Aku ingin sendiri, bukan berarti aku benar-benar ingin sendiri
...Mereka sampai di rumah Aisya setelah melewati beberapa pertengkaran, akhirnya Aisya setuju untuk bermain di rumahnya.
"sya gue berenang ya, gue ambil baju ganti dulu" Iqbal ini memang orang yang paling tidak tahu malu, masih mending Aisya mau rumahnya di jadika tampat main.
Dan Iqbal malah melunjak minta berenang pula."Erina juga mau berenang, tapi gak ada baju gantinya" apalagi ini, kenapa mereka bisa kompak sekali dalam membuat Aisya jengkel.
"pakek punya Aisya aja" Iqbal adalah orang yang paling pandai dalam memancing emosi Aisya.
"gue tabok lo ya bal, betingkah banget lo, masih mending gue bolehin lo main ke rumah ngelunjak ya lo berdua"
"sekali-sekali sya, nanti kalo udah sering kita bawa baju ganti sendiri deh. Kali ini pinjemin Nana baju dulu ya" Iqbal mengeluarkan puppy eyes nya dan hal itu paling di benci oleh Aisya karena pasti Aisya tidak bisa menolaknya.
"lo mending temenin gue aja, gak usah ikut berenang nanti lo ketularan gilanya Iqbal" Aisya berusaha membujuk Erina supaya tidak mengikuti Iqbal.
"jahat amat buk mulutnya" Iqbal mencibir dan berjalan menuju pintu, ia ingin mengambil baju ganti di rumahnya.
"lo tunggu di sini, gue ganti baju sebentar" Erina mengangguk dan berjalan menuju sofa ruang tengah rumah itu.
Tak lama Iqbal kembali dengan membawa baju ganti dan astaga Iqbal membawa pelampung berenang berbentuk bebek kuning persisi seperti yang di miliki adik sepupu Erina di rumah.
Sekarang Erina baru menyadari jika orang di depannya ini benar-benar aneh.
Aisya jalan menuruni tangga, dia sudah tahu jika Iqbal akan melakukan hal-hal aneh mangkanya Aisya tidak begitu heran ketika melihat Iqbal membawa pelampung bebeknya itu.
"gue mau berenang, lo berdua siapin minum sama makanan ya" seperti sang majikan Iqbal memerintakan Aisya dan Erina untuk menyiapkan makanan dan minuman.
"mati lo sana bal, muak gue ngeliat tingkah lo" banyak sekali umpatan yang lebih kasar dari itu yang ingin Aisya ungkapkan, namun ia masih tahan karena ini di rumahnya.
Walau bagaimanapun ia tidak ingin bicara kasar di tempat kenangan keluarganya itu.
"gue sayang lo juga sya" tuhkan Iqbal ini tipe-tipe orang bermuka tebal, mau di upatin dengan berbagai macam kata-kata kasar pun tidak akan mempan di dia.
Cocok sekali bukan dengan Aisya yang jika bicara tidak pernah memikirkan perasaan orang lain itu.
Aisya dan Erina duduk di kursi pinggir kolam berenang sambil memperhatika tingkah aneh Iqbal yang sedang melakukan gaya putri duyung katanya padahal lebih terlihat sepert dugong."lo berdua liat ya, gue bisa jadi mermaid" mulailah Iqbal melenggok-lenggokan tubuhnya semakin lama-semakin aneh pula gerakan itu terlihat.
"udah deh bal jijik gue ngeliatnya" Aisya berusah menyadarkan Iqbal dari tingkah anehnya itu.
Iqbal tidak tinggal diam dia memercikan air kolam kepada kedua orang itu.
"gue tabok lo ya bal" Aisya mulai memberika ancaman kepada Iqbal, tapi yang namanya Iqbal ancaman itu tidak di anggapnya sama sekali. Erina yang melihat kedua orang itu hanya bisa tertawa tanpa mau menimpali.
Aisya yang sudang sangat kesal pun mendekat dan mulai ingin melakukan hal yang sangat ingin ia lakukan dari tadi yaitu memukul Iqbal, belum sempat tangan itu sampai ke arah Iqbal, Aisya merasakan ada yang mendorongnya dari belakang dan tak lama seluruh badan Aisya telah berada di dalam kolam.
Aisya tahu benar siapa yang mendorongnya sepertinya kedua orang ini bekerja sama untuk benar-benar membuat Aisya meledak hari ini.
Aisya berbalik dan ia langsung di sambut oleh tawa kedua orang itu, tidak tinggal diam Aisya mendekat kearah Erina yang masih belum bisa mengkontrol tawanya sampai ia tidak menyadari jika Aisya sudah menarik tangannya dan akhirnya ia juga masuk dan terjebur bersama.
Setelah semua di dalam kolam Aisya mulai melancarkan aksinya dengan menenggelamkan kepala Iqbal rasanya Aisya ingin sekali Iqbal lenyap.
Kepala Iqbal keluar masuk di buat Aisya melihat muka Iqbal yang seperti ikan kekurangan oksigen itu pun membuat Erina tertawa, sepertinya Erina adalah tipe orang yang bisa menularkan tawanya kepada orang lain.
Buktinya sekarang Aisya tertawa padahal satu detik yang lalu ekspresi di wajahnya itu sudah seperti pembunuh profesional.
"rasain lo, mangkanya jadi orang baik-baik aja" Aisya sudah menghentika aksinya, ia tidak mau kehilangan sahabat untuk kedua kalinya.
"jahat banget lo sya, gue gak bisa nafas ni" Iqbal menghirup udara sebanyak-banyaknya.
"muka Iqbal lucu aku suka" Erina tidak tahu jika setelah ia berkata itu ada hati yang bergetar dengan tidak normalnya dan jangan lupa pipi merahnya.
"Iqbal juga suka sama senyum Erina" Iqbal membalas dengan tidak kalahnya.
"jijik gue dengernya" Aisya memukul lengan Iqbal merasah jengah dengan perkataan iqbal tadi.
"Erina mau jadi sahabat kalian" Erina bersungguh-sungguh dengan perkataannya.
"gue gak mau" Iqbal yang menjawab.
"kenapa? Erina gak seru ya orangnya?" Muka Erina sudah mulai menampakan tanda-tanda ingin menangis.Iqbal menggeleng ia mendekat ke arah Erina dan mengelus kepalanya.
"Iqbal maunya Nana jadi pacar Iqbal" Aisya memperagakan muka seperti ingin muntah. adegan drama apa lagi yang di lihatnya di sore ini, sungguh menjijikan."jangan hirauin Iqbal Na lo bisa gila kalo ngadepin dia" Aisya berusah sekencang mungkin untuk membuat Erina tetap waras di bawah pengaruh Iqbal. Jangan lupakan muka merah Erina.
Erina mengangguk menyetujui ucapan Aisya tadi.
"aku maunya sahabatan sama kalian berdua" Erina mengulangi perkataannya tadi."gak usah, nanti lo di buly sama anak satu sekolah. kasihan gue sama lo, lo anak baru butuh penyesuaian sama lingkungan dan itu butuh banya temen.
Kalo lo main sama gue lo bakal berakkhir kayak Iqbal, dia sampai sekarang gak punya temen" Aisya berusaha menyadarkan Erina tentang keadaannya yang sebenarnya agar perempuan itu tidak menyesal nantinya.
"tapi gue gak nyesel milih Aisya, karena mereka berteman hanya ketika mereka membutuhkan kita dan pergi ketika kita membutuhkan mereka. Miliki Aisya satu udah kayak miliki satu sekolah tau gak sya" Aaahhh kenapa Iqbal bisa bicara semanis itu. Belajar dari mana dia.
"aaahhh sweetnya tapi jijik gue dengernya bal" dengan jahatnya Aisya malah mengejek Iqbal.
"iya gak papa kok kalo aku gak punya temen yang penting ada kalian." Erina berusaha merangkul kedua sahabat barunya itu dan syukurlah tidak ada penolakan dari keduanya.
Cukup lama mereka berpelukan dan terhenti ketika Aisya dengan tidak baik hatinya melepaskan pelukan mereka dan berkata.
"udah aahh gak usah sedih-sedihan jijik gue" entah sudah berapa kali kata 'jijik' keluar dari mulut Aisya.
"gue laper pengen makan, ayok naik Na kita ganti baju"Aisya membatu Erina naik dari kolam berenang."gue juga ikut"
"enak aja , lo di kamar mandi bawah ya bal" Aisya memberikan tatapan tajam kepada Iqbal yang sudah ingin mengikuti mereka naik ke tangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shoulders Of My Om
Romance[di follow dulu sebelum baca] tuhan tidak mungkin sejahat itu kepadamu, dia tidak akan mengambil yang kamu punya jika dia tidak menyiapkan yang lebih baik. Kisah ini bemula dari seorang Aisya yang kehilangan seluruh hidupnya, seluruh dirinya di amb...