Biarkan aku merasa sekali saja dunia berpihak kepadaku agar aku bisa mengakhiri sisa hari yang berawal dari kesedihan menjadi kebahagiaan
Pulang sekolah mereka berdua ada les lagi, sama seperti saat istirahat tadi Iqbal menjemput Aisya di kelasnya.
"sya bolos yuk, lo gak bosen apa dari pagi belajar terus" sudah berkali-kali Aisya mendengar perkataan itu dari mulut Iqbal.
"gue merasa bersalah sama orang tua gue kalo gak belajar." Aisya menatap Iqbal sendu.
"orang tua lo pengen lo bahagia juga, dan mereka pasti gak keberatan kalo lo bolos les satu hari ini." Iqbal masih mencoba membujuk Aisya dengan berbagai macam alasan.
"gak aahh percaya sama lo musyrik"
"sya ayo dong gue bosen ni" Iqbal mengayun-ngayunkan lengan Aisya, Aisya mulai jengah ia mendengus dan akhirnya mengangguk.
Sekali-kali bolos kayaknya bukan hal yang buruk.
"tapi kalo acara bolos kali ini ngebosonin lo bakal gue matiin." ancaman Aisya tidak di hiraukan oleh Iqbal.
"siap bos" Iqbal berkata sambil hormat kepada Aisya.
Iqbal pernah berkatakan jika tempat mereka dekat kemana-mana jadi dia tidak harus repot membawa kendaraan. jika ingin pergi agak jauh tinggal pakai angkot dan itulah yang sekarang mereka lakukan.
Mereka memasuki angkot yang cukup ramai tersisa tiga tempat kosong di sudut angkot.
"kalo naik angkot bolosnya jadi berwarnya sya" itulah yang di katakan oleh Iqbal ketika Aisya tidak menyuarakan apapun.
"kita mau kemana sih ini udah tempat pemberhentian terakhir ni" Aisya mendumel ia turun dari angkot karena memang mereka telah sampai di pemberhentian terakhir.
"ikut aja bakal seru kok" Iqbal menarik pergelangan tangan Aisya mengajak Aisya berjalan menuju pasar tradisional dekat dengan mereka saat ini.
"lo ngajak gue ngebolos buat becek-becekan?" Aisya bertanya skeptis.
"gue gak ngajak lo becekan sya, kita cuman sebentar ke sini" Iqbal lalu melanjutkan langkahnya menuju salah satu penjual sayur-sayuran, ini sudah sore tapi masih sangat ramai yang menjual sayur-sayuran di sini.
"hallo bik" Iqbal menyapa salah satu penjual, ia terlihat ramah Aisya curiga mereka memiliki hubungan.
"oohh den Iqbal, ada apa den?" perempuan yang di perkirakan Aisya seumuran dengan mbok Sumi itu tersenyum hangat kepada Iqbal.
"mintak kunci dong bik, Iqbal mau main" kunci apa yang di maksud Iqbal jangan-jangan Iqbal ingin menyekapnya di gudang tua, sepertinya Aisya harus cepat-cepat kabur.
"lo mau nyekap gue bal?" Iqbal tidak menghiraukan ucapan Aisya ia menjulurkan tangannya untuk mengambil kunci yang disodorkan oleh wanita itu lalu berucap.
"makasih bik nanti Iqbal kembalikan"
Wanita itu mengangguk dan Iqbal menarik Aisya menjauh dari pasar."bal lo beneran mau nyekap gue? Segitu terobsesinya lo mau jadi temen gue sampe lo mau maksa gue segininya" Iqbal menoyor kepala Aisya, perempuan di depannya ini banyak menonton sinetron Indonesia.
Terbukti dengan jalan pikirnya yang cetek."iya gue mau nyekap lo terus mintak tebusan" Iqbal menjawab asal tanpa memikirkan perasaan Aisya.
"gak bakalan ada yang nebus gue, walaupun gue mati membusuk di gudang gak bakal ada yang perduli, orang tua gue udah meninggal." jawaban Aisya sungguh lirih hal it membuat kepala Iqbal sepenuhnya memberikan perhatian kepada Aisya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shoulders Of My Om
Romance[di follow dulu sebelum baca] tuhan tidak mungkin sejahat itu kepadamu, dia tidak akan mengambil yang kamu punya jika dia tidak menyiapkan yang lebih baik. Kisah ini bemula dari seorang Aisya yang kehilangan seluruh hidupnya, seluruh dirinya di amb...