Jika hanya dengan kekerasan bisa membuat mereka tersadar, maka hal itulah yang harus dilakukan
Hari ini Kafhi benar-benar lelah dengan pekerjaannya, ada masalah dengan perusahaan cabangnya. Dan sore ini ia mendapatkan pesan dari mamanya, mamanya ingin Kafhi untuk pulang. Kafhi bingung sebenarnya ia tidak mau pulang, tapi bagaimana lagi ia tidak bisa membantah perkataan mamanya itu.
Bagaimanapun mama dan papanya berjasa bagi kehidupan si yatim piatu Kafhi, jika tidak ada mereka Kafhi tidak yakin ia bisa di sini sekarang.
Mengenyampikan tentang permintaan mamanya itu, hari ini Kafhi benar-benar belum menyentuh makanannya, tadi pagi sangat pagi sekali sekretaris Kafhi menelponnya jika di perusahaan cabang manager yang baru saja di angkat telah melakukan kecurangan dengan membocorkan hal penting perusahaannya kepada perusahaan pesaingnya.
Di tambah Kafhi mendapatkan kabar jika Aisya bertengkar di sekolahnya, ia tidak percaya jika Aisya melakukan hal seperti itu mengingat sikap Aisya selama ini yang terkenal tenang hanya sedikit ketus saja.
Kafhi datang ke sekolah Aisya dengan keadaan benar-benar lemas dan pucat, ia benar-benar belum melihat makanan hari ini.
Ia di persilakan masuk ke ruang kepala sekolah, di sana sudah ada Aisya dan temannya dengan keadaan sama-sama berantakan. Ia sempat terkejut melihat keadaan keponakannya itu, benar-benar kacau.
"bapak wali dari Aisya?" kepala sekolah mulai membuka suara.
"benar saya wali dari Aisya, kalau boleh tahu ini ada masalah apa ya pak?" Kafhi berusaha tenang walaupun ia sedang melihat keadaan Aisya yang tidak bisa di katakan baik.
"Aisya sudah melakukan kekerasan terhadap temanya pada saat jam pelajaran olahraga pak" jelas kepala sekolah kepada Kafhi.
"benar Aisya kamu melakukannya?" Kafhi tidak langsung menghakimi Aisya, ia lebih memilih mengetahui situasi terlebih dahulu di banding langsung menghakimi Aisya.
"benar anak anda sudah menyakiti anak saya" sepertinya itu orang tua dari lawan Aisya.
"Aisya memang melakukannya om, tapi dia yang pertama mengganggu Aisya." Aisya menatap sengit lawannya yang sudah berderai air mata.
Dasar ratu drama, batin Aisya.
Dia sudah sering di ganggu oleh Celin yang katanya teman sekelas itu tapi kelakuanya melebihi setan bagi Aisya.
Celin ini memang di kenal ratu drama Aisya begitu jijik jika melihat Celin memulai dramanya.
"saya tidak melakukan apa-apa pak, dia langsung datang dan menampar saya." lihat Celin sedang melakukan take dua dari dramanya.
"jelaskan satu persatu mulai dari Aisya" kepala sekolah memilih jalan tengah.
"saya sedang berganti baju olahraga pada saat itu pak dan Celin mulai mengatai saya dengan mulut jahatnya itu, ia berkata jika saya anak pembawa sial, di saat semua keluarga saya mati kenapa saya tidak, itu yang di katakan Celin. Saya tidak terima pak, apa jika semua orang miskin di dunia ini saya yang harus di salahkan karena saya tidak miskin juga? tidak bukan?" Aisya sangat pandai jika soal menjawab pertanyaan, dia juga sangat pandai dalam bersilat lidah walaupun apa yang dikatakannnya seratus persen benar.
Tapi ia menambahkan bumbu-bumbu sedap agar mendramatisirkan keadaan jangan hanya Celin saja yang bisa berdrama ia juga bisa.
Kafhi yang sangat tahu jika keponakannya ini sedang ikut dalam drama yang sedang di lakukan oleh temanya itu, ia sedikit kagum, ia kira keponakannya ini akan diam dan menerima hukuman tapi ternyata tidak. Ia cukup bangga memiliki keponakan yang berani.
"lalu saya datang menghampirinya dan sekedar memberikanya pelajaran sedikit agar lebih sopan, saya hanya memberikan satu tamparan tidak lebih pak dan dia sudah menangis seperti itu." lagi Aisya benar-benar gila saat ini, Kafhi yang mendengar itu rasanya ingin terbahak saat itu pula jika ia tidak ingat ada kepala sekolah di sana.
"lihat pak dia mengakui jika dia menampar saya, dia juga menjambak saya. Dia harus di beri hukuman pak" Celin mulai memanasi kepala sekolahnya itu.
"saya besedia mendapat hukuman jika saya di perbolehkan menampar Celin satu kali lagi pak, agar dia ingat ini dunia nyata bukan dunia dramanya, dia selalu mendramatisirkan keadaan, padahal bukan dia saja yang mendapat tamparan, lihat hasil perbuatanya di saya pak.
Di sini saya juga korban, dia sudah membuly saya secara mental dan fisik, lalu saya dengan baik hatinya hanya memberikan pelajaran kepada dia memalui fisik. Bukankah itu tidak adil pak?."
sungguh Kafhi merasa tidak di butuhkan di sini, ia sangat bisa melihat dengan jelas cara tenang Aisya menyelesaikan masalah dan dengan perkataan Aisya yang benar-benar tajam. Ia yakin Aisya bisa mnyelesaikan masalahnya sendiri.
"baiklah saya akan mengambil jalan tengah dari permasalahan ini, saya tidak ingin memperpanjang masalah saya memohon maaf kepada wali Celin dan Aisya mereka masih remaja jadi wajar sekali hal ini terjadi, saya tidak akan memberikan hukuman kepada kalian berdua.
Saya hanya meminta kalian untuk saling meaafkan dan saling mengintropeksi diri sendiri atas kesalahan apa saja yang kalian lakukan" baik Aisya maupun Celin tidak ada yang berkomentar mereka hanya diam dan menurut.
***
Aisya pulang bersama Kafhi setelah pertengkaran tadi, di dalam mobil Aisya sudah siap dengan sejuta alasan. Untuk menjawab pertanyaan Kafhi tapi sampai sekarang Kafhi belum membuka suarnya." om gak marah sama Aisya? " tanya Aisya yang mulai was was.
" buat apa saya marah, tadi saya sudah mendengar semua penjelasanmu di sana, dan saya rasa tindakan yang kamu ambil itu benar." Aisya mulai besar kepala sampai akhirnya Kafhi melanjutkan perkataanya.
" tapi Aisya saya tidak benar-benar suka dengan tindakanmu tadi, kenapa kamu harus berbuat kasar bukannya masalah bisa di selesaikan dengan kepala dingin Aisya?." sepertinya Aisya akan mengeluarkan jurusnya tadi.
"Aisya sudah menahannya dari dulu om saat dia hanya mengatai Aisya dengan alasan Aisya pembawa sial, dan menghasut teman-teman Aisya supaya menjauhi Aisya, tapi hari ini Aisya benar-benar tidak bisa menahanya lagi, Aisya kesal. Apa kesalahan Aisya jika Aisya masih hidup sampai sekarang? " Aisya melihat ke arah Kafhi dia baru menyadari jika oomnya itu benar-benar tampan jika dari samping apalagi saat sedang serius seperti itu.
" baikalah saya terima alasan kamu kali ini, tapi jangan ulangi Aisya. Hal itu tidak baik"
Aisya hanya mngangguk sambil melihat suasana di luar kaca mobil, hujan turun dan itu membuat Aisya senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shoulders Of My Om
Romance[di follow dulu sebelum baca] tuhan tidak mungkin sejahat itu kepadamu, dia tidak akan mengambil yang kamu punya jika dia tidak menyiapkan yang lebih baik. Kisah ini bemula dari seorang Aisya yang kehilangan seluruh hidupnya, seluruh dirinya di amb...