sekali lagi

40 2 3
                                    

Kalian tahu apa yang menyakitkan dari sebuah kehilangan, yaitu mengingat semua hal
tentangnya
...

Beberapa hari rumah Aisya terasa kosong mbok Sumi selalu masuk kamar setelah nenyelesaikan pekerjaannya. Tidak ada yang bisa menemani Aisya. Iqbal huh entah kemana laki-laki itu. Iqbal berkata kepada Aisya ia meminta waktu beberapa hari untuk tidak di ganggu.

Hari ini Aisya libur sekolah, ia ingin pergi keluar tapi dengan siapa. Aahhh terserah jika Iqbal nanti marah ketika dia telpon Aisya sudah bosan sekali di rumah.

Belum sempat Aisya mencari nama Iqbal di kontaknya, laki-laki itu telah menelfonnya terlebih dahulu.

"hallo bal kenapa?"
Tidak terdengar apa-apa di seberang sana membuat Aisya geram.

"hallo Baaaaaal kenapa? " Aisya benar-benar kesal sekarang.

"hiks.. Hikss.. " terdengar suara isakan di seberang sana.

Aisya mulai cemas apa yang terjadi.

"bal lo kenapa, Iqbal cepet ngomong" Aisya sudah menjerit kalut.

"Bintang syah.. Bintang"

"Bintang kenapa bal, kenapa" Aisya rasa setelah bertelfonan dengan Iqbal pita suaranya akan sakit.

"Bintang meninggal syah"
Sekali lagi Aisya merasakan runtuhnya dunia untuk kesekian kalinya. Orang yang benar-benar berarti untuk hidupnya kembali di rebut paksa darinya. Kali ini dengan tanda tapi terlalu tiba-tiba.

Sudah tak ada lagi suara yang dapat Aisya dengar semua benda di rumahnya seakan berputar di pandangannya dan seketika semua gelap.

***

Aisya terbangun ia mengelilingi pandangannya di sana ia melihat mbok Sumi sedang menatapnya cemas. Dia sedang berada di rumah sakit.

"mbok Aisya mau ketemu Bintang" Aisya sudah bersiap untuk turun dari brankar rumah sakit namun terintrupsi dengan pergerakan pintu di depannya.

Di sana ada Iqbal yang menatapnya dengan prihatin. Mata Iqbal sudah sangat bengakak, Aisya tak yakin sudah berapa lama Iqbal menangis.

"bal gue mau ke Bintang" Iqbal hanya mengangguk dan mengulurkan tangannya kepada Aisya menuntun perempuan yang sedang kembali mengalami kehilangan ini.

Sangat pelan Iqbal membawa dan memegangi Aisya menuju kamar jenazah. Tinggal beberapa langkah lagi mereka sampai, namun Iqbal dapat merasakan jika pijakan Aisya mulai melemah. Tak tinggal diam Iqbal memberikan pelukan kehangatan menguatkan kepada Aisya.

Ia juga merasa kehilangan tapi ia tahu jika Aisya lah yang paling tersiksa.

Mereka sampai, sekali lagi Aisya harus membuka kain putih, ia akan sangat benci dengan kain putih panjang. Ia benar-benar benci dengan kain itu.

Perlahan dan bergetar tangan itu mulai mencoba membuka kain putih itu, di dalam hati Aisya terus merapalkan do'a berharap ia secepatnya di bangunkan dari mimpi buruk ini.

Namun sayang ketika tangan itu sudah selesai membuka kain putih itu Aisya tak kunjung terbangun dari mimpi buruknya. Di sana ia melihat teman masa kecilnya, teman yang mengerti Aisya sangat malah. Temannya itu sekarang sedang terbujur kaku dan muka yang sangat kurus, terakhir kali Aisya melihatnya Bintang tidak sekurus itu.

Aisya mengalihkan pandangannya kepada Iqbal, dia marah kepada Iqbal kenapa akhir-akhir ini ia tidak di perbolehkan melihat Bintang apa ini alasannya.

"lo jahat bal, karena ini huh lo gak ngebolehin gue ngeliat Bintang?" Aisya kalut ia menjerit kepada Iqbal.

" Bintang yang mau ini sya, dia gak mau lo ngeliat dia dalam keadaan begini." tak lama Iqbal merogoh kantung bajunya dan memberikan selembar kertas kepada Aisya.

Aisya tahu kertas itu, kertas itu adalah kertas dari jurnalnya dengan Bintang. Dan jurnal itu memang ada di Bintang. Di jurnal itu mereka selalu menulis pengalaman baru yang mereka selalu lakukan bersama.

Sekali lagi air mata Aisya terjatuh dengan deras, kalian tahu apa yang paling menyakitkan dari sebuah kehilangan?  Yaitu ketika kalian mengingat semua hal tentangnya.

