan berkecukupan. Namun pagi ini hidup yang sesungguhnya yang akan ia hadapi.

Semalam dia di beri tahu polisi jika keluarganya meninggal karena kecelakaan, kecelakaan masal.
Bukan hanya dia yang kehilangan keluarganya namun banyak orang lain yang kehilangan juga sepertinya, kenyataan ini membuat ia sedikit lebih tegar, dia merasa bukan hanya dia saja yang mengalami kehilangan,

Namun kenyataan itu tidak bisa membuatnya lebih bahagia karena bagai manapun dia sendirian sekarang.

Dia pergi ke sekolah dan banyak sekali ucapan palsu dari sang teman palsu tak ada yang murni dari rasa berduka itu.

"Aisya yang sabar ya, kamu pasti kuat"

"Aisya turut berduka cita ya"

"Aisya kami selalu ada buat kamu kok, jangan sungkan buat mintak tolong ya".

Aisya hanya menanggapinya dengan senyum dan ucapan terimakasih.

Dia berjalan di sepanjang koridor. Tak ada yang yang memperdulikan keadaan kacaunya.

Dia benar-benar merasa sepi saat ini.

Namun tiba-tiba

Bruk

"aduh, siapa yang numbur sih? "
Aisya menggerutu namun tidak melihat siapa yang menabraknya.

"maaf dek saya gak sengaja tadi nabrak kamu" jawab si tersangka penambrakan.

Aisya mendongakan kepalanya dan pemandangan yang indahlah yang ia lihat, tidak tahu itu siapa, namun yang ada di benak Aisya sekarang adalah satu kata yaitu tampan.

Ia membantu Aisya berdiri

"maka.." belum sempat Aisya berterimakasih orang itu sudah melesat pergi.

"lah kok malah pergi"

Aisya kembali berjalan menyusuri koridor.

Pikirannya masih kalut, ia tak mau menambah beban di kepalanya.

Sesampainya di kelas Aisya di suguhkan pemandangan yang sangat membuat mata Aisya ingin menangis.

Di kursinya banyak sekali tulisan jahat.

Pembunuh
Dasar pembawa sial
Semua anggota keluarganya mati kenapa dia tidak
Mati saja kau

Begitulah kira-kira tulisan yang ada di mejanya. Ia memutari pandanganya meneliti satu persatu manusia yang ada di kelas itu, betulkan apa yang dikatakan Aisya kalimat penenang yang ia dengar tadi seratus persen adalah kebohongan. tidak ada yang melihatnya dia seperti hantu di sana. Tak ada yang perduli.

Ia cukup lelah setidaknya dengan mengabaikan tulisan itu ia bisa merasa lebih baik, jadi ia biarkan saja semua tulisan itu.

Setiap harinya selalu ia lalui seperti neraka ketika di sekolah tapi apa boleh buat sekolah lah yang bisa ia lakukan sekarang.

Shoulders Of My OmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang