Aku butuh pegangan
Pegangan yang dapat ku pegang di saat ku terjatuh
Yang mengulurkan tangan saatku membutuhkan bantuan
Pegangan yang tak harus indah namun rapuh
Yang ku butuhkan pegangan sederhana namun kokoh
Menemaniku ketika badai menerpa
Menemaniku ketika hujan turun
Menemaniku dengan segenap rasa ikhlas tanpa pamri
Tanpa perduli keadaan tanpa mau melepaskan peganganku walau aku tak sempurnaAisya masih memikirkan apa yang baru saja oomnya itu katakan, Aisya tidak habis fikir jika oomnya bisa berbuat senekat itu hanya untuk mengambil hak asuh Aisya, Aisya merasa dimainkan di sini.
apa bagi oomnya pernikahan itu hanya sebatas pengambilan hak asuh saja.
Aisya tidak langsung pulang ke rumah, ia berkeliling taman terlebih dahulu ia ingin menyegarkan pikirannya ia terlalu kalut dengan semua ini, apa belum cukup dengan kematian kedua orang tuanya dan sang adik.Aisya duduk di taman menggoyang-goyangkan kakinya mendongak keatas menatap langit biru mendung, aaahhh mendung setidaknya setelah mendung ada hujan, Aisya menyukai hujan.
“ Ayah.. Ibu.. Alya.. kalian apa kabar Aisya kangen kalian, banyak yang Aisya pengen ceritain” setelah itu hujan mulai turun jatuh satu persatu menyapu wajah Aisya melebur bersama air mata Aisya, dia sudah pernah katakan bukan kenapa ia menyukai hujan? di saat ia bersedih hujan dengan sukarela turun untuk menemaninya menangis, setidaknya ketika hujan turun ia merasa tidak sendirian.
Tak berapa lama ada payung yang meneduhkan Aisya dari hujan. Aisya mengarahkan kepalanya ke pemegang payung.
“ ini hujan Aisya, kenapa tidak pulang” siapa lagi jika bukan oomnya itu, Aisya menghela nafas ia tidak ingin menjawab pertanyaan dari sang oom.
Cukup lama mereka saling bungkam sampai Akhirnya Kafhi mulai membuka mulutnya.“kamu merasa terganggu dengan omongan saya tadi pagi?” Aisya mendongak rasanya ingin ia memaki orang di depannya ini.
“om mikir aja dong aku itu masih berduka terus kalian berdua dateng dan buat drama perebutan hak asuh, aku bisa hidup sendiri tanpa kalian.” Kalimat sarkas yang di keluarkan oleh Aisya tidak menyurutkan niat kafhi.
“Aisya kamu memang bisa hidup sendiri, tapi saya tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Saya cukup merasa bersalah dengan kakak saya karena selama ini saya tidak bisa melakukan apa-apa untuknya, dan kali ini saya ingin melakukan sesuatu. Setidaknya membuat ia tenang di sana melihat masih ada yang perduli dengan putrinya.”
Kenapa setiap apa yang di katakan Kafhi itu benar. kenapa Aisya selalu tidak bisa membantah perkataan Kafhi.
“semua keputusan ada di tangan kamu Aisya, kita hanya akan menikah lalu tidak ada yang akan terjadi, pekerjaan saya juga ada di jakarta, jadi kita tetap bisa tinggal di rumah kamu. Tapi jika kamu tidak mau terpaksa saya menyerahkan kamu ke oma dan dia akan membawa kamu ke Jogja.” Aisya tidak ingin meninggalkan rumahnya, rumah penuh kenangannya, ia tidak mau jadi apa yang harus ia lakukan.
“apa tidak ada cara lain om?” kini Aisya memelankan suaranya sendu terdengar cenderung memelas.
“tidak ada Aisya”
****
Mereka pulang ke rumah dengan kondisi basah kuyup, saat di perjalanan pulang Aisya tidak ingin memakai payung ia ingin menikmati hujan, Kafhi yang geram pun ikut menutup payung dan bermain hujan, jadilah mereka seperti remaja yang sedang berpacaran bermain hujan bersama di tambah muka Kafhi yang sangat sangat seperti anak SMA itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shoulders Of My Om
Romance[di follow dulu sebelum baca] tuhan tidak mungkin sejahat itu kepadamu, dia tidak akan mengambil yang kamu punya jika dia tidak menyiapkan yang lebih baik. Kisah ini bemula dari seorang Aisya yang kehilangan seluruh hidupnya, seluruh dirinya di amb...