Aisya ambil kertas itu. Ia memberikan tatapan bertanya kepada Iqbal.

"dari Bintang" hanya jawaban itu yang keluar dari mulut Iqbal sepertinya lelaki itu juga telah lelah.

***
Pemakaman Bintang telah selesai di laksana di sana ada ibunya yang sedang meraung-raung merasa bersalah karena selama Bintang hidup ibunya itu tidak pernah menemani Bintang, ia selalu sibuk dengan pekerjaanya.

Sekali lagi kenapa semua orang baru menyadari apa yang mereka lakukan adalah kesalahan setelah semua terlambat.

Kenapa mereka tidak menyadarinya sebelum semuanya terlambat. Kenapa mereka selalu menyadarinya di saat semua terlambat.

Aisya masih mengamati ibunya Bintang, perempuan itu juga pernah menjadi sosok ibu kedua bagi Aisya namun semua berubah ketika kedua orang tua Bintang bercerai, ibunya Bintang mati-matian mencari kerja agar bisa bertahan hidup sampai akhirnya ia melupakan jika ia memiliki harta yang sangat berharga di rumahnya yaitu Bintang.

Sebenarnya Aisya juga tidak jauh merasa bersalah kepada Bintang, dia merasa bersalah karena tidak berada di sisi Bintang ketika laki-laki itu sangat membutuhkan kehadirannya. Aisya malah sibuk membesarkan ego sampai lupa dengan Bintang.

Iqbal memegang pundak Aisya pelan untuk menyadarkan Aisya dari lamunanya. Aisya menatap Iqbal dengan tatapan bingung sekaligus kesal ia masih kesal dengan Iqbal untuk hal itu.

"pulang yuk, gue anter" Iqbal menggenggam tangan Aisya berharap Aisya mau.

"gue masih mau di sini" Aisya kembali menatap ke depan entah apa yang sedang ia pikirkan sekarang.

"pulang syah nanti lo sakit"

"GUE MASIH MAU DI SINI, kok lo batu si bal" seketika suara Aisya meninggi dan ia teringat jika Iqbal tidak salah seutuhnya di sini.

"maaf gue kelepasan" Aisya merunduk ia menyesal telah mebentak Iqbal padahal Aisya tidak suka di bentak tapi dia malah membentak orang.

Prinsip hidup Aisya itu dia tidak akan melakukan sesuatu kepada orang lain.
Di saat ia tidak ingin di perlakukan seperti itu juga oleh orang lain.

Iqbal mengangguk dan kembali menggenggam tangan Aisya.

"gue di sini gak akan kemana-mana selalu di samping lo, lo gak akan menghadapi ini sendirian" Iqbal berusaha menguatkan Aisya ia tidak ingin Aisya terpuruk lagi.

***
Aisya pulang kerumah dia terlalu lelah dengan apa yang ia hadapi hari ini. Dia langsung ke kamar mandi melakukan ritualnya dan pergi tidur, untuk saat ini ia tidak ingin memikirkan apapun.

Ia juga tidak ingin memikirkan Kafhi, entah Kafhi memikirkannya atau tidak tapi yang pasti Aisya lelah.

***
Di sisi lain Kafhi merasa ada yang janggal dengan dirinya, kenapa tiba-tiba ia merasakan perasaan tidak enak. Dia tidak bisa terus diam, akhirnya ia memuruskan untuk menghubungi Aisya.

Tapi nihil sudah berulang kali Aisya tidak manjawab panggilannya, tapi Kafhi tidak berhenti di situ saja ia mencoba menghubungi mbok Sumi guna menanyakan kabar Aisya.

Tidak sampai tiga kali deringan mbok sumi telah mengangkat panggilan dari Khafi.

"hallo den ada apa? " jawab mbok Sumi dengan suara paraunya khas orang bangun tidur.

"iya mbok, saya cuma mau tanya Aisya kemana ya kok seharian saya telpon gak di jawab-jawab"

"aduh den maaf mbok lupa ngabarin kalo hari ini mas Bintang temennya Aisya meninggal. Jadi Aisyanya di sibukin sama itu, tadi aja dianya murung terus loh den"

Setelah mendengar hal itu Kafhi baru menyadari ternyata ini yang membuat hatinya tak nyaman.

Aisya keponakannya itu kembali merasakan kehilangan. Bukannya di saat-saat seperti inilah dia harus ada untuk Aisya, lalu mengapa ia masih di sini.

"oke mbok makasih ya tolong jaga Aisya selama saya di sini, jangan biarin dia gak makan." setelah itu sambungan terputus.

Khafi masih bingung dengan hati, otak, dan tubuhnya. Mereka tidak bisa bekerja sama pada saat seperti ini.

Shoulders Of My OmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang