BAB 15

1.7K 132 1
                                    

Keanu menungguku untuk memilih cincin pertunangan kami sekaligus untuk seserahan. Aku melihat model cincin yang sederhana yang nampak menarik. Aku memilih cincin itu dan yang di respon gelengan kepala oleh Keanu.

"Tidak. Terlalu kecil dan sederhana," ucapnya.

"Tapi aku tidak ingin cincin yang berlebihan. Demi Tuhan kau bahkan juga ngotot untuk beli cincin pernikahan artinya cincin pertunangan ini hanya akan sebentar aku pakai," ucapku.

"Aku bisa membeli semua yang ada di sini kalau kau mau sayang. Aku tidak ingin membelikanmu cincin sederhana. Kau tidak perlu khawatir aku mampu," ucapnya.

Aku mendesah kesal saat dia mengatakan itu. Seakan dia memberitahuku kalau dia bukan dari kalangan biasa sepertiku yang akan memikirkan berkali – kali untuk membeli cincin berlian.

"Aku tahu. Kau sangat mampu. Aku hanya ingin mengatakan hubungan ini di nilai bukan berapa nilai barang – barang yang kau berikan kepadaku. Tapi rasa cintamu dan ketulusanmu yang akan menjadi penilaiannya," ucapku tanpa mau menatapnya.

Aku berjalan menjauh untuk menyembunyikan air mataku yang hampir jatuh karna tersinggung dengan kata – katanya. Aku beralibi melihat perhiasan lain yang ada di etalase. Aku tidak berniat untuk bicara apa – apa lagi saat ini.

"Jadi yang mana?" Tanyanya.

"Pilihlah aku akan menuruti maumu," ucapku pelan.

Keanu mendesah lemah. Aku mendengar dia memilih perhiasan dan meminta pelayan untuk menyiapkannya untuk kami. Kebetulan kami tadi sudah mengukur jari kami dan hanya tinggal memesan modelnya. Setelah selesai aku jalan duluan dengan melipat kedua tanganku di dada. Aku tidak ingin bersentuhan dengan Keanu karna aku masih tersinggung dengan kata – katanya.

"Kita makan dulu," ucapnya.

Aku hanya mengangguk tanpa mau mengatakan apapun.

"Kau ingin di mana?" Tanyanya.

"Terserah kepadamu," ucapku.

"Sayang," panggilnya.

Aku tidak menggubris kata – katanya dan tetap berjalan. Keanu menghentikan langkahku dengan menahan lenganku. Dia memaksaku menatapnya, tapi aku menolak.

"Aku tahu kau marah. Maafkan aku," ucapnya.

"Aku baik – baik saja. Sudah ayo makan dan segera pulang. Aku lelah," ucapku.

"Sayang jangan begini," ucapnya.

"Lalu mau bagaimana? Aku berusaha menurutimu apa kau tidak puas juga?" Tanyaku kesal.

Keanu terdiam menatapku. Dia mendesah sambil menatap tempat lain. Dia seakan berusaha mengatur emosinya agar dia tidak mengamuk kepadaku. Aku hanya diam tanpa mengatakan apapun lagi.

"Bukan begini yang aku mau," ucap Keanu pelan.

"Lakukan saja apa yang kau inginkan. Aku lelah dan ingin pulang," ucapku meninggalkannya.

Aku tidak menggubris panggilannya dan memilih berjalan cepat keluar dari mall.

***

Aku pulang tanpa mau menemui orang tuaku dulu. Aku lelah dan ingin istirahat saat ini. Aku memutuskan untuk tidur lebih cepat agar tenagaku kembali pulih. Saat akan tidur ibuku masuk ke dalam kamarku.

"Kau sedang apa?" Tanyanya.

"Aku mau tidur mah. Ada apa?"

"Tidak hanya mama penasaran saja apa tadi baik – baik saja? Dan sudah dapat barang – barang keperluan acara kalian?" Tanya mama.

WHEN I WAS YOUR MAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang