Semua yang aku dapatkan saat ini tidak sebanding sakitnya dari pada harus merasakan kehilangan kembali
...
Aisya melihat ayah, ibu, dan adiknya di suatu rumah dengan seorang anak perempuan versi Aisya kecil, ia tahu jelas siapa perempuan itu.
Alya sang adik sedang tertidur di gendongan sang ibu. Aisya dalam versi kecil sedang di timang oleh sang ayah di atas tempat tidur dinyanyikan lagu absurd yang liriknya di buat sendiri oleh ayahnya.
Bobo-lah anak ayah sayang...
Kalo besar mau jadi dokter...
Kalo ayah sakit mau di suntik...Tak terasa air mata Aisya turun secara perlahan nyanyian itu adalah penghantar tidur terbaiknya.
Aisya mendekat melihat muka sang ayah yang masih sangat muda, membelainya walau sama sekali tak tersentuh.
Aisya berdiri mendekat ke arah sang ibu yang sedang menggendong Alya. Sang ibu yang sangat cantik walau hanya sedang memakai daster dengan kain gendongan bercorak batik di pundaknnya.
Di belainnya muka itu, muka sang malaikat yang selalu menghadirkan kehangatan.
Aisya rindu pelukan hangat itu, pelukan yang akan mengangkat semua beban Aisya, pelukan ternyaman yang bisa menghilangkan iblis di hati Aisya.
Lanjut ia beralih ke bayi yang sedang di gendongan ibunya, tertidur lelap sangat lucu. Di belainnya muka itu sesekali di cubitnnya pipi tembam sang adik.
Lama Aisya larut dalam pemandangan indah penuh pilu itu. Jujur Aisya sangat merindukan mereka, jika di ingat lagi sanggupkah Aisya hidup tanpa mereka?.
Perlahan Ayah dan Ibunya melihat ke arah Aisya kecil mengelus kepala Aisya dengan penuh sayang.
Lalu kepala mereka terarah pada sosok Aisya versi remaja. Aisya terkejut mereka bisa melihat Aisya.
Mereka berdua tersenyum lalu mengangguk.
Aisya tak mengerti dengan semua ini, apa yang membuat mereka tersenyum dan mengguk?.
Tak lama Aisya merasa seperti tersedot kebelakang dengan sangat kuat.
***
Aisya mengerjap perlahan cahaya memasuki rongga matannya, mencoba mengedarkan pandangannya, asing tapi ia tahu ia dimana.Perlahan ia mencoba mendudukan badannya. Sakit itulah yang ia rasa, dia merasa seluruh tubuhnya remuk. Ia melihat tubuhnya yang dipenuhi perban pantas saja sakit.
Ia mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan melihat Kafhi sedang tertidur di sofa.
Oomnya itu terlihat lelah Aisya tidak tega membangunkannya, tapi Aisya merasa haus tenggorakannya benar-benar kering entah sudah berapa lama dia tidak minum.
Di mencoba mengambil gelas di nakas dekat dengan tempat tidurnya. Gelas itu sangat dekat tapi mengapa Aisya merasa itu sangat jauh. Semua lukannya terasa berdenyut saat Aisya menggerakan tangannya.
Gelas itu hampir sampai di genggamannya sudah hampir dapat tinggal Aisya genggam dengan kuat lalu ia bisa menikmati air yang ada di dalamnya. Tapi tangan Aisya tak sanggup menggenggamnya gelas itu terdorong ke bawah, Aisya akan menjerit saat gelas itu jatuh ia memejamkan matannya.
Cukup lama tapi gelas itu tak kunjung pecah, ia mencoba membuka matanya perlahan melihat apa yang terjadi pada gelas itu mungkin ada hantu yang menghalang gelas itu jatuh.
Hantu perempuan yang menyukai oomnya, hantu itu tidak mau oomnya terbangun jadi dia halangi gelas itu jatuh.
Aisya menggelengkan kepalanya agar tidak berfikiran yang macam-macam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shoulders Of My Om
Romance[di follow dulu sebelum baca] tuhan tidak mungkin sejahat itu kepadamu, dia tidak akan mengambil yang kamu punya jika dia tidak menyiapkan yang lebih baik. Kisah ini bemula dari seorang Aisya yang kehilangan seluruh hidupnya, seluruh dirinya di amb...