Perpisahan 2

3 0 0
                                    

Perpisahan yang sesungguhnya tidak akan pernah terjadi jika hati kita masih bersedia untuk terikat
...

"syah kamu kenapa dari tadi diem terus" Erina sedikit berbisik karena di depan sedang ada guru.

"gue kan memang kayak gini Na" Aisya sedikit menundukan kepalanya agar tidak dilihat oleh guru.

"tapi kamu kayak banyak pikiran" Erina masih setia mengintrogasi Aisya.

"bisa gak debatnya nanti, di depan ada Bu Harniati gue tak.." belum sempat Aisya menutup mulutnya dari depan kelas sudah terdengar suara dari sang guru keramat.

"Aisya silakkan maju kedepan dan jelaskan tentang korupsi, kolusi, dan nepotisme " ibu Harniati ini adalah tipe guru dengan tingkat kepekaan legend dia bisa mendengar kadar suara serendah mungkin saat berada di dalam kelas.

Saat Aisya pergi nanti, ia akan selalu mengingat tentang ibu ini. Dia satu-satunya orang yang bisa membuat Aisya maju kedepan kelas karena ketahuan mengobrol.

***

Di kantin mereka duduk bersama Iqbal yang sedang menyantap baksonya dengan nikmat sampai  tidak mengiraukan orang lain, sedangkan Erina yang sedari tadi tidak mengalihkan matanya dari Aisya.

"sekarang jelasin Syah kenapa kamu ngelamun terus" tembak langsung oleh Erina.

Iqbal yang tadinya fokus dengan bakso mengangkat kepalanya memberikan konsentrasi penuh kepada kedua makhluk di depannya ini.

"pulang sekolah nanti kita berenang di rumah gue yuk" lagi, Aisya mengalihkan pembicaraan. Iqbal dan Erina saling tatap.

"dari kemarin dia kayak gini Na, kalo ditanya kenapa selalu ngalihkan pembicaraan" adu Iqbal kepada Erina.

Dan hanya ditanggapi anggukan oleh Erina, ia tahu Aisya tidak akan mengatakannya jika ia tidak ingin, jadi untuk apa memaksa.

"okeh, aku tau mungkin kamu belum siap buat kasih tau kita tentang itu, tapi satu yang harus kamu tahu. Aku akan denger semua cerita kamu dan gak akan pernah ninggalin kamu" Erina memegang punggung tangan Aisya sambil tersenyum manis, senyum yang sangat menenangkan.

Gue yang bakal ninggalin kalian semua

Dan kata-kata itu hanya bisa terucap di dalam hati Aisya.

"kalo kamu gak mau Iqbal tau, kamu bisa curhat sama aku" Erina berusaha memberikan pengertian.

"ya kan aku juga temen Aisya, masa gak boleh Na" Iqbal memajukan bibirnya bertingkah manja dan itu sangat menjijikan.

***

Seperti perkataan Aisya di sekolah mereka bertiga akhirnya pulang kerumah Aisya untuk berenang.

"Na kamu inget gak betapa susahnya kita dulu buat berenang dirumahnya Aisya?" Iqbal berceloteh sepanjang perjalanan pulang.

"dan sekarang dia ngajak kita dengan sukarela untuk berenang di rumahnya, apa gak heran?" Iqbal masih setia mengadukan semua keanehan yang di lakukan Aisya dari kemarin kepada Erina.

"bal lo bacot gue tendang ke antartika ya nanti" akhirnya sifat Aisya yang ketus kembali lagi dan itu membuat suasana terasa lebih normal.

"nah ini baru Aisya yang gue kenal" Iqbal menyengir sambil merangkul pundak Aisya.

***

Mereka benar-benar melakukannya lagi, Iqbal datang dengan pelampung bebeknya. Erina dan Aisya yang tidak henti-hentinya mengolok-olok celana SpongeBob  yang Iqbal gunakan. Kali ini Aisya dan Erina dengan sukarela turun ikut menyemplung bersama Iqbal tanpa paksaan.

"inget gak disini aku minta kalian berdua jadi sahabat aku?" Erina tiba-tiba mengingatkan momen itu.

"ingetlah lo maksa waktu itu" Aisya menjawab sekenanya dan hanya di tanggapi senyuman oleh mereka berdua.

"inget juga gak lo Na, gue pernah mau bunuh Iqbal disini?" Aisya kembali mencairkan suasana.

"inget banget Syah" Erina tertawa saat mengingat momen itu.

" mau reka adegan gak?" tanya Aisya sambil menaikan alisnya. Dan segera diangguki oleh Erina dengan antusias.

"gue gak mau Aisya gila.. kalian berdua gila" Iqbal sudah berenang menjauh dari jangkauan Aisya dan Erina tapi Iqbal melupakan jika Aisya adalah perenang yang sangat hebat.

Aisya berhasil menangkap dan menenggelamkan kepala Iqbal sesaat lalu di tariknya kembali, mereka berdua tertawa lebar melihat muka sengsara Iqbal.

"loh.. ber..duaaah jahat" Iqbal mengatakan dengan ngos-ngosan.

"uupp cup cup cup maaf Iqbal sayang" dan akhirnya mereka bertiga berpelukan.

Hari ini Aisya sudah mengatakan salam perpisahannya tanpa kata. Iqbal dan Erina tahu ada yang tidak beres dengan Aisya. Tapi mereka tidak bisa melakukan apa-apa. Seperti yang kita tahu Aisya itu tidak tersentuh.

Shoulders Of My OmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang