Pagi seperti biasa dilakukan Aisya berangkat kesekolah dengan berjalan kaki dan bersama Iqbal.
“kenapa diem aja lo dari tadi?” Iqbal bertanya sambil memegangi kening Aisya.
“gak panas” ujarnya santai sambil memasang muka sedikit bingung.
“Bal gue pengen main basket dirumah yang pertama kali lo ajak gue bolos itu dong” Aisya tiba-tiba memegang tangan Iqbal antusias.
“tumben banget lo?” Iqbal sudah merasa sedikit curiga, tetapi Aisya langsung mengalihkan pembicaraan.
“gue bosen belajar terus, bolos yuk hari ini aja?” Aisya memasang muka sok imutnya agar Iqbal mau di ajak membolos.
“kita kemaren cuman bolos les Sya bukan bolos sekolah” Iqbal masih memberi penjelasan.
“huufftt padahal gue beneran pengen main sama lo” Aisya memasang muka seperti ingin menagis, Iqbal yang melihat itupun mendekat dan mendekap punggu Aisya.
“abis pulang sekolah ya?” Iqbal berusaha memberi pengertian kepada Aisya. Dan Akhirnya Aisya mengangguk.
***
Seperti janji mereka tadi pagi, Aisya dan Iqbal pergi ketempat yang mereka pernah datangi.
Tanpa Erina karena Aisya memang ingin menikmati momennya dengan Iqbal.“kira-kira bakal hujan lagi gak ya bal?” Aisya melihat langit luar dari angkot yang mereka naiki.
“gue pengen banget hujan lagi kayak waktu itu, seruh deh” Iqbal menatap Aisya curiga tidak biasanya Aisya mengeluarkan kata-kata aneh seperti itu.
“bolosnya jadi berwarna karena naik angkot ya Bal?” Iqbal tersenyum ternyata Aisya masih sangat mengingat setiap detail hari itu.
“kenapa tiba-tiba pengen bolos?” Iqbal menatap tepat di manik mata Aisya agar ia bisa menemukan jawabannya.
“hanya ingin” dan usaha Iqbal nihil.
Mereka turun dari angkot berjalan menyisiri pasar tradisional, Aisya masih ingat jelas kenapa mereka kesini waktu itu.“bal pasarnya tetep becek ya” lagi Aisya mengonfirmasi sesuatu yang ia sudah jelas-jelas ketahui.
“kalo gak becek bukan pasar sya” Iqbal berjalan di depan sambil memberikan pegangang untuk Aisya.
“bik Iqbal pinjem dulu kuncinya ya” mereka mendapatkan kunci dan kembali melewati jalan becek.
“bal lo mau nyekap gue ya?” pertanyaan yang pernah Aisya tanyakan kepadanya saat mereka kesini waktu itu.
“iya gue mau nyekap lo biar gak aneh-aneh” kali ini Iqbal menanggapinya dengan candaan pula.
“kan lo malaikat mana ada malaiakat yang mau nyulik” Aisya menyalin jawaban Iqbal waktu itu.
“itu lo tau” mereka sampain di rumah itu, tempat pertama Aisya bisa merasakan sosok Bintang di diri Iqbal.
“kalo boleh tau orang yang lo maksud waktu itu siapa Bal?” Iqbal mengernyit sedikit lupa dengan perkataannya sendiri.
“yang mana syah?”
“yang waktu lo bilang rumah kenangan seseorang” Aisya berusaha mengingatkan Iqbal.
“Ooh yang itu, jadi gini” Iqbal menjelaskan sambil mereka memasuki perkarangan rumah, masih sama lapangan bola basket yang tidak begitu terurus karena tidak pernah di buat main.
“ini rumah kakek nenek sya, dulu gue sama Bintang tumbuh bersama dirumah ini sebelum dia dan orang tuanya pindah kerumah mereka sendiri. Mangkanya gue bilang kalo rumah ini kenangan seseorang” Aisya mengangguk mendengar celotehan Iqbal, ia mau merekam baik-baik wajah Iqbal sebelum akhirnya mereka akan berpisah.
“gue itu anak tunggal, lo kebayangkan anak tunggal gak ada temen main dan waktu Bintang pindah rumah gue nangis-nangis pengen ikut. Dan karena hal itu mama papa gue mutusin buat pindah kota biar gue gak sering interaksi dengan Bintang” Iqbal masih setia bercerita panjang lebar dengan Aisya.
Mereka duduk di teras rumah sambil menikmati angin yang sepertinya sebentar lagi akan membawa hujan. Aisya menoleh kearah Iqbal sambil tersenyum.
“tuhan baik banget sama lo Syah, lo pengen hujan eehh langsung dikasih” Iqbal menatap Aisya sambil tersenyum senang, janjinya dengan Bintang untuk selalu ada di sisi Aisya sudah ditepatinya. Melihat senyum Aisya membuat Iqbal bahagia.
“tuhan juga baik tentang lo bal” Aisya menghadap kedepan menerawang semua kenangan yang sudah mereka lalui, Iqbal dan Erina adalah keajaiban yang datang di saat Aisya akan benar-benar hancur.
“lo dan Erina adalah hadiah terindah gue dari tuhan” Aisya kembali menatap Iqbal, kali ini muka Iqbal benar-benar tidak terdefinisikan. Muka yang menunjukan keterkejutan, benar-benar terkejut, bagaimana bisa seorang Aisya yang biasanya ketus dan cuek tiba-tiba mengeluarkan ungkapan yang begitu manis.
“lo kalo ada masalah ngomong Sya, gue bakal dengerin dan gak bakal ninggalin lo” Iqbal menarik paksa tangan Aisya agar Iqbal bisa dengan jelas melihat Aisya. Ia yakin ada sesuatu yang sedang ditutupi oleh Aisya.
Dan hanya di balas senyuman manis milik Aisya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shoulders Of My Om
عاطفية[di follow dulu sebelum baca] tuhan tidak mungkin sejahat itu kepadamu, dia tidak akan mengambil yang kamu punya jika dia tidak menyiapkan yang lebih baik. Kisah ini bemula dari seorang Aisya yang kehilangan seluruh hidupnya, seluruh dirinya di amb...