Erina memasuki kamar ibunya terlihat gelap semakin dalam Erina memasuki kamar ibunya baru terlihat berada di balkon kamar.
Ibu Erina tidak menyadari jika Erina berada di kamarnya, Erina tahu saat ini ibunya sedang menangis. Sesuatu yang hebat harus ia lalui sendiri saat ini.
Melihat keadaan itu hati Erina serasa teiris. ibu hebatnya, ibu tegarnya, ibu yang selalu tersenyum bahkan di saat Erina melakukan kesalahan sekarang sedang menangis.
"ma.. " Erina duduk di samping ibunya sambil merangkul hangat punggung dingin itu.
Ibu Erina tersentak ia cepat-cepat menghapus air matanya. "kamu kok ada disini? "
Erina menatap mamanya dengan senyum sebisa mungkin air mata itu tidak keluar.
"mama kalo mau nangis, nangis aja Na pinjemin bahu" gagal, Erina gagal memendung air matanya.
"ma..hiks.. Ma jangan sok tegar, mama boleh nagis kok" Erina mengusap air matanya dengan punggung tangan.
Ibu Erina tersenyum ia membersihkan ingus yang keluar dari hidung anak kesayangannya.
"Anak mama sudah besar sekarang" Adel Ibu Erina tersenyum tulus.
"jadi mama boleh ni pinjem bahunya?" Ibu Erina mengangkat kedua alisnya bertanya.
Erina hanya bisa mengangguk sambil memukuk bahunya pelan mengarahkan kepala Adel kearah bahunya. "walaupun mama nangis itu gak buat mama jadi lemah, kadang kita butuh waktu untuk rehat dan mengeluarkan semuanya"
Tak lama suara tangis pilu ibunya terdengar, tangisan yang telah di tahannya lebih dari sepuluh tahun demi buah hati tercintanya, siapa lagi jika bukan Erina.
"mama minta maaf ya Na kalo selama ini gak pernah bisa jadi yang terbaik buat kamu" tangis Erina semakin kencang, aliran sungai dipipinya semakin deras.
"mama jangan ngomong kayak gitu, mama adalah mama terbaik yang pernah Erina tau" Ibu Erina tertawa mendengar pernyataan Erina.
"emang kamu pernah punya mama yang lain na?" Erina ikut tertawa mendengarnya. Bahkan di saat seperti ini ibunya masih bisa membuat Erina tertawa.
"pokoknya mama jangan pernah bilang gitu lagi Na gak suka" Erina pura-pura mangambek.
"maafin mama juga gak bisa bertahan sama papa lagi" mama Erina masih terus meminta maaf sambil menciumi punggung tangan Erina.
"Na makasih mama udah mau bertahan untuk Na selama ini, yang seharusnya minta maaf itu Na karena gak bisa bales mama" Ibu Erina masih setia memegangi tangan putrinya.
"semua yang mama lakuin itu memang harus mama lakuin buat kamu, gak ada bales-balesan dalam hubungan ibu dan anak. Mama ikhlas memberikan semua itu buat Na" Ibu Erina menengak memperhatikan wajah cantik putrinya itu.
Sungguh Adel begitu bersyukur memiliki Erina di hidupnya, setidaknya ada hal yang indah mengampiri hidupnya.
"Na sayang mama, jangan pernah tinggalin Na" Erina memeluk tubuh ibunya kuat seakan tidak memiliki waktu lagi untuk memeluknya.
Erina begitu menyangi ibunya, ia tidak ingin lagi melihat ibunya terluka apapun yang terjadi termasuk melawan papanya.
"Na bakal lindungi mama dari papa" Erina berkata dengan menggebu-gebu.
"Na gak boleh lawan papa, bagaimanapun kalo gak ada papa Na gak ada di dunia. Na harus tetap sayang sama papa, ngelindungi mama gak harus lawan papa kan" lihatlah Ibunya, di saat seperti ini saja ia masih berusaha melindungi suaminya, Ia membuang jauh egonya demi Erina.
Dia tak ingin sampai Erina menjadi anak durhaka.
"mama kenapa masih belain papa" Erina sedikit meninggikan suaranya, ia sudah terlanjur sakit oleh papanya.
"Na gak boleh gitu, Na harus berusaha maafin papa. Sama seperti mama, papa gak ada siap-siapa lagi selain Na" Ibu Erina mengelus kepala Erina sayang.
Erina tidak bisa membantah perkataan ibunya dan ia terpaksa mengangguk hanya demi ibunya. Ingat hanya demi ibunya tak ada yang lain.
"Erina sayang sama mama" kembali lagi Erina memeluk ibunya kuat.
"Mama lebih besar sayang ke Na" Ibu Erina membalas pelukan Erina tak kalah kuat.
Ia harus kuat demi Erina. putri sematawayangnya, Cahaya hidupnya saat ini, harapannya untuk melanjutkan hidupnya.
Malam ini mereka habiskan dengan mengungkapkan kasih sayang yang sempat tersimpan lama.
Ibu apapun rupamu, apapun kesalahan yang pernah kau perbuat, kau tetap ibuku. ibu terhebatku..
Part ini aku dedikasikan untuk ibu hebat di seluruh dunia.
Ibu.. Mama.. Bunda... Mami... Mimi...
Bagaimanapun cara kalian memanggil malaikat tanpa sayap kalian rasa hormat dan sayang sebagai anak tetap sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shoulders Of My Om
Romance[di follow dulu sebelum baca] tuhan tidak mungkin sejahat itu kepadamu, dia tidak akan mengambil yang kamu punya jika dia tidak menyiapkan yang lebih baik. Kisah ini bemula dari seorang Aisya yang kehilangan seluruh hidupnya, seluruh dirinya di amb...