Kafhi sakit

88 6 0
                                    

Jika dengan melukai hati saya kamu bisa bahagia, maka saya akan relakan hati itu hanya untuk kamu lukai.

Sesampainya di rumah Aisya hanya mengekori oomnya itu dari belakang ia tak berani membuka suara lagi, nanti yang ada ia mendapat wejangan lagi dari omnya itu.

Tapi Aisya cukup merasa aneh dengan cara jalan oomnya yang sangat aneh itu, apa terjadi sesuatu dengan oomnya kenapa ia begitu aneh.

" om ken... Eehh om" belum sempat Aisya bertanya ia sudah mendapati omnya itu limbung kelantai untung Aisya sempat menangkap bagian kepala omnya itu kalau tidak bisa geger otak oomnya itu.

" mbok..  Mbok tolong Aisya dong" Aisya meminta bantuan mbok Sumi tak lama mbok Sumi datang dan langsung terkejut dengan keadaan di depannya itu.

"ini den Kafhi kenapa Ai" tanya mbok Sumi.

"mbok bantu Ai angkat om ke sofa dulu ini gak tau kenapa langsung limbung aja. " mbok baru sadar dan langsung membantu Aisya meletakan Kafhi ke sofa.

" kayaknya kelelahan deh mbok, mbok bisa mintak tolong gak telponin dokter ini Ai mau kompres dulu kayanya demam. " Mbok Sumi langsung mengangguk dan segera melaksanakn tugasnya.  Aisya yang mengambil kompresan lalu kembali lagi ke ruang tamu.

Aisya mengompres kepala Kafhi sambil memperhatikan muka Kafhi yang memang tambah tampan jika dilihat dari dekat.

Ia tak habis fikir kenapa omnya yang begitu tampan ini belum juga memiliki pacar.

Tak lama dokter datang. Dokter arief, dokter yang sempat membuat Aisya terkagum, dulu saat keluarganya masih ada Aisya selalu ikut ke rumah sakit jika Alya adiknya sedang sakit. Ia tidak akan pernah melewati hal itu karena ia tahu jika ke rumah sakit ibunya pasti membawa Alya ke dokter Arief. Dokter kesayangan Aisya.

"dia hanya kelelahan saja Aisya, kamu harus menjaganya dan mengingatkan dia untuk makan. Sepertinya dia lemas karena belum makan, nanti jika dia sudah sadar beri dia makan. "
Dokter Arief menjelaskan dengan sangat tenang,  inilah yang di sukai Aisya dari dokter Arief dia terlalu tenang.

"Aisya saya turut berduka atas kejadian itu,  maaf saya tidak bisa datang ketika pemakaman mereka. " bisa di katakan jika dokter Arief dekat dengan keluarga Aisya, ia tahu tentang kejadian itu dan ia sungguh terkejut akan hal itu.

" gak papa dok mereka udah tenang di sana, dan Aisya baik-baik saja sekarang", Aisya memamerkan senyum manisnya dia tidak ingin terlihat sedih di depan dokter Arief.

" jaga diri Aisya saya pergi dulu, jangan lupa pesan saya tadi." Dokter Arief mengusap pucuk kepala Aisya pelan lalu pergi,  dan hal itu cukup membuat Aisya bersemu.

Aisya duduk di karpet dekat sofa menyandarkan kepalanya di badan sofa tempat Kafhi terbaring, kepalanya sedikit menyentuh perut Kafhi. ia juga cukup lelah hari ini, dan kenapa hanya Kafhi saja yang pingsan ia juga ingin pingsan dan bila perlu tidak usah bangun lagi sepertinya itu ide yang cukup baik.

Hinggah akhirnya angan-angan gila itu terbuyarkan ketika tangan seseorang mengelus kepala Aisya, dia cukup terkejut saat itu namun ia hilangkan semua terkejutannya ketika melihat Kafhi yang sudah sadar.

" eehh om udah sadar,  sekarang makan ya tadi dokter bilang om lemes gara-gara gak makan, emang seharian ngapain aja si om sampe gak makan?" raut wajah kesal dan omelan Aisya cukup menjadi obat bagi Kafhi sungguh ini saat pertama Kafhi mendengar omelan Aisya yang benar-benar lucu, kalau seperti ini ia ingin sakit saja terus.

"kamu lucu kalo ngomel kayak gini" Kafhi masih sempat mengacak pucuk kepala Aisya, sungguh ini membuat desiran aneh di tubuh Aisya.

Aisya tidak menghiraukan Kafhi, ia langsung ke dapur mengambil makanan untuk Kafhi.

Dan ternyata di dapur telah ada bubur sepertinya mbok Sumi yang membuatkannya.

"nih om makan, ini kayaknya mbok deh yang masakin bubur. " Aisya menyodorkan bubur itu kepada Kafhi tapi belum juga di terima oleh Kafhi.

"saya masih lemes Aisya, apa kamu tidak lihat saya tidak bisa makan sendiri" sungguh Kafhi benar-benar bisa memanfaatkan suasana.

"bilang aja mau di suapin om, tinggal bilang kok repot" Aisya benar-benar peka, ia sangat tahu apa yang Kafhi inginkan.

Aisya mulai menyendoki bubur itu ke dalam mulut Kafhi, tak terasa bubur di mangkok itu sudah habis, selanjutnya Aisya membantu Kafhi meminum obat yang di berikan dokter Arief tadi kepadanya. Kafhi tidak menolak ia menerima semua perlakuan yang diberikan Aisya kepadanya.

"om kalo kerja boleh tapi jangan lupa sama diri sendiri, ini kan om cuma harus makan bukan di suruh cari penjahat kok ribet" Aisya masih lanjut mengomel dari dulu ia memang tidak suka jika ada orang yang melewatkan makan.

"dari dulu ibu gak pernah ngebolehin kita keluar rumah kalo belum sarapan, jadi besok aku bakal terapin hal yang sama. Om harus sarapan bareng aku dan gak boleh keluar rumah kalo belum sarapan" lihat, Aisya kenapa kamu berubah menjadi perhatian seperti ini.

"saya lebih suka sakit kalo seperti ini, kamu bisa lebih banyak ngomong sama saya kalo saya sakit. " Kafhi benar-benar gila dia lebih memilih sakit hanya untuk berbicara banyak dengan Aisya.

"om gila, kalo mau ngomong sama Aisya ya tinggal ngomong gak usah pakek acara sakit segala" Aisya membalas ucapan Kafhi.

"Aisya weekend ikut saya bertemu nenek kamu mau? " Kafhi mengalihkan pembicaraan ke yang lebih serius.

"Aisya pernah ketemu nenek waktu kecil, dan waktu itu kita semua di usir sama nenek om. Aisya takut nanti kejadian itu terulang lagi. " Aisya menundukan kepalanya ia terlalu takut untuk sakit hati lagi.

"saya berjanji akan selalu ada di sampingmu, kita akan menghadapinya bersama Aisya kamu tidak perlu takut. " Kafhi berusaha menenagkan Aisya. Ia ingin Aisya berdamai dengan masa lalunya.

"nanti kita bicarakan lagi om, Aisya lelah, Aisya ingin istirahat. " jelas sekali Kafhi lihat jika Aisya menghindar dari pembicaraan tadi,  Kafhi tidak ingin memaksanya.

Shoulders Of My OmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang