Nenek lampir Nadia

36 2 1
                                    

Aisya pulang kerumah dalam keadaan yang sangat lelah, di rumah sedang tidak ada orang. Sepertinya mbok Sumi sedang pergi ke pasar.

Aisya menaki tangga berencana ke kamarnya tapi diurungkannya, Dia melihat pintu kamar Kafhi terbuka. Tidak biasanya pintu itu terbuka, karena Kafhi paling tidak suka ada yg melihat isi kamarnya kecuali jika ia izinkan.

Aisya mulai mengendap-ngendap mengintip di cela pintu, dan benar dugaan Aisya ada orang lain di kamar Kafhi.

Nadia perempuan itu sedang mengacak-acak laci kamar Kafhi entahlah apa yang dia cari.

Tapi yang Aisya tahu dia sedang menelepon seseorang di seberang sana.

"iya ma tenang aja, nanti aku singkirin bocah itu, biar Kafhi sepenuhnya jadi milik aku" Aisya mendengar percakapan itu.

Siapa yang di sebutnya bocah, apakah Aisya? Wah dia tidak tahu bocah ini bisa berubah menjadi monster jika di perlukan.

"ma aku gak nemu apa-apa di kamar Kafhi" Nadia masih terus mengobrak- abrik kamar Kafhi berharap menemukan sesuatu yang bisa melancarkan rencananya.

Aisya pergi tidak menghiraukan perempuan itu. Tetapi di dalam otak Aisya sedang berfikir bagaimana caranya mengerjai perempuan gila itu.

***

"bal gue butuh bantuan lo" Aisya menelphone Iqbal.

"hmm apa syah, gue baru bangun tidur ni" suara parau khas bangun tidur Iqbal menyambut Aisya.

"yaudah gue kerumah lo aja" tanpa membuang waktu Aisya langsung pergi ke rumah Iqbal dengan masih memakai seragam sekolahnya itu.

Tanpa mengetuk pintu Aisya langsung menyelonong masuk kerumah Iqbal, tidak sopan memang tapi Aisya tahu jika di rumah Iqbal tidak ada orang lain selain lelaki itu, dan tidak mungkin juga Iqbal akan marah atas tindakan Aisya itu.

"Iqbal" Aisya menjerit tepat di samping telinga Iqbal yang sedang asik bermain game di ponselnya itu.

Iqbal terkejut sampai menjatuhkan benda persegi itu ke lantai.

"belahan jiwa gue" Iqbal terlihat sangat prihatin melihat benda kesayangan yang disebutnya belahan jiwa itu teronggok tak berdaya di lantai.

"sya lo jahat banget sih" Iqbal merengek melihat Aisya sambil menunjuk ponselnya yang terjatuh dengan na'as itu.

"hehehe, lo sih serius bangat sampe gak nyadar gue dateng" Aisya mengeluarkan cengirannya yang jarang Iqbal lihat. Melihat itu Iqbal tidak bisa melanjutkan marahnya lagi toh belahan jiwanya tidak kenapa-kenapa.

"untung belahan jiwa gue gak kenapa-kenapa sya"

"alah lebay lo, cuman ponsel juga"
Aisya mengibaskan tanganya di depan muka Iqbal sok bersikap santai, padahal dia juga cemas akan keselamatan ponsel Iqbal yang dia tahu harganya tidak murah.

"jadi mau apa kesini? " Iqbal teringat akan tujuan Aisya kemari.

"lo tau gak kalo oom gue bawa cewek sehabis dia dari jakarta kemaren?"
Iqbal mengangguk menanggapi perkataan Aisya.

"terus kenapa?" Iqbal heran dengan reaksi Aisya.

"gue mau lenyapin dia dari rumah gue, ganggu tau gak mana genit banget nempel terus sama oom gue" tanpa sadar Aisya sudah berbicara panjang lebar mengeluarkan isi hatinya.

Iqbal yang melihat itu pun menyengir geli.

"lo cemburu sya? " Aisya mendelik kepada Iqbal. apa-apaan iqbal, dalam kamus Aisya gak ada yang namanya cemburu.

Shoulders Of My OmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang