BAB 32

2.3K 219 13
                                    

POV ZELINE

"Luna di pecat tidak lama kau mengundurkan diri dari perusahaan oleh Keanu. Bahkan dia di buang begitu saja tanpa ada belas kasih oleh mantan tunanganmu itu. Luna sudah berusaha mempertahankan hubungan mereka dengan mengaku kalau dia hamil anak Keanu. Tapi ternyata pria itu cukup licik dengan mencari bukti bahwa Luna tidak hamil dan juga bukan hanya dirinya yang memakai tubuh Luna. Ternyata banyak pria kaya yang sudah menjadi korbannya. Saat ini Luna sedang dalam masa sulit dan memutuskan untuk bekerja di supermarket kecil itu untuk memenuhi kehidupan ibunya dan dia," ucap Leo.

Aku hanya diam menatap Leo yang saat ini sedang menceritakan kisah tragis si jalang itu kepadaku. Aku masih menatap tenang ke arah Leo yang saat ini sibuk memijat kakiku.

"Aku sudah mengintruksikan orangku untuk mengurus pembelian rumah Luna yang ternyata masih sengketa. Aku memberi mereka waktu 2 hari untuk melaksanakan misi mereka. Kau masih mau melihat saat mereka di usir?" Tanyanya.

"Apa kita tidak terlalu lama di sini bila menunggu sampai dua hari? Toh nanti kita tetap akan menonton mereka dari mobil saja bukan? Suruh saja orangmu kirim rekamanya," ucapku.

"Kau yakin?" Tanyanya.

"Yakin karna aku tidak mau bermasalah dengan apapun di sini karna izin visamu. Mungkin aku sendiri tidak akan masalah, tapi kau?" Tanyaku.

"Aku tidak masalah sweety. Aku bisa mengurus pihak imigrasi dengan mudah. Tapi semua terserah kepadamu saja," ucap Leo.

"Tidak, kita kembali saja ke Turki. Aku juga tidak merasa nyaman berlama – lama di sini," ucapku.

"Kau tidak nyaman atau memang tidak sabar menikah denganku?" Tanyanya.

Aku mencubit pipinya kesal saat dia mulai menggodaku. Dia hanya terkekeh menerima perlakuanku.

"Kau tidak ingin melihat gaun pernikahan dan persiapan lainnya sweety?" Tanya Leo.

"Tidak perlu. Aku akan pakai apapun yang kau inginkan. Aku percayakan saja kepadamu," ucapku.

"Mengapa begitu? Apa karna kau merasa terpaksa menikah denganku?" Tanya Leo.

Aku menatapnya yang baru saja menyindirku. Perlahan aku menarik kepalanya dan memeluknya dengan lembut untuk membuatnya meredakan kekesalannya.

"Leo dengarkan aku. Mungkin memang terdengar aku tidak peduli dengan acara pernikahan kita. Kamu tahu? Terlalu banyak hal yang aku alami. Semua itu rasanya seperti jiwamu di cabut secara perlahan. Coba bayangkan apa yang aku rasakan Leo. Rasa sakit yang aku rasakan itu membuatku lebih bersikap hati – hati untuk menjalankan hidupku kedepannya. Seperti tawaranmu untuk melihat baju pengantin yang aku tolak. Aku merasa di hantui ketakutan bila aku melakukan apa yang pernah aku lakukan maka semua tidak akan berjalan lancar. Saat ini aku hanya bisa mengatakan perasaanku kepadamu hanya sebatas suka, bukan cinta. Tapi aku sudah berjanji kepada orang tuaku kalau aku akan mencoba mencintaimu mulai sekarang dan mengikis semua perasaan yang masih ada dihatiku tentang masa laluku. Maka dari itu aku membutuhkanmu untuk membuatku tetap menatap ke depan tanpa menoleh lagi ke belakang. Tolong bersabarlah sampai aku benar – benar bisa mencintaimu. Aku berjanji tetap akan berusaha menjadi istrimu yang baik dengan menjalankan semua yang memang kewajibanku. Saat ini tolong atur semua seperti maumu. Aku akan menyukai semua pilihanmu karna aku mempecayai semua kepadamu mulai sekarang. Anggap saja aku menganggapmu sebagai imamku mulai detik ini Leo," ucapku lembut.

Leo yang mendengar itu mengangkat wajahnya dan menatap mataku lekat – lekat. Dia tersenyum dan mengecup bibirku.

"Aku akan berusaha membuatmu mencintaiku juga. Untuk saat ini kita akan menjalani kehidupan kita dengan cintaku. Aku yakin cintaku yang sangat besar cukup untukmu. Maaf sempat salah paham kepadamu," ucapnya sebelum kembali mencium bibirku.

WHEN I WAS YOUR MAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang