Iqbal gue inget seseorang

49 2 0
                                    

Jangan datang hanya untuk pergi lalu meninggalkan kenangan yang berlahan menjadi luka

Subuh itu oma dan mbok Sumi di buat terkejut dengan pemandangan di sofa, posisi mereka masih sama dengan semalam. Tapi yang membuat oma dan mbok Sumi bingung adalah apa yang membuat mereka tidur di sofa?.

Mbok berusaha membangunkan Aisya dengan menggoyang pelan tubuh itu.

"Ai bangun shalat subuh yuk" suara mbok Sumi yang lembut seakan seperti nyanyian tidur bagi Aisya itu membuatnya menggeliat dan kembali ke alam mimpi.

"pak Kafhi bangun pak sudah subuh" kali ini mbok berusaha peruntungan lainnya dengan membangunkan Kafhi, dan berhasil Kafhi bangun dia terkejut melihat mbok dan oma Aisya ada di hadapannya, yang lebih membuatnya kaget adalah ada seseorang yang tidur di atas pahanya.

Kafhi tersadar kejadian semalam jadi ia bisa meminimalisir wajah terkejutnya itu. Ia mencoba menggoyangkan tubuh Aisya.

"Aisya bangun ini sudah subuh" mendengar suara Kafhi, Aisya di buat terkejut olehnya. Kenapa sepagi ini dia sudah mendengar suara Kafhi. Dia langsung terbangun dari tidurnya mengedarkan pandangan dan terkejut mengapa ia ada di ruang tv. Ingatannya pun kembali kepada kejadian tadi malam dan oohh ia baru ingat.

"Aisya ke atas dulu semua" Aisya malu dilihat Kafhi saat baru bangun tidur, muka yang berantakan aahh pasti ada pulau di sekitar mulutnya.

Kafhi mendapat tatapan aneh dari dua perempuan paruh baya itu, ia akhirnya mengerti arti tatapan itu dan dia pun menjelaskannya dengan sangat sabar, agar tidak ada kesalahpahaman.

***
Aisya pergi ke sekolah dengan berjalan kaki, dulu saat Ayahnya masih ada biasanya Ayahnya yang akan mengantarnya. Namun sekarang ia harus berusaha menjadi mandiri apapun yang terjadi.

"hiii Aisya my best friend" Aisya sedikit kenal dengan suara ini, suara yang mirip dengan seseorang. Tapi Aisya tahu jika bukan dia orangnya.

"sejak kapan lo jadi sahabat gue, temen aja gak gue anggep." pedas sekali omongan Aisya, ia mau membentengi diri dari orang-orang sejenis Iqbal ini, yang akan melupakan teman lamanya ketika berjumpa yang baru.

"jahat banget neng omongannya" Iqbal tidak perduli mau sepedas apa omongan Aisya ia tetap akan berusaha membuat Aisya menyadari dirinya.

"mulai hari ini dan selamanya gue bakal jemput lo dan anter lo pulang termasuk pas les" ultimatum macam apa yang baru saja di ucapka oleh Iqbal memang dia siapa Aisya.

"eeh penyuk lo siapa gue? Bukan siapa-siapa juga. Dan ya dimana-mana kalo jemput orang pakek kendaraan lah ini gak pakek apa sok-sokan mau antar jemput gue." Aisya berkata panjang lebar berusaha menyadarkan orang di depannya ini.

"ciiiee yang mau di siapa-siapakan, oke deh sekarang gue temen lo yang otw jadi sahabat hehehe" Iqbal mengeluarkan cengiran kudanya dan melanjutkan perkataannya.

"dan soal kendaraan, rumah kita itu deket kalo mau kemana-mana jadi gak perlu kendaraan cukup jalan kaki, kalo pun mau pergi jauh angkot banyak kan dan lebih hemat. " jawaban logis keluar dari mulut Iqbal tapi bagi Aisya itu tak cukup logis juga.

"gue gak mau deket-deket orang pelit" lalu Aisya menjalankan kakinya sedikit cepat agar tidak di susul oleh Iqbal.

Iqbal mengetahui rencana Aisya itu mempercepat juga laju kakinya semabari berteriak.

"gue berpikir ekonomis bukan pelit" dia memberikan lagi cengiran kudanya dan merangkul leher Aisya. Dan Aisya merasa dejavu hanya ada satu orang yang pernah melakukan itu padannya dan orang itu telah lama hilang.

***
Mereka sampai di sekolah tepat 5 menit sebelum bel, Aisya bisa saja pergi lebih awal tapi ia tidak ingin berlama-lama menghabiskan waktu di neraka yang biasa orang-orang sebut sekolah ini.

Ia hanya tidak ingin datang ke tempat yang tidak membuatnya nyaman itu saja.

Mereka berdua menyusuri koridor kelas Aisya, Mereka tidak satu kelas.

Mereka sampai di depan kelas Aisya.

"masuk gih nanti istirahat gue jemput" Iqbal mengacak pucuk rambut Aisya dan dibiarkan saja oleh Aisya lama-lama ia nyaman dengan perlakuan Iqbak kepadanya.

"nanti belum bel gue males masuk" Aisya memperhatikan jam yang melingkar di tangannya masih ada 3 menit lagi menuju bel masuk pelajaran.

"yaudah gue tungguin" Iqbal menarik Aisya untuk duduk di bangku koridor depan kelas Aisya.

"lo masuk aja ke kelas, gue sendirian aja" Aisya mendorong punggung Iqbal pelan berharap laki-laki ini mau pergi, tapi sepertinya tidak bisa karena Iqbal tetap kekeh di tempatnya.

"gue mau di sini Sya mau nemenin lo" Iqbal mencoel ujung hidung Aisya dan itu membuat Aisya geli.

"lo batu ya" tak lama bel berbunyi Aisya langsung masuk tanpa berkata apapun lagi kepada Iqbal, Iqbal pun tak mempermasalahkan itu, ia segera pergi menuju kelasnya.

***
Tak ada yang istimewa dari pelajaran di kelas tadi, Aisya tetap duduk di sudut kelas sendirian mendengarkan guru menjelaskan mata pelajaran walau tak di denger seutuhnya oleh Aisya.

Sesuai janji Iqbal tadi ia akan menjemput Aisya pada saat jam Istirahat, ini jam istirahat pertama jadi tidak terlalu lama.

"mau makan apa sya?" Iqbal merangkul Aisya, jika orang yang berpikiran cetek mereka pasti akan langsung menebak jika dua orang itu pacaran.

"lepasin rangkulan lo" Aisya menepis tangan Iqbal yang ada di pundaknya.

"yaudah kalo gitu gue gandeng aja" kali ini Iqbal menggandeng tangan Aisya dan sekali lagi di tepis oleh Aisya.

"Iqbal bersikaplah seperti orang normal"

"lah emang gue gak normal?" Iqbal bingung dengan pernyataan Aisya.

"iya. lo itu aneh, lo dateng terus tiba-tiba sok deket sama gue." Aisya memperjelas maksudnya tadi.

"oohh anggap aja gue malaikat yang dikasih tuhan buat memberikan warna untuk hidup lo" Iqbal mengeluarkan cengiran Anadalannya. Jika sudah begitu Aisya tidak tega untuk berkata pedas lagi.

Mereka sampai di kantin semua mata tertuju pada mereka ,eehh bukan lebih tepatnya kepada Iqbal. Karena bagaimanapun bentuk Aisya keberadaanya tidak akan di rasakan oleh mahluk yang bernama manusia di sekolah ini.

"duduk di situ gue pesenin makanan dan jangan kemana-mana" itu perintah yang keluar dari mulut Iqbal, Aisya hanya mendengus dan menurutinya.

Tak lama iqbal membawa dua mangkok bakso dan dua gelas es jeruk yang di bantu oleh tuakng jualan di kantin.

"makan sya, tu badan lo lama-lama jadi triplek kalo gak di masukin makanan."

"mulut lo, gini-gini badan gue gak rata juga kali" Aisya sewot ia paling anti jika membahas bentuk tubuhnya yang rata itu, ia tahu jika badannya memang rata tapi tidak perlu di perjelas juga kan.

"hehehe becanda sya gak usah ngambek" mereka makan dalam diam sampai akhirnya Aisya membuka suara.

"Iqbal sebenarnya lo itu siapa? "
Aisya memandang Iqbal serius dia benar-benar bingung dengan kedatangan Iqbal yang secara tiba-tiba.

"gue malaikat yang di utus tuhan buat ngewarnai hidup lo yang sebentar lagi jadi abu-abu"

"gue serius Iqbal, lo siapa tiba-tiba dateng terus sok deket sama gue. Bahkan manusia yang ada di sekolah ini aja gak ada yang mau deketin gue"

Aisya menatap Iqbal serius mencari kebenaran.

"gue malaikat yang sedang mempunyai misi memperbaiki hidup seorang manusia bernama Aisya" Iqbal gemas dengan perempuan ini ia lalau mencubit pipi Aisya pelan lalu di gerak-gerakkannya kepala Aisya.

"sekarang lo bukan hanya tidak normal tapi merangkap gila"

Iqbal terkekeh dengan ultimatum Aisya yang sungguh lucu itu, Iqbal menganggukan kepalanya saja tanda setuju.

Shoulders Of My OmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang