BAB 39

2.1K 195 6
                                    

Aku selesai memasak dan langsung merapihkan penampilanku untuk menyambut Leo di rumah. Tidak lama kemudian aku mendengar suara langkah. Aku bergegas menghampiri suara itu dan menemukan Leo yang sudah berjalan menghampiriku. Aku tersenyum dan memeluknya. Dengan lembut aku menariknya menuju meja makan. Dia memangkuku dan membiarkanku menyuapininya makanan.

"Bagaimana di kantor?" Tanyanya.

"Seperti biasa. Banyak pekerjaan," ucapnya.

"Ada yang bisa aku bantu?" Tanyaku.

"Kau yakin?"

"Kau meragukanku?"

"Tidak. Aku tidak ingin kau memaksakan dirimu," ucapnya.

"Aku tidak memaksakan apapun baby. Aku ingin membantu suamiku agar dia terhindar dari lembur," ucapku.

"Baiklah. Aku suka alasanmu. Kau seakan mengatakan tidak ingin lama – lama berpisah denganku," ucapnya lembut.

"Kau juga begitu bukan?" Ucapku menggoyangkan bokongku pelan hingga aku bisa merasakan juniornya semakin menegang.

Aku mendengar desisannya saat aku menggodanya. Aku terkekeh sebelum mengecup bibirnya.

"Aku menginginkanmu sekarang sweety," ucapnya.

"Setelah makananmu habis," ucapku lembut mengecup bibirnya.

Leo tersenyum nakal kepadaku. Hatiku merasa senang saat melihat Leo nampak sangat mendambakanku. Ada rasa lega saat melihatnya masih begitu menginginkanku sampai saat ini. Namun aku tidak bisa memungkiri sebagian kecil hatiku meneriakiku sebagai jalang. Aku memang merasa saat ini sedang menjual diriku kepada Leo demi sebuah perlindungan darinya. Aku mendesah lemah saat fikiran itu mulai semakin memperburuk moodku.

"Ada apa sweety?" Tanya Leo.

Aku tersenyum menatap Leo yang memperhatikanku. Aku menggeleng kepadanya untuk menjawab pertanyaannya. Leo menangkup wajahku dengan kedua tangannya dan menatapku dalam.

"Katakan sweety. Apa yang mengganggu fikiranmu?"

Aku tersenyum dan menyentuh kedua tangan Leo lembut. Aku memejamkan mata untuk menikmati setiap sentuhan Leo. Aku berusaha mengenyahkan fikiran itu yang mengganggu moodku. Leo tidak perlu tahu tentang hal ini. Ini hanya akan memperburuk hubunganku dengannya. Aku menyayangi Leo dan aku tidak ingin kehilangan Leo saat ini.

"Sweety?"

"Aku hanya merindukan orang tuaku."

Leo menatapku dalam. Dia seperti mencari kebohongan dari mataku. Tapi dia tersenyum saat mungkin tidak menemukan hal yang dia takutkan.

"Kita ke Indonesia kalau begitu," ucapnya.

"Tidak. Kau baru saja masuk. Aku juga tidak masih belum terlalu nyaman berada di sana. Tidak masalah aku bisa mengatasi ini," ucapku.

"Tidak apa – apa sweety. Kita bisa.."

"Leo tidak."

Aku menyendokkan makanan untuk Leo. Leo menatapku dengan intens tanpa mau menerima makanan yang aku sodorkan.

"Leo.."

"Mengapa kau tidak ingin ke sana kalau merindukan orang tuamu?"

Aku memutar mataku kesal saat Leo mulai banyak bertanya. Tiba – tiba Leo menangkup wajahku dengan satu tangannya dengan agak keras.

"Aku tidak suka dengan sikapmu ini. Katakan yang sebenarnya Zeline."

Aku menatapnya datar saat dia melakukan ini. Rasa takut sudah lama hilang kalau dia menginginkanku ketakutan atas sikapnya. Sudah tidak ada lagi yang bisa membuatku takut. Aku sudah bilang bukan bahwa aku sudah terlalu pasrah dengan kehidupan ini.

WHEN I WAS YOUR MAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang