keputusan

21 0 0
                                    

Benar kata Kafhi semalam, nenek Aisya benar-benar datang hari ini, terbukti saat ini Aisya sedang memaksakan senyumnya untuk menyambut Oma Irma di depan pintu rumah.

"nenek rindu kamu Aisya" Irma memeluk Aisya dan di balas juga oleh Aisya.

"Aisya juga oma" jawab Aisya sedikit tidak ikhlas. Bukan ia tidak senang dengan kedatangan omanya hanya saja jika omanya ini datang pasti akan terjadi sesuatu kepada hidup Aisya.

Ia tahu jika omanya itu akan membawa dia pergi, dia akan mengambil hak asuh dari Aisya.

Kafhi turut menyalami Irma di samping Aisya.

"kita perlu bicara Kafhi" Oma Irma menampilkan senyum hangatnya tapi itu tidak cukup membuat hati Kafhi tenang.

***
Disinilah mereka sekarang, di ruang kerja Kafhi. Ya Kafhi memiliki ruang kerja di rumah ini.

"saya tidak akan melepas Aisya" kata Kafhi to the point.

"tapi kamu kehabisan waktu" kata Irma santai. Jangan lupakan aura intimidasi dari kedua belah pihak.

“apapun yang terjadi saya tidak akan melepaskan Aisya”  Kafhi tetap dengan  pendiriannya.

“kamu tidak bisa melakukannya, kamu dan dia hanya sekedar paman dan keponakan angkat. Jika pun ini dibawa kepengadilan sudah dipastikan saya yang  akan memenangkannya” Irma mengeluarkan jurus andalnya.

“kita bisa membuat Aisya memilih” Kafhi masih mau mempertahankan Aisya di sisinya.

“tidak bisa, dia masih dibawah umur dan tidak mungkin juga untuk menyuruhnya memilih” irma duduk santai sambil menikmati minumannya.

“kamu tidak bisa bersih keras seperti ini Kafhi, fikirkan masa depan Aisya jika ia tetap terus bersamamu. Apa yang akan dikatakan oleh orang-orang tentang itu” Irma sedikit menurunkan nada bicaranya dan berusaha untuk memberikan pengertian dengan Kafhi.

“saya tidak perduli dengan apa yang orang-orang katakan” Jawab Kafhi cepat, sebenarnya Irma tahu jika cucunya tetap dengan Kafhi semua akan baik-baik saja terbukti dari keteguhan hati Kafhi untuk tetap mempertahankan Aisya disisinya.

“kamu tidak perduli tapi Aisya perduli, bayangkan perasaan Aisya jika ia tetap mendengarkan komentar buruk tentang dirinya? Apa dia akan baik-baik saja?”  kalah. Kafhi merasa kalah jika sudah menyangkut dengan kondisi Aisya.

Tinggal bersama Aisya untuk waktu yang cukup lama membuat sedikitnya  Kafhi mengerti tentang bagaimana cara Aisya menghadapi masalah dihidupnya.

Aisya akan cenderung diam untuk masalah yang ia hadapi tapi ia pasti akan tetap memikirkannya.

“kamu masih bisa mengunjungi Aisya, saya tidak akan sepenuhnya memisahkan kalian. Ini hanya tentang siapa yang akan mengurus Aisya” Irma mengelus pelan punggung tangan Kafhi, ia tahu jika orang di depannya ini menyimpan rasa dengan cucunya.

Terlihat dari seberapa gigih Kafhi untuk tetap mempertahankan Aisya di sisinya.

Dan akhirnya dengan berat hati Kafhi mengangguk.

***
pagi itu Aisya diberi tahu tentang keputusan yang diambil oleh Irma dan Kafhi tentang hidupnya, sedikit mengecewakan bagi Aisya karena Kafhi tidak mempertahankan Aisya untuk berada disisinya.

Tapi apa boleh buat bahkan untuk memutuskan hidupnya saja Aisya tidak bisa ikut campur, Aisya hanya disuruh diam dan melaksanakan semua skenario yang oma dan oom nya rencanakan.

Okeh sedikit penjelasan, Aisya akan ikut pergi ke Surabaya bersama Omanya, Kafhi akan tetap di jakarta melanjutkan pekerjaannya, mbok Sumi tetap berada di rumah Aisya yang lama untuk menjaganya.

Kafhi memutuskan untuk tidak tinggal lagi dirumah itu karena pastinya ia akan ingat semua kebersamaannya bersama Aisya.

“jadi begitu rencananya” Aisya hanya bisa mengangguk mendengar semua rencana yang sudah Irma buatkan untuknya.

“aku butuh waktu setidaknya satu minggu untuk  bersama teman-teman ku sebelum akhirnya kita ke Surabaya” setelah mengatakan itu Aisya berlalu pergi.

Kafhi yang melihatnya hanya bisa menghela nafas kasar sebelum akhirnya memutuskan untuk menyusul Aisya.

***

Aisya berada di taman kompleknya, menikmati waktu disini sebelum ia benar-benar pergi.

“maaf saya tidak bisa menepati  janji saya” Kafhi datang dan langsung duduk di debelah Aisya.

Aisya mengangguk sambil menarik nafas dalam tanda ia sudah menerima semuanya.

“kita berdua tahu jika rencana om itu gila” Aisya memasang senyum termanis yang ia punya, bukan untuk menggoda Kafhi melainkan untuk menenangkan hatinya yang sedang kacau.

Kafhi pun sedikit tertawa menanggapi perkataan Aisya tadi. Ia tahu jika ia sudah mengingkari janjinya sebagai lelaki. Janji yang seharusnya ia tepati apapun yang terjadi.

“kamu disana jangan nakal dan bertemanlah dengan banyak orang” Kafhi mengelus pucuk kepala Aisya lembut.

“Aisya gak janji untuk memiliki banyak teman” Aisya memang sangat susah dalam bergaul, dia terbiasa menyelesaikan maasalahnya sendiri tanpa bantuan orang lain.

“usahakan Aisya” perintah Kafhi Dan hanya di balas anggukan oleh Aisya.

Shoulders Of My OmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang