Puncak kebahagiaannya itu ketika makan lalu hujan dan kemacetan yang berikutnya.
Malam itu hujan, hal yang paling Aisya suka, tapi tidak dengan rasa lapar yang ia rasakan. Hujan dan lapar bukanlah hal yang menyenangkan, sudah berapa kali Aisya berganti novel untuk mengalihkan rasa laparnya, banyak juga genre musik yang sudah ia dengar, mengganti posisi mulai dari tidur di tempat tidur, duduk di sofa dekat jendela, berbaring di karpet, tapi tidak juga mengalihkan rasa lapar ini.
Aisya malas untuk membuat makanan pada malam hari apalagi jika sendirian, dia takut. Dan dia juga tidak ingin membangunkan mbok Sumi dia kasihan dengan wanita itu sudah bekerja dari pagi, dia tidak tega jika harus menyuruh mbok Sumi membuat makanan pada malam harinya juga.
Akhirnya setelah melakukan banyak pertimbangan.
Akhirnya Aisya memutuskan untuk pergi ke kamar oomnya, entah apa yang akan ia lakukan selanjutnya.
Tok.. Tok.. Tok
Aisya sama sekali tidak mengeluarkan suara, hanya tangannya saja yang bergerak mengetok pintu kamar oomnya itu.
Dan dalam perjalannan ketukan keempat pintu di depan Aisya itu akhirnya terbuka.
Kafhi keluar dengan keadaan orang yang baru bangun tidur. Rambut acak-acakan dan baju yang tidak benar-menar terpasang secara sempurna.
"ada apa Aisya ini larut malam kenapa kamu belum tidur?" Aisya diam mematung, dia juga tidak tahu apa yang membuatnya datang ke kamar Kafhi.
Kafhi yang melihat keponakannya itu diam saja lantas kembali bertanya.
"kenapa ada yang mengganggu pikiranmu?" Aisya masih diam hanya menatap Kafhi kosong.
"Aisya lapar om" sebegitu sulitkah tiga kata itu keluar dari mulut Aisya dari tadi.
Kafhi terkekeh melihat Aisya, lantas kekehan Kafhi itu membuat Aisya memberengut tapi juga bersemu.
Kafhi masuk ke dalam kamar mengambil jaket,dompet dan kunci mobilnya.
"ayo kita cari makanan" kafhi menarik Tangan Aisya, apa oomnya itu tidak melihat keadaan Aisya yang hanya memakai baju tidur begambar kodoknya itu.
"om Aisya ganti baju dulu" Aisya mencobah mencegah Kafhi yang bejalan ke tangga.
"pakai jaket saja, nanti lama" Aisya mengangguk, setidaknya iya setuju dengan itu di banding hanya memakai baju tidur kodoknya ini.
***
Hujan malam itu cukup membuat jalan Palembang becek, mereka menyusuri jalan malam itu masih banyak warung pinggir jalan yang buka, padahal ini sudah larut sekali.
"mau makan apa?" Kafhi masih fokus pada jalanan saat bertanya.
"Aisya mau nasi goreng di dekat sekolah Aisya om" Kafhi mengaguk, sambil menjalankan mobilnya menuju ke sekolah Aisya, yang cukup jauh.
"Aisya ini hujan, kamu tidak mau mencari kemacetan." sepertinya Kafhi sudah mulai hafal dengan kebiasaan aneh keponakannya itu.
Aisya menggelengkan kepalanya lalu berkata.
"rasa lapar Aisya lebih mendominasi dari pada rasa ingin mencari kemacetan om"Aisya ini tipe perempuan yang tidak bisa menahan rasa lapar.
Bagi Aisya puncak kebahagiaannya itu ketika makan lalu hujan dan kemacetan yang berikutnya.
Kafhi terkekeh mendengar jawaban Aisya, ia tahu jika keponakannya ini benar-benar lapar. Lalu ia melajukan mobilnya lebih cepat.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Shoulders Of My Om
عاطفية[di follow dulu sebelum baca] tuhan tidak mungkin sejahat itu kepadamu, dia tidak akan mengambil yang kamu punya jika dia tidak menyiapkan yang lebih baik. Kisah ini bemula dari seorang Aisya yang kehilangan seluruh hidupnya, seluruh dirinya di amb...