BAB 8

1.7K 151 4
                                    

Ezra baru saja menyadarkanku dari lamunanku. Aku merasa bersalah karna tidak mendengarkannya yang sedang membicarakan pekerjaanku.

"Maaf Keanu," ucapku.

"Aku Ezra, Zel. Kau sedang memikirkan pria itu ya?" Tanya Ezra yang membuatku sadar kalau aku salah menyebutkan nama.

Aku hanya diam mengalihkan tatapanku untuk menenangkan diri. Aku tidak boleh terlihat salah tingkah karna bisa – bisa Ezra curiga.

"Apa yang terjadi? Apa kemarin terjadi sesuatu saat kalian makan malam?" Tanyanya.

"Oh tidak. Aku hanya sedang kelelahan jadi salah menyebutkan.."

"Kau tidak pintar berbohong. Jawab saja atau aku akan menelfon Jovanka dan Felysia untuk memaksamu mengatakan kebenarannya," ucap Ezra.

Aku mendesah lemah saat tidak bisa menyembunyikan apa yang sedang memenuhi otakku.

"Dia.. dia menyatakan perasaannya," ucapku pelan.

Aku menatap Ezra yang nampak terkejut. Dia membulatkan matanya dan menatapku dengan tidak percaya.

"APA!"

Aku memberinya kode untuk tidak berteriak. Dia makin aneh karna sikapnya bila bersangkutan dengan Keanu nampak terlalu berlebihan. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya dia sembunyikan dariku. Dia memang sulit sekali mengakui sesuatu. Dia selama ini selalu berkelit dengan mengalihkan pembicaraan kami.

"Apa sih yang sebenarnya kau sembunyikan tentang Keanu. Tolong kau katakan kepadaku. Apa jangan – jangan dia mantanmu?"

"Kau gila ya. Mana mungkin begitu. Aku tidak menyembunyikan apapun. Dia orang baik Zel. Jadi aku rasa kau bisa mencoba berhubungan dengannya," ucap Ezra.

"Aku tidak bisa mencoba begitu saja. Karna dia juga melamarku. Dia bukan hanya sekedar ingin berpacaran tapi menikah denganku. Kau bisa bayangkan betapa bingungnya aku," ucapku.

"Wow berarti itu berita bagus. Zel kau harus menerimanya," ucap Ezra semangat.

"Mengapa begitu?"

"Dia.. ya dia baik dan kau bingungkan berarti kau memiliki perasaan kepadanya. Sudah terima saja. Aku yakin dia bisa memberimu waktu untuk lebih mengenalnya setelah kau menerimanya. Dia orang yang tulus dan aku bisa merasakan itu," ucap Ezra.

Aku hanya diam tanpa menjawab kata – kata Ezra.

***

Aku menatap ibuku yang nampak tersenyum lebar melihatku yang baru saja sampai.

"Apa?" Tanyaku bingung.

"Lihat kamarmu," ucap ibuku.

Aku memasuki kamarku dan terkejut saat melihat begitu banyak mawar di sini. Aku tahu ini pasti Keanu yang membuatnya.

"Tuh lihat bagaimana Keanu sangat menyayangimu. Tunggu apa lagi? Ayo segera terima dia. Kau mau dia di rebut orang?" Tanya ibuku.

"Tapi.."

"Jangan sampai kau menyesal nak. Pria seperti Keanu tidak akan mau menunggu terlalu lama. Dia butuh kepastian. Sepertimu dia pasti sangat terluka bila kau membiarkannya menunggu terus. Sudah katakan saja kepadanya apa yang kau rasakan. Apa kau rela bila nanti kau terlambat?" Tanya ayahku.

Aku membenarkan kata – kata mereka. Mungkin memang benar aku harus mencoba hubungan ini dengannya. Aku menghubungi Keanu untuk memintanya besok menemuiku di taman. Aku harap dia akan datang.

***

Aku sangat gugup saat ini. Rasanya aku ingin pingsan hanya karna akan bertemu dengan Keanu. Kegugupan ini yang menjadi alasanku sejak tadi belum juga keluar dari mobil. Keanu sudah menghubungiku untuk menanyakan keberadaanku. Aku mengatakan kalau aku masih di jalan. Aku sudah terlambat 15 menit dari jam pertemuan kami. Aku masih belum bisa turun dari mobil. Hingga suara ketukan kaca mobilku membuatku berteriak kaget. Aku melirik ke arah sampingku dan menemukan Keanu yang nampak menatapku khawatir. Tidak aku belum siap. Tapi aku tidak mungkin pergi begitu saja. Perlahan aku membuka pintu mobilku dan menerima uluran tangan Keanu untuk membantuku keluar.

WHEN I WAS YOUR MAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang